Konten dari Pengguna

Malam Pertama di Rantauan: Mereka Menyapa Ku Lewat Mimpi

Afifah Bekti Nuraisyiyah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto
3 Januari 2025 14:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afifah Bekti Nuraisyiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
fotoygtersisa-koleksipribadi
zoom-in-whitePerbesar
fotoygtersisa-koleksipribadi
ADVERTISEMENT
5 tahun berlalu, ketika aku memulai perjalanan PKL ke Magelang, ada semacam rasa antusias karena akan menjalankan praktik kerja lapangan selama kurang lebih 4 bulan sewaktu SMK di salah satu Radio di Magelang untuk memenuhi persyaratan kelulusan sekolah. Serta senang dan was-was karena akan hidup merantau pertama di Kos daerah Magelang.
ADVERTISEMENT
Kota ini, dengan segala cerita keindahannya, Kota Magelang Kota Sejuta Bunga menjadi latar belakang dari pengalaman yang akan terus teringat. Aku ngekos di sebuah rumah sederhana bersama tiga teman lainnya. Rumah itu sebenarnya nyaman, tapi sejak pertama kali masuk, ada aura yang sulit dijelaskan.
Malam pertama menjadi malam yang tak akan pernah aku lupakan. Setelah seharian beraktivitas dan membereskan barang, aku akhirnya memutuskan untuk tidur lebih awal. Tapi, entah kenapa, saat aku memejamkan mata, aku merasa seperti ada beban di dada. Suasana kamar yang seharusnya tenang malah terasa berat, seolah-olah ada "kehadiran" lain di sana.
Di dalam tidurku, aku bermimpi. Dalam mimpi itu, aku melihat kamar tempatku tidur dan sudut-sudut ruangan seperti tangga, bawah tangga, dapur dan kamar mandi. Tata letaknya sama persis, tetapi di sudut-sudut tertentu ada sosok-sosok samar. Di tangga, aku melihat bayangan hitam berdiri kaku, matanya merah menyala seperti bara. Di bawah tangga, ada sosok yang di ikat seperti lontong putih, diam, tapi terasa mengintimidasi sehingga membuat aku merasa ketika memasak di dapur seperti ada yang mengawasi. Bahkan di kamar mandi, di dekat pintu di depan closet, terlihat ada perempuan berambut panjang yang membuat ku merasa ketika buang air jug seperti sedang mengawasiku.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, aku menceritakan mimpiku kepada teman-teman. Mereka hanya tertawa kecil, menganggap itu hanyalah efek kecapekan. Tapi salah satu dari mereka, ia mengaku merasakan hal mistis serupa, hanya temanku merasakan saat tidak sedang bermimpi, seperti suara langkah kaki di lorong tangga seperti langkah kaki orang yang naik turun tangga, padahal kami semua sudah berada di kamar masing-masing.
Hari-hari berikutnya, meski kejadian aneh masih kadang terasa, aku mencoba mengabaikannya. Kehidupan PKL dan tugas-tugas yang wajib aku jalankan menjadikanku untuk tetap fokus. Tapi malam pertama itu, dan "mereka" yang hadir dalam mimpiku, menjadi cerita yang selalu kuingat ketika mengenang pengalaman pertama kali ngekos di rantauan. Mungkin, itu adalah cara mereka menyambutku - dengan memperkenalkan salah satunya bertamu lewat mimpi.
ADVERTISEMENT