Konten dari Pengguna

Pilkada 2024 dan Pancasila: Mengapa Gen Z Harus Ikut Memilih?

Izzaty afifah nur inayah
Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya
13 November 2024 20:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Izzaty afifah nur inayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Partisipasi Gen Z di Pilkada Sebagai Cerminan Nilai Pancasila dan Masa Depan Demokrasi

ADVERTISEMENT
Artikel ini membahas pentingnya peran generasi Z dalam Pemilihan Kepala Daerah 2024 di Indonesia dan dampaknya pada nilai-nilai Pancasila. Banyak Gen Z yang masih mempertimbangkan apakah akan menggunakan hak pilih mereka atau tidak, padahal keputusan ini memiliki pengaruh besar bagi masa depan Indonesia. Di artikel ini, kita akan mengulas apakah tidak ikut serta dalam pilkada bisa dikatakan melanggar Pancasila dan mengapa Gen Z sebaiknya terlibat aktif dalam pemilihan.
ADVERTISEMENT
edit sendiri
Grafik ini menunjukkan bahwa Gen Z memiliki kekuatan yang signifikan dalam jumlah dan berpotensi memberikan dampak besar pada hasil pilkada. Partisipasi mereka sangat penting, tidak hanya dalam menentukan pemimpin daerah tetapi juga dalam memastikan bahwa kebijakan yang dibuat relevan dengan aspirasi generasi muda, seperti pendidikan, lapangan kerja, dan digitalisasi.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah tidak ikut pilkada sama dengan melanggar nilai-nilai Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila menekankan nilai kebersamaan dan kepentingan rakyat. Menurut data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), partisipasi pemilih muda sangat memengaruhi kualitas demokrasi. Walaupun tidak ada sanksi hukum bagi yang tidak memilih, tingkat partisipasi yang rendah mencerminkan kurangnya tanggung jawab sosial terhadap bangsa, yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Berpartisipasi dalam pilkada menunjukkan kepedulian terhadap masa depan bangsa dan komitmen terhadap prinsip demokrasi.
ADVERTISEMENT
Jika Gen Z tidak terlibat dalam pilkada, mereka menyerahkan masa depan daerah mereka pada kelompok lain yang mungkin tidak memperhatikan kebutuhan mereka. Berdasarkan survei sebelumnya, diperkirakan bahwa tingkat partisipasi Gen Z dalam pilkada akan mencapai sekitar 60%, dengan 40% berpotensi tidak ikut memilih. Grafik berikut menggambarkan potensi tingkat partisipasi dan ketidakikutsertaan Gen Z:
edit sendiri
Jika 40% dari Gen Z memilih untuk tidak terlibat, akan ada beberapa dampak signifikan:
1. Kebijakan Kurang Relevan dengan Kebutuhan Gen Z : Tanpa partisipasi mereka, kebijakan yang dihasilkan mungkin tidak mencerminkan aspirasi generasi muda, seperti akses pendidikan, lapangan kerja, atau lingkungan yang ramah generasi.
2. Rendahnya Representasi Aspirasi Gen Z: Pemimpin yang terpilih tanpa dukungan suara Gen Z mungkin kurang peduli pada isu-isu penting bagi mereka, yang bisa berpengaruh pada keberlanjutan program yang relevan bagi masa depan generasi ini.
ADVERTISEMENT
3. Kepedulian Sosial dan Nilai Demokrasi Melemah: Partisipasi rendah menunjukkan minimnya kepedulian sosial dan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Ini bisa melemahkan semangat kebangsaan dan prinsip Pancasila yang mendukung pengabdian untuk kepentingan masyarakat luas.
Kesimpulan: Pemilihan kepala daerah 2024 adalah kesempatan bagi Gen Z untuk menentukan arah masa depan daerah mereka. Dengan populasi Gen Z yang mencapai hampir 28% dari total penduduk Indonesia, kontribusi mereka sangat penting untuk memastikan demokrasi yang inklusif dan berkesinambungan. Meskipun tidak memilih bukan pelanggaran hukum atau Pancasila, berpartisipasi dalam pilkada mencerminkan tanggung jawab sosial dan cinta tanah air.
Dengan memilih di pilkada, Gen Z tidak hanya menggunakan hak pilih tetapi juga memastikan kebijakan yang sesuai dengan aspirasi mereka. Mari gunakan hak pilih dengan bijak dan jadilah bagian dari perubahan yang lebih baik!
ADVERTISEMENT