Budaya Klise Menjadi Unggul di Tempat Kerja

Hary Kresnawati
Magister Public Health UGM ASN RSUD Suradadi Kabupaten Tegal
Konten dari Pengguna
29 September 2021 7:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hary Kresnawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto SUmber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto SUmber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kemarin malam datang Safrul bersama istri (adik ipar) untuk bersilaturahmi. Sebenarnya mereka sudah memberi kabar sebelumnya tetapi saya lupa. Saya malah mengajak suami untuk keluar malam, beruntung kami tidak jadi pergi sehingga dapat menerima tamu malam itu.
ADVERTISEMENT
Maksud kedatangan adik adalah untuk berterima kasih karena telah saya informasikan adanya peluang kerja sehingga dapat diterima di perusahaan sahabat saya, Rani. Meski sudah saya jelaskan bahwa bukan karena saya beliau diterima, tetapi beliau tetap mengutarakan terima kasihnya dengan membawa beragam buah tangan. Barangkali itulah buah kebaikan
Banyak cerita malam itu, salah satunya adalah adik mengalami fitnah yang besar dari teman-temannya. Saya tidak mengerti apakah memang dia seperti tuduhan itu, meremehkan dan tidak sopan kepada senior kerja, cari muka ataukah murni fitnah. Kalau pun fitnah saya bisa mengerti karena banyak cerita teman maupun saudara yang mengalami hal serupa di tempat kerjanya.
Native "gerah" karena Safrul yang merupakan pekerja baru langsung menjadi perhatian di lingkungan kerja, karena memiliki kecerdasan di atas rata-rata, terampil, cekatan sehingga seringkali diminta mendampingi pimpinan untuk presentasi kegiatan karena berpengalaman menjadi praktisi di kota besar.
ADVERTISEMENT
Persis seperti yang pernah adik saya; Maemun, alami di tempat kerja nya beberapa waktu lalu. Maemun bahkan dimusuhi secara komunal oleh pekerja lama karena langsung mengambil kendali pekerjaan, namanya seakan haram untuk tampil. Teman-temannya menganggap mereka yang berhak dianggap kompeten dan pandai oleh teman-temannya.
Hal yang klise selalu saja terjadi dengan kasus yang sebelas dua belas dengan kejadian-kejadian tersebut. Orang baru menjadi kuda hitam, tidak berhak muncul, tidak boleh menjadi sentral, apalagi mengesampingkan teman/tokoh native. Keberadaannya mengancam kans orang-orang di sekitarnya dalam bertumbuh dan berkarier dalam dunia kerja.
Hal serupa dialami Safitri teman saya, yang menceritakan kisah di tempat kerja nya sambil menangis tersedu-sedu. Bagaimana tugas dia yang dititipkan kepada temannya (Fitri absen sakit) pada rapat pleno sengaja tidak disampaikan supaya Fitri kena marah pimpinan.
ADVERTISEMENT
Pernah juga temannya tidak menyampaikan undangan rapat internal dari pak Kepala kepada Fitri, sehingga yang hadir hanya teman-temannya yang siap menggantikan posisi Fitri. Trik lain pernah pula suatu kali dia menanyakan sesuatu hal batu baginya kepada temannya, tetapi dijawab dengan keras (supaya semua karyawan di ruangan mendengar) : “Halah seperti itu saja tidak tahu, itu kan sangat mendasar. Ayo dikerjakan dengan cepat supaya aku bisa nyambung mengerjakan yang lain. Ingat Fitri kita sedang berbagi tugas,” diucapkan keras sehingga setiap orang di ruangan itu menengok ke arah mereka berdua.
Tidak jarang Fitri menjadi tidak tahan sehingga terpaksa harus menangis di kamar mandi. Fitri memang orang baru tetapi kecemerlangan dirinya dan potensi yang ada padanya mengkhawatirkan semua teman-temannya sehingga dianggap saingan. Itulah yang paling tidak enak, tidak menganggap saingan tetapi dianggap saingan yang harus dibekukan karena bisa menghambat kans maju yang lain.
ADVERTISEMENT
Begitulah dunia kerja. Pada sebagian masyarakat sulit untuk menerima kekalahan, susah untuk bersaing secara sehat, tidak sportif, tidak gentle. Berbuat dengan segala macam cara bagaimana caranya agar saya bisa terlihat, Asal Bapak Senang (ABS), sampai dengan bagaimana menyabotase temannya. Mereka lupa, bekerja tidak hanya harus pandai tetapi juga ada penilaian atas attitude dan loyalitas serta kerja sama
Masih banyak lagi cara mengganjal kawan dalam dunia kerja dengan berbagai variasi dari yang halus sampai yang terang-terangan. Sehingga muncullah pameo siapa saja yang dapat bertahan dalam dunia kerja maka selamatlah dia. Ibaratnya lulus dalam penempaan kawah candradimuka.
Bukankah tidak nyaman mendapatkan perhatian, penerimaan dan ucapan selamat dari hasil menyabotase dan mengganjal teman sendiri? Menurut saya hebat bukan karena menang pada area gladiator kerja, banting membanting dengan sesama teman supaya terpilih. Sungguh sangat tidak hebat. Semua kebaikan dan ketidakbaikan pasti akan terendus kelak, percayalah.
ADVERTISEMENT
Menjadi unggullah tanpa harus menyakiti atau menginjak yang lain dengan cara yang bermartabat. Tetaplah mengedepankan profesionalitas dan loyalitas. Seburuk apapun perlakuan orang pasti lambat laun akan menerima kita. Kita harus menunjukkan keunggulan dan kebaikan. Bukankah kebaikan itu universal. Teruslah berbuat baik karena kebaikan itu akan menular.