Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Konsumsi di Ujung Jari: Bagaimana Era Digital Membentuk Gaya Hidup Konsumtif
25 Desember 2024 9:27 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Afifah Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital merupakan era di mana informasi sangat mudah diakses dalam masyarakat dan mengakibatkan perubahan gaya hidup dari berbagai aspek. Keluaran smartphone yang semakin beragam dan internet yang semakin lancar dengan jangkauan yang semakin luas menjadi pendorong era digital. Menurut data BPS pada tahun 2022, sebanyak 67,88 persen penduduk indonesia sudah memiliki dan menguasai telepon seluler. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2021 yang mencapai 65,87 persen dan diprediksi akan mengalami peningkatan setiap tahunya. Hal ini menandakan lebih dari dua per tiga penduduk Indonesia dengan mudah mengakses informasi seperti sosial media, iklan, berita, dll. Dalam setiap waktu jam, menit, dan detik masyarakat dapat menerima informasi baru lewat telepon seluler.
ADVERTISEMENT
Perubahan Perilaku Konsumtif di Era Digital
Salah satu perubahan gaya hidup yang terjadi di era digital ini yaitu perilaku konsumtif di masyarakat yang sulit untuk dikontrol. BPS mencatat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,6% dari Rp1,28 juta per bulan pada September 2021 menjadi Rp1,33 juta pada Maret 2022. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku konsumtif masyarakat terus berkembang. Tren ini juga sejalan dengan data dari Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) Kementerian Perdagangan yang menunjukkan peningkatan pengguna e-commerce di Indonesia sejak tahun 2020. Pada tahun 2023, tercatat 58,63 juta pengguna e-commerce, dan diproyeksikan akan terus bertambah hingga mencapai 99,1 juta pengguna pada tahun 2029.
Pengaruh Media Sosial, Iklan, dan Tren
Kemudahan dalam mengakses informasi seperti sosial media dan aplikasi perbelanjaan, kerap kali membuat masyarakat termakan iklan suatu produk yang menawarkan diskon dan promo menarik. Berbagai tren yang dinamis lewat sosial media juga sangat mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat. Tren yang populer di media sosial seringkali dianggap sebagai sesuatu yang keren. Validasi sosial ini terus mendorong masyarakat untuk mengikuti tren tersebut. Mulai dari pakaian, barang elektronik, skincare, hingga produk makanan di promosikan di sosial media dengan algoritmanya yang membuat produk tersebut muncul kepada pengguna.
ADVERTISEMENT
Peran Influencer dan Affiliator
Kehadiran influencer dan affiliator semakin memperkuat dorongan konsumsi di era digital. Influencer sendiri bekerja pada suatu brand yang akan mempromosikan produk dari brand tersebut di berbagai platform internet. Di sisi lain ada affiliator yang mendapatkan komisi dari setiap penjualan produk yang berhasil. Meskipun terdapat perbedaan, influencer dan affiliator sama-sama berperan penting dalam mendongkrak penjualan e-commerce pada saat ini dengan memanfaatkan jangkauan dan pengaruh mereka di media sosial untuk memengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Dampak Konsumsi Impulsif dan Implikasinya
Dari penggabungan faktor kemudahan akses informasi, kekuatan media sosial dan pemasaran influencer, serta sistem yang mempersonalisasi konten dan iklan untuk pengguna, menghasilkan kondisi yang kondusif untuk konsumsi yang meningkat dari pembelian impulsif. Masyarakat cenderung membeli barang secara spontan dan tanpa perencanaan. Situasi ini juga diperburuk oleh filter bubble yang diciptakan oleh algoritma media sosial yang memperkuat preferensi konsumsi individu. Faktor psikologis seperti Fear of Missing Out (FOMO) atau kebutuhan untuk divalidasi secara sosial juga berkontribusi dalam memicu perilaku ini. Akibatnya, masyarakat besar kemungkinan akan terjerat hutang kartu kredit, anggaran yang tidak stabil, dan masalah keuangan lainnya. Lebih buruknya lagi, pembelian impulsif yang berlebihan dapat menimbulkan masalah sosial seperti pergeseran yang berorientasi pada aspek material kehidupan dan mengabaikan potensi dampak negatif terhadap lingkungan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dan saran
Era digital, dengan kemudahan akses informasi melalui smartphone dan internet, telah mengubah perilaku konsumtif masyarakat Indonesia. Peningkatan pengeluaran, pertumbuhan e-commerce, pengaruh media sosial dan iklan yang dipersonalisasi, serta peran influencer dan affiliator berkontribusi pada peningkatan konsumsi impulsif. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah finansial dan psikologis. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari individu dengan meningkatkan literasi digital dan keuangan, pemerintah dengan regulasi dan edukasi, serta pelaku bisnis dengan etika pemasaran dan transparansi, untuk menciptakan lingkungan konsumsi yang lebih sehat dan bijak di era digital.