Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Mengulik Makna Perayaan Kedewasaan Seijin Shiki
24 Maret 2025 10:55 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Affire R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seijin Shiki (成人式), merupakan peringatan hari kedawasaan di Jepang yang masih dirayakan hingga saat ini. Upacara kedewasaan ini resmi diperingati di setiap tanggal 15 Januari. Upacara ini diikuti oleh pemuda dan pemudi yang siap di sambut sebagai orang dewasa. Pada saat hari upacara tersebut, pemerintah daerah, mulai dari kota, distrik dan desa akan mengundang mereka ke balai kota atau pusat komunitas untuk mengikuti secara resmi upacara kedewasaan tersebut, dengan para tokoh penting disana akan membacakan sebuah pidato nasihat untuk mereka.
ADVERTISEMENT
Di saat hari Seijin Shiki ini memang tidak ada ketentuan khusus untuk pakaian yang harus digunakannya, namun biasanya mereka yang laki-laki akan mengenakan pakaian jas formal dan para perempuan menggunakan kimono jubah yang mewah. Sehingga upacara kedewasaan ini sangatlah spesial bagi mereka yang sudah mencapai umurnya untuk mengikuti Seijin Shiki tersebut.

Namun, mulai tahun 2022 ada perubahan untuk ketentuan umur yang dapat mengikuti upacara kedewasaan ini. Yakni yang sebelumnya umur 20 tahun, kini diturunkan menjadi umur 18 tahun. Namun ketentuan yang dapat dilakukan di umur 18 tahun masih jauh lebih terbatas dibandingkan umur 20 tahun. Seperti untuk aktivitas minum-minum, berjudi, merokok tetap harus menunggu usia legal yakni umur 20 tahun tersebut. Dan untuk selebihnya seperti menikah, membuat kartu kredit, membuat kartu SIM sudah dapat dilakukan di umur 18 tahun.
ADVERTISEMENT
Seijin Shiki ini sudah dikenal sejak zaman Nara dengan nama dan ketentuan yang jauh berbeda dari yang sekarang. Seijin Shiki di masa lalu tersebut di kenal dengan nama Genpuku (元服), yang merupakan masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan ketentuan umur 12-16 tahun, lebih muda dari ketentuan Seijin Shiki sekarang. Upacara kedewasaan Genpuku ini diperkenalkan dari Tiongkok pada masa Dinasti Tang. Pakaian yang digunakan pada perayaan tersebut untuk laki-laki mengenakan Haori dan untuk perempuan menggunakan Kimono dewasa.
Seiring berjalannya waktu sekitar akhir zaman Nara, yakni di zaman samurai, Genpuku menjadi perayaan terbatas untuk laki-laki saja. Hal tersebut untuk menjadi simbol para laki-laki menuju kedewasaan, terutama dalam konteks sosial dan budaya para samurai pada masa itu. Tidak hanya para laki-laki samurai, para bangsawan laki-laki pun turut ikut merayakannya dengan perbedaan besar di bagian cara berpakaian dan atribut yang dikenakan. Seperti untuk para bangsawan akan menggunakan mahkota Kanmuri, sedangkan para samurai menggunakan topi tradisional Eboshi.
ADVERTISEMENT
Berlanjut di Zaman Edo, ada tren baru yang muncul di kalangan samurai waktu itu yakni Gaya rambut Chonmage, model rambut yang dicukur bagian depannya yang menjadi simbol dewasanya para samurai yang siap bertanggung jawab. Dan akhirnya tren gaya rambut chonmage tersebut menyebar populer juga di berbagai kelas sosial dan menjadi bentuk keseragaman gaya hidup dan budaya pada masa itu.
Dan akhirnya mulai sekitar zaman Meiji, tradisi perayaan upacara kedewasaan Genpuku berubah menjadi Seijin shiki yang kita kenal saat ini. Karena pada masa tersebut, tentu Jepang mengalami perubahan secara besar-besaran dalam hal modernisasi dan sistem sosialnya.
