Konten dari Pengguna

Nilai Sosial dalam Novel Lilin: Sosiologi Sastra

Ainun Nur Fadhilah
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
31 Juli 2024 6:40 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ainun Nur Fadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cover Novel Lilin karya Saniyyah Putri Salsabila Said. Sumber gambar: Gambar pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Cover Novel Lilin karya Saniyyah Putri Salsabila Said. Sumber gambar: Gambar pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel ini bercerita tentang konflik keluarga seorang tokoh remaja perempuan bernama Alena Nabila Patriawan berusia tujuh belas tahun yang terkenal sebagai siswa berprestasi di sekolah. Alena selalu memperoleh juara satu di semua lomba yang diikutinya. Tetapi, kepintaran Alena itu tidak pernah dipedulikan oleh kedua orangtuanya karena mereka membenci Alena sejak kecil. Alena lahir bukan karena kehendak atas pernikahan yang diinginkan kedua orang tuanya. Melainkan karena perjodohan. Ya, Alena anak yang lahir dari wanita yang tidak dicintai oleh papanya dan laki-laki yang tidak dicintai oleh mamanya. Meskipun kondisi tersebut membuatnya tersiksa, namun ia tetap menyayangi orang tuanya, layaknya seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Hingga akhirnya, Alena kalah oleh penyakitnya, ia mengidap leukimia. Sebelum Alena benar-benar pergi dari dunia ini, beberapa permintaannya sudah terkabulkan oleh kedua orangtuanya. Alena meminta kepada kedua orangtuanya untuk merayakan hari ulang tahunnya bersama, dan dibelikan kue ulang tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam Novel ini memfokuskan pada nilai sosial terpacu dalam Konflik Keluarga yaitu, (1) Konflik antara Anak dengan Orang tua, dan (2) Konflik antara Suami Istri.
1. Konflik antara Anak dengan Orang tua.
"Pah, aku gak dikasih kue seperti Nayla?"
(Saat itu Dimas sang papa pulang dari kantor dengan wajah ceria yang langsung memeluk Nayla dan memberikan kue ulang tahun lumayan besar lengkap dengan lilin yang sudah menyala).
"Kamu sudah besar tidak pantas lagi untuk diberi kue dan Nayla masih kecil," (ucap Dimas menatap Alena dengan tatapan datar).
Alena menunduk, "Tapi Alena nggak pernah dikasih kue sekalipun sama mama dan papa, mama cuma marahin Alena tiap kali minta kue, dan juga bunda selalu ngasih Alena kue kecil," lalu menatap kue yang sangat kecil sebesar buah apel di tangannya.
ADVERTISEMENT
Dimas yang melihat Alena seperti itu semakin geram karena mengganggu suasana cerianya bersama Nayla, Putri kesayangannya.
Kutipan diatas (halaman 8) menggambarkan konflik antara Alena dengan Dimas, Papahnya. Selama ini Alena ingin diperlakukan seperti Nayla, adiknya yang umurnya selisih 3 tahun darinya. Alena bahkan tak pernah ingat jika papanya pernah memeluknya, pernah tersenyum padanya, dan pernah mengatakan 'nak' padanya. Papanya itu selalu bersikap kejam terhadap Alena. Berbeda jika bersama Nayla, maka Dimas bersikap ramah seperti seorang ayah pada umumnya. Alena tahu dan sadar jika Dimas bersikap seperti itu karena Alena lahir dari rahim wanita yang tak dicintai.
"Sana pergi, ingat jangan kembali lagi untuk selamanya."
Kemudian, Alena pergi ke rumah Sonya, mamanya.
ADVERTISEMENT
"Mah, Alena bisa tinggal di sini gak?" ucap Alena memegang tangan mamanya.
"Tidak, saya kan sudah mengatakan kalau kamu tidak boleh ada di sini lagi," tolak sonya.
"Mama please, biarkan Alena tinggal di sini," isak Alena.
"Tidak akan, pergi kamu!"
Sonya langsung menutup pintu, tapi sebelum itu Sonya terusik dengan tatapan sayu Alena dan akhirnya pintunya tertutup rapat.
Kutipan diatas (halaman 295-307). Konflik ini terjadi karena, Alena diusir dari rumah oleh papahnya, karena telah mencuri uang dari brankas milik papahnya. Alena membutuhkan uang itu untuk biaya perawatan penyakitnya, penyakit yang sangat mematikan. Alena butuh uang lebih banyak, makanya dia harus mencuri beberapa uang, tindakannya memang salah tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain mencuri. Tapi Alena tidak mengatakan tentang penyakitnya, dia hanya mengatakan butuh uang itu, tetapi Dimas tidak peduli dan menarik Alena keluar dari rumahnya dengan kasar.
ADVERTISEMENT
2. Konflik antara Suami Istri
"Benar, kalian berdua itu sama saja, belum bisa menerima Alena sebagai anak dari pernikahan kalian dulu, makanya kami ingin membicarakan hal tersebut, apa alasan kalian sehingga membenci Alena? Alena tidak bersalah," jawab Kakek.
"Kalian pikir kami tidak tahu perbuatan kalian pada Alena? Seringkali mulut kalian itu berkata kasar pada darah daging kalian sendiri, apa kalian tidak punya rasa kasih sayang untuk Alena?" tambah Nenek.
"Kami tidak saling mencintai. Itu alasan kami tidak bisa menyayangi Alena," jawab Dimas.
"Benar, saya dan dia tidak saling mencintai, lalu apa gunanya saya memberikan anak itu kasih sayang? Toh, dia juga sudah bisa mengurus hidupnya sendiri," tambah Sonya.
