Konten dari Pengguna

Budaya Minangkabau: Sebuah Cerminan Keberagaman dan Kekayaan Indonesia

Afdhal Rafi
Mahasiswa Baru Universitas Andalas Padang, berasal dari Sumatera Utara, menjadi sastrawan yang membanggakan
17 Oktober 2024 15:04 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afdhal Rafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minangkabau dalam pengertian sosial budaya merupakan suatu daerah kelompok etnis yang mendiami daerah Sumatera Barat sekarang, ditambah dengan daerah kawasan pengaruh kebudayaan Minangkabau seperti: daerah utara dan timur Sumatera Barat, yaitu Riau daratan, Negeri Sembilan Malaysia; daerah selatan dan timur yaitu; daerah pedalaman Jambi, daerah pesisir pantai sampai ke Bengkulu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia (Couto dalam Arisman, 2001:56). Tidak ada yang dinamakan suku bangsa Sumatera Barat atau kebudayaan Sumatera Barat. Namun secara praktis pemerintah Daerah Tingkat I propinsi Sumatera Barat-lah yang menggerakkan kebudayaan Minangkabau. Boestanoel Arifin Adam mengatakan:
ADVERTISEMENT
Daerah suku bangsa Minangkabau ditandai dengan masyarakatnya yang menganut adat istiadat Minangkabau, dan masyarakat Minangkabau itu umumnya bermukim di pulau Sumatera bagian tengah, meliputi propinsi Sumatera Barat (tidak termasuk kepulauan Mentawai di samudra Hindia), sebagian hulu sungai Rokan, Kampar dan Kuantan di propinsi Riau, kemudian Batang Tebo dan Muaro Bungo di propinsi Jambi, serta hulu sungai Marangin di Muko-Muko di propinsi Bengkulu (Adam, 1987:2).Daerah yang didiami suku bangsa Minangkabau tersebut di atas, merupakan wilayah budaya Minangkabau. Masyarakat Minangkabau menyebut wilayah tersebut dengan ”Alam Minangkabau”. Alam Minangkabau dihiasi pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari utara ke selatan, diantaranya terdapat beberapa gunung berapi. Sekeliling gunung berapi ditutupi rimba raya, dan sekitarnya berada wilayah dataran tinggi Minangkabau. Dataran rendahnya terletak pada bagian pantai pulau Sumatera yang menghadap ke Samudra Indonesia. Dataran tingginya memiliki lembah dan ngarai-ngarai yang dikelilingi hutan dengan suhu udara yang cukup dingin. Ekonomi masyarakat di dataran tinggi dan pegunungan tersebut banyak bersumber dari hasil persawahan dan ladang sayur-sayuran.Pada masa dahulu, daerah Minangkabau meliputi dua kawasan utama yaitu darek (darat) dan rantau. Kedua kawasan tersebut terdiri dari luhak nan tigo (luhak yang tiga) dan rantau nan duo (rantau yang dua). Luhak Nan Tigo terletak di daerah pegunungan yang menjadi basis Minangkabau. Ketiga luhak tersebut adalah, Luhak Tanah Datar terletak di lembah dan dataran tinggi sekitar gunung merapi, gunung Singgalang dan gunung tandikek; Luhak Agam terletak di lembah dan dataran sekitar gunung merapi dan gunung Singgalang; dan Luhak Lima Puluh Koto terletak di lembah dan dataran tinggi sebelah Timur Gunung Sago. A. Sejarah Suku Minangkabau
ADVERTISEMENT
Sejarah Awal Adanya Suku Minangkabau Suku Minangkabau atau Minang adalah kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilandi Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibukota propinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Hal ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa beberapa literatur Belanda juga telah menyebut masyarakat suku ini sebagai Padangsche Bovenlanden B. Letak Goegrafi Suku Minangkabau
Suku minangkabau terletak di Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Minangkabau lebih menonjol dengan ajaran agama Islam. Saat ini masyarakat minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. penduduk Sumatera Barat didukung oleh beberapa kelompok etnik. Etnik terbesar adalah suku Minangkabau. Suku Minangkabau menyebar di hampir semua wilayah daratan utama. Kelompok lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit adalah suku Mandailing yang banyak menghuni wilayah Pasaman, orang Jawa di Pasaman dan Sijunjung, orang Tionghoa di wilayah perkotaan, dan berbagai suku pendatang lainnya. Sementara itu, Kepulauan Mentawai dihuni oleh suku Mentawai. Suku Minangkabau menempatkan perempuan pada kedudukan yang istimewa. Tidak seperti sebagian besar suku di Indonesia yang menganut sistem kekerabatan patrilineal (garis keturunan ayah). Suku Minangkabau di Sumatera Barat menganut sistem Matrilineal (garis keturunan ibu). Suku Minangkabau di Sumatera Barat merupakan suku dengan budaya Matrilineal terbesar didunia. C. Bahasa Suku Minangkabau
ADVERTISEMENT
Bahasa di Minangkabau merupakan bahasa Austronesia. Meskipun ada perbedaan pendapai mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan hahasa melayu, ada yang menganggap bahasa yang diucapkan masyarakat itu bagian dari bahasa melayu, karena banyaknya kesamaan terhadap kosakata dan bentuk ucapannya. Tapi ada yang Beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri. Selain itu dalam masyarakat minangkabau memiliki macam bahasa yang tergantung pada daerahnya masing-masing. D. Kesenian Suku Minangkabau Suku Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari- tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Tari pasambahan merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya Tari piring merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.