Darisini, dapat kita lihat bahwa perayaan upacara kedewasaan Seijin Shiki sangat terjaga dan tetap lestari budayanya hingga saat ini. Bahkan Seijin shiki telah menjadi upacara resmi dan tanggal Seijin Shiki berlangsung ditetapkan menjadi hari libur nasional. Karena dapat kita ketahui bahwa Seijin Shiki ini menjadi momen penting bagi anak-anak remaja yang merasakan dengan nyata peralihan menuju kedewasaannya. Karena dengan adanya upacara Seijin Shiki tersebut akan secara langsung menandai transisi kehidupan, di mana mereka tidak akan lagi dianggap anak-anak, namun sudah menjadi dewasa yang siap mengemban tanggung jawab yang besar dalam hidupnya. Tanggung jawab tersebut tentu mulai dari mereka akan membuat keputusan secara mandiri untuk berbagai macam hal seperti dalam karier, hubungan, dan kehidupan sosialnya. Selain memiliki sikap tanggung jawab yang mandiri dan besar, mereka juga harus mematuhi hukum sosial masyarakat, dan hal tersebut menunjukkan bahwa tantangan menjadi dewasa itu tentu banyak sekali.
Tak hanya itu, pembentukan identitas diri seseorang akan mulai terbentuk di saat ini, yakni identitas diri sebagai orang dewasa yang dirayakan sebagai pengakuan atau penerimaan peran baru dalam kehidupan. Karena melalui masa peralihan ini, dari yang awalnya banyak dan sering bergantung kepada orangtua dan tidak bisa hidup secara mandiri, secara tidak langsung akan menyadarkan mereka untuk hidup lebih mandiri dan akan menjadi sungkan bergantung pada orangtua.
ADVERTISEMENT
Dari masa peralihan ini pun, tidak hanya sebagai upacara resmi namun sebagai perayaan keberhasilan mencapai kedewasaan. Perayaan keberhasilan ini dapat menjadi suatu bentuk refleksi diri untuk merangkai masa depan, tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya dan tentang apa yang akan kita capai selanjutnya. Seijin Shiki ini membuka pintu baru yakni pintu kedewasaan yang penuh tantangan di depannya, yang membuat dimana semua orang melalui Seijin Shiki tersebut telah siap matang dengan sikap dan mental untuk menghadapinya.
Dari seluruh pemaknaan Upacara perayaan usia kedewasaan Seijin Shiki ini dapat disimpulkan bahwa, Seijin Shiki tidak sekedar memperingati atau merayakan usia dewasa. Namun juga sebagai pembuka lembar kehidupan dewasa yang akan dilaluinya nanti. Seijin Shiki Tidak sekedar perayaan bersenang-senang telah menjadi dewasa saja, karena tentu semakin bertambah umur semakin banyak beban dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan melalui hal-hal tersebut tentu diperlukan sikap, mental, baik secara finansial maupun emosionalnya. Mulai dari bagaimana kita akan menghadapi masalah, memutuskan suatu hal, mengambil tindakan, dan banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar Seijin Shiki menjadi bentuk implementasi nilai-nilai kedewasaan, seperti tanggung jawab, rasa hormat, kemandirian, kesopanan, dan keharmonisan menuju perjalanan dewasa yang siap diemban untuk para remaja yang mendapatkan masa peralihan tersebut. Dengan adanya Seijin Shiki tentu besar harapan bagi generasi muda untuk bisa lebih menyadari tugasnya menjadi dewasa yang lebih aktif dan berguna bagi masyarakat disekitarnya.
Dan di sisi lain, Seijin Shiki ini sebagai simbol pelestarian budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu bagi masyarakat Jepang. Seperti melalui penggunaan pakaian tradisional sebagai pakaian yang digunakan di saat upacara Seijin Shiki tersebut menunjukkan rasa hormat terhadap budaya dan leluhur.
Dan dengan menjadikan Seijin Shiki ini menjadi bentuk perayaan ikatan kebersamaan dengan keluarga, teman, dan orang-orang sekitar. Bahwa Seijin Shiki memiliki banyak makna yang mendalam untuk berbagai aspek kehidupan untuk seseorang yang telah meraih gelar dewasanya. Perayaan ini menjadi salah satu bentuk kesadaran bersama dengan mempererat hubungan antar individu generasi muda tersebut. Dengan demikian Seijin Shiki, upacara peringatan hari kedewasaan bukanlah sekedar perayaan usia dewasa, melainkan perayaan tumbuhnya nilai-nilai kedewasaan bagi seluruh generasi muda yang merayakan Seijin Shiki.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi:
Seijin Shiki. Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Seijin_shiki) Diakses 23 Maret 2025
Buku Nihonjin no Issho (Hal. 12)
‘Sejarah Jepang’, Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jepang) Diakses 8 Maret 2025