8 Strategi Digital Public Relation

Afgiansyah
Praktisi dan Akademisi Komunikasi Media Digital dan Penyiaran. Co-Founder Proxymedia.id // Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana, Universitas Indonesia, dan Universitas Paramadina.
Konten dari Pengguna
12 Juni 2023 9:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afgiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi informasi digital. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi informasi digital. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Digital public relation (Digital PR) atau kehumasan digital merupakan sebuah strategi komunikasi yang menggabungkan inisiatif kehumasan konvensional dan teknologi pemasaran digital untuk membangun reputasi dan kesadaran brand secara online.
ADVERTISEMENT
Digital PR bertujuan untuk meningkatkan visibilitas, reputasi, dan interaksi dengan audiens yang beragam dan tersebar di berbagai platform digital.
Digital PR berbeda dengan PR konvensional yang lebih mengandalkan saluran dan metode komunikasi non-digital, seperti media cetak, radio, televisi, atau acara langsung.
Bahasan ini menguraikan langkah-langkah praktis dalam mengaplikasikan digital PR mulai dari digital media listening, membangun narasi, produksi dan distribusi konten, hingga monitoring dan evaluasi. 

1. Digital Media Listening

Dalam kegiatan ini praktisi humas mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan institusi, merek, produk, layanan, isu-isu, atau topik tertentu yang ada di dunia digital.
Digital listening dapat dilakukan secara manual dengan mencari kata kunci terkait di mesin pencari atau media sosial, atau secara otomatis dengan menggunakan alat atau aplikasi khusus yang dapat memantau dan menyaring data secara real time.
ADVERTISEMENT
Beberapa alat atau aplikasi yang dapat digunakan untuk digital media listening antara lain Mediawave, BrandWatch, Hootsuite, dan lain-lain. 

2. Menetapkan Tujuan

Setelah melakukan digital listening, langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan dari Digital PR yang ingin dicapai. Tujuan harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbasis waktu. Tujuan juga harus sesuai dengan isu-isu terkait institusi yang telah diidentifikasi melalui digital listening.
Salah satu tujuan yang umum dari Digital PR adalah meningkatkan percakapan positif tentang institusi di dunia digital dan mengurangi percakapan negatif atau netral. 

3. Mengidentifikasi Target Audiens

Target audiens adalah kelompok orang yang ingin dijangkau dan dipengaruhi oleh Digital PR. Target audiens harus diidentifikasi berdasarkan hasil digital listening yang telah dilakukan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Target audiens dapat disegmentasikan berdasarkan karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain), geografi (lokasi, wilayah, negara, dan lain-lain), dan psikografi (kepribadian, gaya hidup, minat, dan lain-lain). Target audiens juga harus disesuaikan dengan pesan dan saluran komunikasi yang akan digunakan. 

4. Key Message dan Narasi

Key message adalah pesan utama yang ingin disampaikan oleh institusi kepada target audiens melalui Digital PR. Key message harus fokus pada informasi penting yang akan memberikan nilai tambah kepada target audiens.
Key message juga harus konsisten dengan identitas dan nilai-nilai institusi. Narasi adalah cara menyampaikan key message ke dalam sebuah cerita yang menarik dan mudah dimengerti oleh target audiens.
Narasi adalah cara menyampaikan key message ke dalam sebuah cerita yang menarik dan mudah dimengerti oleh target audiens. Narasi harus mengandung unsur-unsur seperti latar belakang, konflik, solusi, dan hasil.
ADVERTISEMENT
Narasi juga harus sesuai dengan tone of voice dan brand personality institusi. Narasi harus dibuat dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan target audiens. Narasi harus dapat membangun koneksi emosional dan rasional dengan target audiens. Narasi harus dapat membedakan institusi dari kompetitor atau pesaing lainnya. 

5. Membuat Konten

Konten adalah bentuk penyajian key message dan narasi yang akan disebarkan melalui Digital PR. Konten harus dirancang dan diproduksi sesuai dengan narasi yang telah dibuat sebelumnya. Konten juga harus relevan dan menarik bagi target audiens.
Format dan jenis konten yang dapat digunakan untuk Digital PR bervariasi, seperti teks, gambar, video, infografis, podcast, webinar, dan lain-lain. Konten harus disesuaikan dengan saluran dan platform komunikasi yang akan digunakan. 
ADVERTISEMENT

6. Mendistribusikan Konten

Konten yang telah dibuat harus didistribusikan ke target audiens melalui berbagai saluran dan platform komunikasi yang ada di dunia digital. Pada dunia kehumasan dan pemasaran digital, dikenal model PESO yang dikemukakan oleh Dietrich (2014) yaitu Paid, Earned, Shared, dan Owned media.  
Paid Media: media yang memberikan pemberitaan atau ulasan tentang institusi secara berbayar atau dengan imbalan tertentu, seperti iklan konten atau kegiatan kehumasan.
Earned Media: media yang memberikan pemberitaan atau ulasan tentang institusi secara sukarela atau tanpa bayaran, seperti media online, portal berita, forum online, dan lain-lain.
Shared Media: media yang dimiliki dan dikendalikan oleh pihak lain yang memiliki pengaruh atau kredibilitas di dunia digital, seperti key opinion leader (KOL), influencer, blogger, dan lain-lain. 
ADVERTISEMENT
Owned Media: media yang dimiliki dan dikendalikan oleh institusi, seperti website, newsletter, media sosial, dan lain-lain.   

7. Optimalisasi Owned Media

Owned media adalah media yang paling penting dan paling banyak digunakan dalam Digital PR. Owned media harus dioptimalkan agar dapat menjangkau target audiens dengan lebih baik dan meningkatkan performa konten.
Salah satu teknik optimasi owned media adalah SEO (search engine optimization), yaitu teknik untuk meningkatkan peringkat website di mesin pencari seperti Google.
SEO meliputi aspek-aspek seperti technical SEO (kecepatan loading, struktur URL, dan lain-lain), backlink building (mendapatkan tautan dari website lain), keyword research (menentukan kata kunci yang relevan), dan lain-lain.
Selain SEO, optimasi owned media juga dapat dilakukan dengan cara-cara lain, seperti blog competition (mengadakan lomba menulis blog), quiz (mengadakan kuis online), dan lain-lain. 
ADVERTISEMENT

8. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring adalah kegiatan mengamati dan mengukur dampak dari Digital PR terhadap target audiens dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi adalah kegiatan menilai dan menyimpulkan hasil dari monitoring.
Monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara berkala (harian, mingguan, bulanan) untuk mengetahui sejauh mana Digital PR berhasil atau tidak.
Beberapa metrik atau indikator yang dapat digunakan untuk monitoring dan evaluasi adalah jumlah kunjungan website, jumlah pengikut media sosial, jumlah interaksi (like, comment, share), jumlah pemberitaan atau ulasan di media online, sentimen positif atau negatif terhadap institusi, dan lain-lain.  
Digital PR merupakan salah satu cara untuk meningkatkan visibilitas, reputasi, dan interaksi dengan audiens di dunia digital. Digital PR membutuhkan kreativitas dan inovasi dalam membuat konten dan mendistribusikannya ke target audiens.
ADVERTISEMENT
Digital PR juga membutuhkan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui dampak dan hasil dari strategi komunikasi yang dilakukan. Digital PR adalah sebuah proses yang dinamis dan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan audiens.
Oleh karena itu, institusi harus terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di dunia digital. Dengan demikian, institusi dapat memanfaatkan Digital PR sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan dan misinya.