ADVERTISEMENT
Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini yang sudah berkembang sejak lama. Tari Payung merupakan tari tradisi Minangkabau yang saat ini telah banyak perubahan dan dikembangkan oleh senian-seniman tari terutama di Sumatra Barat. Awalnya tari ini memiliki makna tentang kegembiraan muda mudi (penciptaan) yang memperlihatkan bagaimana perhatian seorang laki-laki terhadap kekasihnya. Payung menjadi icon bahwa keduanya menuju satu tujuan yaitu membina rumah tangga yang baik. Keberagaman Tari Payung tidak membunuh tari payung yang ada sebagai alat ungkap budaya Minangkabau.
Randai, tarian yang bercampur dengan silek. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan sijobang, dalam randai ini juga terdapat seni peran (acting) berdasarkan skenario. Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tiga genre seni berkata-kata, yaitu pasambahan (persembahan), indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan aphorisme, contohnya Dima tumbuah, sinan disiang Cara memecahkan suatu masalah dengan langsung ke akar atau penyebab masalah itu sendiri. E. Rumah Adat Suku Minangkabau
ADVERTISEMENT
Rumah adat suku Minangkabau disebut dengan Rumah Gadang, yang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara turun temurun. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan belakang. Umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti bentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau yang biasa disebut gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Namun hanya kaum perempuan dan suaminya, beserta anak-anak yang jadi penghuni rumah gadang. Sedangkan laki-laki kaum tersebut yang sudah beristri, menetap di rumah istrinya. Jika laki-laki anggota kaum belum menikah, biasanya tidur di surau. Surau biasanya dibangun tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai tempat tinggal lelaki dewasa namun belum menikah. F. Sistem Kepercayaan Suku Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Minangkabau merupakan penganut agama Islam yang taat. Mereka boleh dikatakan tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lainnya. Upacara-upacara adalah kegiatan ibadah yang berkaitan dengan salat hari raya Idul Fitri, hari raya kurban dan bulan ramadhan. Di samping itu upacara-upacara lainya adalah upacara Tabuik dll. G. Sistem kekerabatan Suku Minangkabau
Masyarakat Minangkabau menganut garis keturunan matrilineal (garis keturunan ibu). Keturunan keluarga dalam masyarakat Minangkabau terdiri atau tiga macam kesatuan kekerabatan yaitu paruik, kampuang dan suku. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh laki-laki dewasa dari keluarga tersebut yang bertindak sebagai niniek mamak. Jodoh harus dipilih dari luar suku (eksogami).
Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa tahapan yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang). Manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan). Setelah maminang dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid, sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan. Pada nagari tertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau tuan kadi, mempelai pria akan diberikan gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya. Kemudian masyarakat sekitar akan memanggilnya dengan gelar baru tersebut. Gelar panggilan tersebut biasanya bermulai dari sutan, bagindo atau sidi di kawasan pesisir pantai. Sedangkan di kawasan luhak limo puluah, pemberian gelar ini tidak berlaku. Dalam adat diharapkan adanya perkawinan dengan anak perempuan mamaknya. Perkawinan tidak mengenal mas kawin, tetapi mengenal uang jemputan yaitu pemberian sejumlah uang dan barang kepada keluarga mempelai laki-laki. Sesudah upacara perkawinan mempelai tinggal di rumah istrinya (matrilokal). H. Sistem Ekonomi Suku Minangkabau Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Bagi yang tinggal di pinggir laut mata pencaharian utamanya menangkap ikan. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan adalah kain songket. Hasil kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari Minangkabau. Stratifikasi sosial masyarakat Minangkabau pada daerah tertentu (terutama Padang Pariaman) masih mengenal 3 tingkatan, yaitu: 1. Golongan bangsawan. Memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat dan sering mendapat kemudahan dalam segala urusan, misalnya memperolah uang jemputan yang tinggi jika menikah, boleh tidak memberi belanja kepada isterinya dan anaknya, memperoleh gelar kebangsawanan juga. la boleh kawin dengan dari kelas mana saja. Sebaliknya seorang wanita bangsawan dilarang kawin dengan seorang laki-laki biasa, apalagi kelas terendah. Yang termasuk golongan bangsawan ialah orang-orang yang mula-mula datang dan mendirikan desa-desa di daerah Minangkabau. Karena itu mereka disebut sebagai urang asa (orang asal).
ADVERTISEMENT
2. Golongan orang biasa
Adalah orang-orang yang datang kemudian dan tidak terikat dengan orang asal, tetapi mereka bisa memiliki tanah dan rumah sendiri dengan cara membeli.
