Dilema Mahasiswa: Antara Magang, Lomba, atau Organisasi

Afi Ridho
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
5 Maret 2024 17:50 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afi Ridho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Mahasiswa (FOTO: Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Mahasiswa (FOTO: Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Proses transisi dari siswa menuju mahasiswa adalah salah satu momen krusial dalam kehidupan manusia. Dalam fase ini, hasrat remaja untuk mencari jati diri membuncah–diwujudkan dengan upaya memilih jalan hidup untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun pergi bekerja.
ADVERTISEMENT
Kompleksitas opsi yang dapat dipilih tidak berhenti di sana. Ketika seorang remaja telah mantap memilih pendidikan tinggi, dilema selanjutnya datang untuk memilih ke kampus mana dia akan berlabuh dan kegiatan apa yang akan dipilih untuk mengisi waktu di sela-sela jam kuliah. Suatu waktu, seorang adik kelas di sekolah meminta wejangan pra-kuliah pada saya. Ini yang saya katakan:
Dalam tulisan ini, saya akan bercerita mengenai dilema yang saya alami saat dihadapkan pada lima pilihan di atas, pertimbangan apa yang saya gunakan untuk memilih tiga prioritas saya selama berkuliah, dan diakhiri dengan testimoni atas pilihan tersebut.
Mahasiswa yang FOMO
Mayoritas mahasiswa baru (maba) terdiri dari kumpulan orang-orang bingung yang ambisius dan memiliki gairah besar untuk mencoba hal baru. Sensasi maba seringkali menggiring mereka untuk masuk dalam organisasi atau mengikuti kegiatan karena rasa penasaran, bahkan tak jarang menjurus pada fear of missing out–fomo, sebuah kata untuk menggambarkan perasaan takut ketinggalan momen atau informasi.
ADVERTISEMENT
Rasa fomo ini kemudian memacu para maba yang bimbang untuk segera mengikuti apa yang orang-orang sekitar mereka lakukan. Tentu, melakukan sesuatu atas dasar fomo tidak akan selalu berakhir baik. Terkadang ketidakmampuan untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar diinginkan dan memilih untuk mengikuti tren yang beredar bisa berakhir dengan penyesalan.
Dalam kehidupan kuliah, sebenarnya mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu di luar daripada di dalam kelas. Saat waktu luang ini dapat dimanfaatkan dengan baik, mahasiswa dapat meraih lebih banyak manfaat yang dapat membantu mereka mengetuk lebih banyak pintu kesuksesan pasca-wisuda. Untuk itu, diperlukan pertimbangan matang agar waktu luang yang ada tidak terbuang sia-sia.

Mengolah Keterbatasan Menjadi Kebermanfaatan: Rumus 3/5

Penting untuk diingat bahwa waktu luang di luar kelas memang terbilang banyak–dibandingkan waktu yang kita habiskan di kelas–namun waktu yang kita miliki tetaplah terbatas. Belum lagi, ada variabel psikis dan tenaga yang harus kita pertimbangkan dalam menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Kebermanfaatan kegiatan yang kita jalani bisa diukur dari output dan/atau outcome yang kita dapat. Jika suatu kegiatan tidak meningkatkan uang, kemampuan, pengetahuan, kesehatan atau membuat kita senang dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka kegiatan tersebut tergolong tidak bermanfaat.
Untuk memanfaatkan waktu secara optimal, kita bisa menggunakan rumus 3/5. Mengulang pernyataan di atas, ada lima hal yang bisa diraih saat kuliah, yakni akademik, lomba, organisasi, bekerja/magang, dan hobi.
Kamu bisa saja memilih kelimanya sekaligus, namun dengan keterbatasan waktu dan tenaga yang ada, sangat sulit untuk mendapatkan hasil optimal. Akhirnya kamu hanya bisa memilih tiga dari lima opsi yang tersedia.
Mulailah untuk mencari tahu apa yang benar-benar kamu inginkan dan coba susun langkah-langkah apa yang dapat membantumu untuk meraih hal tersebut. Jika masih bingung, kamu bisa coba eksplor hal baru, namun tetap, kegiatan yang kamu jalani sebaiknya didasarkan pada alasan yang rasional, bukan karena fomo.
ADVERTISEMENT
Tujuannya agar keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran dapat digunakan untuk meraih hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dimulai dengan memetakan kegiatan yang kamu lakukan melalui rumus 3/5.

Ikigai: Membuat Hidup Lebih Bermakna

Ikigai (生き甲斐) adalah sebuah istilah dari bahasa Jepang untuk menjelaskan makna kehidupan. Secara harfiah, kata Ikigai berasal dari kata “iki” yang berarti kehidupan dan “gai” yang berarti nilai, sehingga Ikigai dapat diartikan sebagai alasan kita hidup.
Pada dasarnya, Ikigai merupakan irisan dari empat elemen yaitu Passion, Mission, Vocation, dan Profession. Dalam menemukan Ikigai, yang terpenting adalah menyeimbangkan empat elemen tersebut untuk saling mengisi dalam membentuk sebuah tujuan hidup berkelanjutan. Jika empat aspek tersebut digabungkan akan membentuk sebuah diagram sebagai berikut:
Visualisasi Konsep Ikigai (FOTO: Free Licensed Freepik)
Ikigai adalah perpaduan dari kemampuan (what you are good at), pemasukan (what you can be paid for), kebutuhan dunia (what the world needs), dan apa yang kita suka (what you love). Saat kegiatan yang kita lakukan telah memenuhi empat hal tadi, maka ikigai telah berhasil kita terapkan.
ADVERTISEMENT
Menemukan ikigai bukanlah pekerjaan sederhana; diperlukan proses dan ketekunan untuk menemukan ikigai dalam hidup. Akan tetapi, selama proses pencarian jati diri di dunia kuliah, kita dapat memulai dengan menemukan irisan passion, profession, vacation, dan mission.
ADVERTISEMENT
Melalui konsep ikigai, kita dapat mulai memetakan kegiatan bermanfaat apa yang dapat kita lakukan untuk menghabiskan waktu luang melalui pertimbangan passion, profession, vacation, dan mission.

Tiga Pilihan Saya: Sebuah Testimoni dari Rumus 3/5 dan Konsep Ikigai

Dari lima opsi yang tersedia, saya menempatkan akademik, organisasi, dan lomba sebagai tiga hal yang ingin saya raih secara optimal. Target nilai yang ingin saya raih di akademik tidak muluk-muluk, yang penting cumlaude saja.
Di organisasi, saya bergabung dengan BEM di Departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) sebab bidang ini sesuai dengan keinginan saya untuk meningkatkan kesadaran sosial-politik (mission). Sedangkan mengikuti berbagai lomba kepenulisan dan public speaking yang merupakan bidang yang saya tekuni dan saya sukai (passion).
ADVERTISEMENT
Rumus 3/5 dan konsep ikigai membuat waktu luang di luar kelas dapat dialokasikan secara optimal sebab seluruh keterbatasan waktu dan tenaga digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat atas dasar kemampuan, kesukaan, kebutuhan, dan cuan.
Pada 2023, IPK saya cukup memuaskan; saya memenangi 12 lomba kepenulisan di tingkat nasional; menjadi mahasiswa teraktif di HI UI tahun 2023; mengenal banyak pemangku kebijakan di tingkat daerah hingga pusat; dan menerbitkan belasan infografis, esai ilmiah, propaganda, dan kajian bersama Departemen Kastrat BEM FISIP UI.