Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Aku yang Pengangguran dan Temanku yang Jadi Seorang Guru
13 Juni 2024 16:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Afe Erma Telaumbanua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dulu waktu saya masih SMP, saya punya seorang teman sekelas yang begitu akrab. Setelah tamat SMP, komunikasi kami tetap jalan walaupun dipisahkan tempat pendidikan baru hingga selesai kuliah.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan setelah saya lulus kuliah, dia menelponku lewat WhatsApp. Panggilan pertamanya saya tidak respons karena nomor yang dia pake ternyata nomor baru. Ditambah lagi karena nama dan foto profilnya tidak ada.
Dua menit kemudian, dia telepon lagi dan saya langsung jawab panggilannya. Dia bilang “Bro saya kawanmu yang dulu (tak perlu saya sebut namanya), saya udah ganti nomor sekarang.”
“Owh iya bro, sorry tadi saya gak jawab teleponmu karena nomor baru pula. Apa kabar bro?” jawabku sambil menanyakan kabarnya.
“Kabar baik bro. Kamu juga apa kabar di sana?” jawabnya sambil menanyakan kabar saya.
“Kabar baik broku,” jawabku sambil tersenyum
Cerita kami pun berlanjut, dia tanya pekerjaan saya. “Lo kerja di mana sekarang bro setelah lulus kuliah?” senyumku langsung menciut, dan aku hanya bisa menggaruk kepala, “Eh, masih pengangguran bro,”jawabku.
ADVERTISEMENT
Sambil mendengarkan ceritanya saya pun bertanya-tanya dalam hati: kok setiap kali aku bertemu teman-teman lamaku itu juga yang mereka tanyakan, ada apa ya? Emangnya kalau sudah kuliah apa ada jaminan pekerjaan?
“Pengangguran? Kerja dong, kerja! Udah lulus kuliah, masa masih nganggur terus? Seperti sayalah selesai kuliah langsung dapat pekerjaan,” katanya sambil tertawa dan terlihat sombong.
Sontak pun saya bertanya “By the way, bro kerja di mana sekarang?”
“Saya kerja sebagai guru di salah satu sekolah menengah pertama yang ada di sini bro,” ujarnya.
Saya kembali menanyakan “Dibayar berapa di sana bro?”
“Biasa bro, standar UMR kota Jakarta. Lumayanlah hehe,” jawabnya dengan nada yang begitu lembut.
Dia pun lanjut menanyakan tentang keberadaan saya, “Apakah kamu masih di Medan bro? Terus ngapain aja di sana?”
ADVERTISEMENT
“Ya, saya masih di Medan. Aku memang bukan karyawan kantoran. Aku juga bukan orang yang terikat dengan jam kerja. Aku sekarang sudah jadi konten kreator. Pokoknya aku bekerja dengan cara yang berbeda. Aku juga sambil melanjutkan studi Strata Dua (S2) di Medan ini bro,” jawabku.
Dia terheran-heran. “Kamu konten kreator di Facebook atau YouTube? Dan gimana caranya sih dapet duit setelah jadi konten kreator?”
“Wajib upload video dan konsisten bro,” jawabku.
Dia kayaknya mulai tergiur dan menanyakan, “Apa bisa saya join? Siapa tau bisa jadi penghasilan tambahan bagi saya? Wkwk.”
“Ya, semua orang bisa. Tapi, yang penting adalah mau mencoba dan terus mencoba. Jangan takut gagal, karena gagal adalah proses belajar yang paling berharga,” kataku, sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
“Tapi, gimana sih caranya? Kasih tau dong!” pintanya, dengan nada yang yang terdengar penuh harapan.
“Oke, oke, gue kasih tau. Tapi, jangan lupa, ini cuma tips, ya. Kamu harus kreatif dan inovatif untuk membuat konten yang cocok dengan minat dan bakatmu,” kataku, sambil mulai bercerita.
“Pertama, kamu harus tahu apa yang kamu suka dan apa yang kamu bisa. Kalau suka tutorial, ya jadilah konten kreator dibagian tutorial. Kalau suka desain, ya buatlah konten tentang desainer. Jika suka ngobrol l buat konten vlog. Pokoknya, carilah passion kalian!”
“Kedua, jangan takut untuk memulai. Jangan menunggu sampai kalian merasa siap 100%. Mulailah dari yang kecil, belajar dari kesalahan, dan terus berkembang. Ingat, pengalaman adalah guru terbaik!”
ADVERTISEMENT
“Ketiga, jangan lupa untuk mempromosikan nama akun YouTube kepada teman-teman, kerabat dan di media sosial. Buatlah akun YouTube menarik. Tunjukkan kepada dunia apa yang bisa kamu lakukan!”
“Nah, itu dia tips-tips dari gue. Semoga bermanfaat, ya!” kataku, sambil tersenyum lebar.
“Wah, makasih ya, bro! Jadi, semangat lagi nih gue buat ngejar mimpi!” kata temanku itu, dengan semangat baru.
“Sama-sama, bro! Ingat, jangan pernah menyerah! Kamu pasti bisa!” jawabku, sambil memberikan semangat.
Ya, memang benar, menghasilkan uang tidak harus kerja di kantor. Ada banyak cara lain yang bisa kita lakukan, asalkan kita mau berusaha dan tidak takut untuk mencoba.
Itulah cerita singkat saya dengan teman ku itu, yang awalnya merasa bangga karena sudah dapat pekerjaan jadi seorang guru. Namun, perlu kita tahu bahwa hidup di dunia ini butuh banyak uang.
ADVERTISEMENT
Menurut hemat saya, dapat uang tidak harus kerja di perusahaan, kerja di kantor dan punya pekerjaan tetap. Tapi, mendapatkan uang ada seribu satu cara, bisa dengan bakat dan talenta yang kita miliki.
Memang benar kata orang, masa depan kita ada di tangan kita sendiri. Kita bisa memilih jalan kita sendiri, dan kita bisa meraih mimpi kita sendiri.
Keberhasilan itu ada bagi mereka yang sungguh-sungguh mengerjakan apa yang sudah direncanakan. Jadi jika kita sudah memiliki pekerjaan dan gaji yang gede, jangan pernah sombong dan meremehkan orang lain. Jangan pula, lupa bersyukur.