Kutipan diatas menggambarkan konflik suami istri. Konflik ini terjadi, karena Dimas dan Sonya dijodohkan di masa lalu tetapi mereka tidak saling mencintai, Alena hadir di dunia ini karena tuntutan orang tua Dimas. Hingga akhirnya, mereka bercerai dan kembali bersama orang yang mereka cintai, lalu Alena lah yang menjadi korban hak asuh anak jatuh pada Dimas.
Ilustrasi Gambar: Karma dalam kutipan Konflik Keluarga. Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Alena terkejut melihat keberadaan Dimas di rumah sakit. Alena menangis melihat keadaan Dimas, papanya pasti menderita karena tidak bisa melihat lagi.
ADVERTISEMENT
"Papa kenapa begini?" tanya Alena melihat keadaan Dimas.
"Papa kena karma Alena, papa kecelakaan," ucap Dimas dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tidak bisa melihat Alena sekarang, karena ia mengalami kebutaan.
"Kenapa bisa?"
"Ini karma bagi seorang ayah yang melantarkan anaknya, menyakiti anaknya, papa menyesal Alena, papa sangat menyesal, papa sudah jahat sama kamu, papah bahkan menyakiti kamu secara fisik," Isak Dimas menyesali semua perbuatannya. Alena pun ikut menangis melihat Dimas yang menangis.
Kutipan diatas (halaman 354-356) menggambarkan Karma dalam Konflik Keluarga dalam Novel Lilin. Terjadi karena Dimas mengalami kecelakaan hendak ingin pulang ke rumah.
Seketika ia teringat akan perbuatannya yg buruk selama ini terhadap Alena. Dia menyesal sangat menyesal, dia berjanji jika dia selamat dari kecelakaan ini, dia akan menyayangi anak itu. Dia akan memberikan semua kasih sayang seorang ayah. Kesadaran Dimas perlahan menghilang, semuanya gelap. Hidup dan mati hanya Tuhan yang tahu bagaimana takdirnya setelah ini. "Maafkan papa, Alena."
ADVERTISEMENT
"Maafin mama Alena, maafin mama," Isak Sonya.
Alena tersentak mendengar mamanya mengubah kata saya menjadi Mama. Alena membalas pelukan Sonya sangat erat. Ini adalah pelukan pertama soalnya untuk Alena. Pelukan yang didambakannya selama tujuh belas tahun.
"Maafin mama sudah menjadi ibu yang buruk bagi kamu, maafin dosa Mama ke kamu Alena," tangis Sonya semakin pecah.
Kutipan diatas (halaman 354-356) menggambarkan Karma dalam Konflik Keluarga dalam Novel Lilin. Terjadi karena, Sonya, mama Alena pun berada di rumah sakit, ia terkena tembakan di bagian perut. Sonya dan Alena sama-sama menangis membuat semua orang yang ada di ruangan itu ikut terharu. Bagaimana seorang ibu yang menyadari kesalahannya selama ini. Sonya tak henti-hentinya menggumamkan kata maaf untuk Alena membuat Alena ikut menangis tanpa mengatakan apapun. Sonya juga sadar setelah insiden penembakan yang terjadi.
Ilustrasi Gambar: Akhir cerita dalam Novel Lilin. Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Di atas kursi roda, Alena terharu mendengar semua orang bernyanyi lagu selamat ulang tahun untuknya. Di sini ada mama dan papanya di sampingnya, menuruti permintaannya yang bisa dibilang untuk yang terakhir kalinya. Dia bahagia, setidaknya doanya selama ini terkabul.
ADVERTISEMENT
Setelah acara itu selesai, kini semua orang menikmati menu hidangan. Semua orang tak kalah bahagia hari ini. Alena tersenyum melihat semua orang bercanda tawa. Tetapi, tiba-tiba kepala Alena pusing, dia memejamkan matanya sambil berusaha tidak memperlihatkan ke semua orang kesakitannya.
"Papa Mama, mata Alena berat, Alena mau tidur yang panjang," lirih Alena
"Jangan tidur Alena, papa takut," isak Dimas.
"Mata Alena sudah berat pah, papa ikhlas ya, Alena mau bobo, mau tidur panjang, jangan dibangunin," ucap Alena dan mencium pipi Dimas dan Sonya untuk yang terakhir kalinya.
"Alena tidur ya, pah mah. Kalian harus ikhlas. Alena mau pergi dengan tenang, selamat malam papaku sayang, selamat malam mamaku terkasih, selamat malam buat semuanya," ucap Alena tersenyum lalu mulai memejamkan matanya saat cahaya itu sudah terlihat.
ADVERTISEMENT
Alena sudah tertidur dengan nyenyak, suaranya lagi tidak terdengar, dengan perlahan tangan Alena terjatuh dengan lemah di pangkuan Dimas. Nafas yang biasanya teratur kini sudah tidak terasa. Sonya perlahan menunduk dan melihat wajah Alena terlelap damai. Sonya menatap nanar tangan putrinya. Tangan itu sudah tidak bertenaga. Sementara Dimas sudah menangis, dia tahu jika Alena sudah tidak ada, putrinya sudah pergi.
Kini hanyalah gundukan tanah yang bisa dilihat oleh semua orang sebagai tanda bahwa perempuan itu pernah lahir di bumi. Tidak ada lagi Alena si gadis malang, tidak ada lagi seorang anak yang mengharapkan kasih sayang orang tuanya, kini gadis itu memilih jalan hidupnya untuk pergi selama-lamanya. Pergi meninggalkan segala kenangan buruk di masa lalu dan berharap kebahagiaan di alam sana menantinya.
ADVERTISEMENT