3. Golongan ternedah
Adalah orang-orang yang datang kemudian dan menumpang pada keluarga- keluarga yang lebih dulu datang dengan jalan menghambakan diri. Oleh karena itu golongan ini menduduku kelas yang terbawah.
Menurut konsepsi orang Minangkabau, perbedaan lapisan sosial ini dinyatakan dengan sitilah-istilah sebagai berikut:
1. Kamanakan tali pariuk, yaitu keturunan langsung dari keluarga urang asa. 2. Kamanakan tali budi, yaitu para pendatang tetapi kedudukan ekonomi dan sosialnya sudah baik, sehingga dianggap sederajad dengan urang asa. 3. Kamanakan tali ameh, yaitu para pendatang baru yang mencari hubungan keluarga dengan urang asa, tetapi telah dapat hidup mandiri. 4. Kamanakan bawah lutuik yaitu orang yang menghamba pada orang asa.
ADVERTISEMENT
1. Pakaian Adat Suku Minangkabau
Limpapeh Rumah Nan Gadang. Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut "Limpapeh Rumah nan gadang". Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari. Pakaian Penghulu. Pakaian adat pria Suku Minang disebut pakaian Penghulu. Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat. Pakaian penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari Deta atau Destar adalah tutup kepala atau sebagai perhiasan kepala tutup kepala bila dilihat pada bentuknya terbagi pula atas beberapa bahagian sesuai dengan sipemakai, daerah dan kedudukannya. Deta raja Alam bernama "dandam tak sudah" (dendam tak sudah). Penghulu memakai deta gadang (destar besar) atau saluak batimbo (seluk bertimba). Deta Indomo Saruaso bernama Deta Ameh (destar emas). Deta raja di pesisir bernama cilieng manurun (ciling menurun). Destar atau seluk yang melilit di kepala penghulu seperti kulit yang menunjukkan isi dengan pengertian destar membayangkan apa yang terdapat dalam kepala seorang penghulu. Destar mempunyai kerut, merupakan banyak undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu dan sebanyak kerut dester itu pulalah hendaknya akal budi Pengarang dalam proses karyanya Mampu memanfaatkan nilai-nilai budaya Atau adat istiadat daerah Minangkabau Dengan memanfaatkan alur peristiwa yang Dibuatnya. Bahasa menjadi sarana untuk Menumbuhkan kekuatan karya sastra Dalam menghidupkan nilai budaya minang Sehingga memiliki fungsi penting. Selain Itu, kehidupan sosial pengarag menjadi Salah satu faktor dalam menghidupkan Penggambaran nilai budaya minangkabau. Jenis-jenis budaya yang Diungkapkan pengarang dalam naskah Drma Dr. Anda berupa pepatah-petitih, Adat istiadat, arti kata Minangkabau, Pakaian adat, dan upacara adat. Nilai-nilai Budaya dalam naskah berupa nilai politik Diungkapkan Dan ekonomi yang diungkapkan pengarang melalui monolog tokoh dalam konflik yang ada dalam naskah. Penggunaan bahasa Minang dalam naskah digunakan pengarang untuk mengenalkan bahasa Minangkabau. Makna dan nilai budaya tidak hanya menjadi cerita tertulis atau cerita dari mulut-kemulut melainkan diterapkan secara langsung oleh msyarakat Minang dalam kehidupan sehari-hari
ADVERTISEMENT
Alam Kerinci salah satu wilayah pedalaman Sumatera dan dikelilingi bukit barisan yang membentang di bagian barat dan timur. Selain itu. Wilayah ini berada ditengah-tengah dua kebudayaan besar yang sangat berpengaruh yaitu Melayu Jambi dan Alam Minangkabau. Suku kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah penutur bahasa Austronesia. Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci dapat diikategorikan dekat dengan Minangkabau, akan tetapi dari segi administratif sejak masa keemerdekaan, Kerinci telah menjadi bagian dari Jambi. Kedua kondisi tersebut pada ahirnya mempengaruhi kebudayaan kerinci, baik dari segi artefaktual, maupun dari segi etnografinya. Pada artefak yang tersebar di Kerinci banyak kemiripan bentuk dengan artefaktt ual yang ada di Minangkabau, demikian juuga secara etnografi semisal sistim sosial yang juga matrilineal, atau garis eturunan dari Ibu. Sebagai bagian dari wilayah Jambi, identitas melayu Jambi juga melekat dalam identitas kebudayaan masyarakat kerinci. Fenomena ini pada akhirnya menjadi rumusan masalah yang membawa penulis untuk meneliti nya, lebih lanjut. Untuk menjawab ini maka digunakan metodologi arkeologi, dimulai proses ientifikasi kemudian melakukan analisis bentuk-bentuk akulturasi dua kebudayaan yang terdapat pada artefak dan tradisi masyarakat Kerinci. Hipotesa sementara, proses akulturasi yang terjadi bersifat perebutan dominasi, sehingga bentuk adopsi budaya yang paling mencolok dianggap sebagai patron budaya yang paling mempengaruhi, yang dalam hal ini adalah minangkaabu.
ADVERTISEMENT