Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Logika Ilmiah dalam Penurunan Tingkat Pernikahan: Indonesia Emas atau Cemas?
5 April 2025 0:47 WIB
·
waktu baca 7 menitDiperbarui 14 April 2025 9:23 WIB
Tulisan dari Afifah Rachmalia Azzhara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seruan Indonesia Emas 2045 merupakan visi dari Indonesia, untuk Indonesia di tahun 2045. Visi tersebut tercipta karena Indonesia pada tahun 2045 mendapatkan bonus demografi yang bisa menciptakan pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Karena itulah, harapan Indonesia emas, yang berarti Indonesia maju dan sejahtera, dapat terealisasikan di tahun 2045. hal ini juga bertepatan dengan hari peringatan Indonesia yang ke-100 tahun, yakni pada tahun 2045. Syarat utama untuk merealisasikan Indonesia emas, yaitu harus bisa memanfaatkan potensi yang ada secara optimal. Apabila hal tersebut tidak terjadi, maka nantinya bisa menjadi bumerang bagi Indonesia sendiri, seperti menyebabkan kemiskinan, kriminalitas, dan pengangguran meningkat, serta kesehatan dan pendidikan menurun.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini terdapat sebuah kasus yang menarik perhatian publik, hingga banyak masyarakat yang turut serta menyampaikan argumen. Kasus tersebut ialah penurunan tingkat pernikahan di Indonesia dari tahun ke tahun.
Kita dapat menerapkan logika penyelidikan ilmiah dalam melihat permasalahan di atas, apakah mungkin Indonesia Emas 2045 ini dapat terealisasikan? Atau alih-alih menjadi Indonesia emas, malah menjadi Indonesia Cemas?
MELIHAT KASUS PENURUNAN TINGKAT PERNIKAHAN DENGAN PERSPETIF LOGIKA ILMIAH
Logika merupakan salah satu cabang dalam filsafat yang membahas terkait aturan, asas, hukum, metode, atau prosedur untuk memperoleh pengetahuan dengan rasional. Jadi secara sederhananya, yaitu cara untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran secara sistematis. Sedangkan Ilmiah merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan ciri-ciri sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Dari pengertian di atas, Logika Ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan oleh akal pikiran berdasarkan ciri-ciri ilmiah (empiris, objektif, replikatif, dan falsifiabel).
Melihat kasus penurunan tingkat pernikahan di Indonesia berdasarkan perspektif logika ilmiah, yaitu dengan bukti atau data seperti di bawah ini:
Berdasarkan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik, menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan dalam tingkat pernikahan dari tahun ke tahun. Penurunan tingkat pernikahan ini dimulai dari tahun 2019 sampai puncaknya tahun 2024, yang mengalami penurunan 6,3%, sehingga menjadi 1,48 juta.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjelaskan bahwa penurunan tingkat pernikahan ini terjadi karena banyak faktor, seperti pendidikan, ekonomi, dan juga lingkungan. Menurut BKKBN, semakin baik seseorang dalam Pendidikan dan ekonomi, serta hidup di kota, maka akan semakin berpengaruh juga terhadap usia pernikahan yang semakin mundur. Sehingga hal tersebut mengakibatkan penurunan tingkat pernikahan.
ADVERTISEMENT
Alasan lain selain usia pernikahan yang mundur, yaitu banyak perempuan yang memutuskan untuk tidak menikah atau hidup melajang. Hal ini disebabkan karena keinginan untuk fokus pada pekerjaan atau karier. Hal tersebut nantinya secara tidak langsung mempengaruhi penundaan pernikahan dan berakhir dengan keputusan tidak menikah, karena sudah terlanjur nyaman dengan kondisi saat itu. Alasan ini juga diperkuat dengan adanya faham feminisme pada Perempuan kota, yaitu pemahaman bahwa Perempuan tidak harus bergantung pada laki-laki (mandiri).
Meskipun banyak penurunan tingkat pernikahan dilatar belakangi oleh Perempuan yang ingin fokus pada pekerjaan dan juga karier, tetapi di sisi lain terdapat kasus yang kontradiksi, yaitu kasus tingginya pernikahan dini ataupun hamil di luar nikah.
Berdasarkan data dari UNICEF, yaitu 10 negara tertinggi dengan jumlah Perempuan menikah di bawah umur 18 tahun. Dari 10 negara tersebut, didapatkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-4 dengan jumlah 25,53 juta Perempuan yang melakukan pernikahan dini.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa alasan kuat kenapa pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia, salah satu alasaanya yaitu karena rendahnya tingkat pendidikan. Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat Pendidikan, maka akan meningkatkan peluang untuk penurunan angka pernikahan dini pada masyarakat.
Rendahnya pendidikan tidak hanya berpengaruh pada angka pernikahan dini, tetapi juga pada angka kehamilan di luar nikah. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang menyebutkan bahwa 50 ribu anak melakukan pernikahan dini dengan alasan mayoritas sudah hamil di luar nikah. Faktor dominan yang melatar belakangi hamil di luar nikah yaitu kurangnya edukasi atau pendidikan, terutama pengetahuan terkait seks itu sendiri.
Lebih parahnya, biasanya seseorang dengan Pendidikan yang kurang baik, cenderung memiliki banyak anak. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan terkait esensi atau bahkan eksistensi dari Keluarga Berencana (KB). Pendidikan dapat mendorong seseorang untuk mengikuti program KB. KB dibuat dengan tujuan menciptakan kemajuan kestabilan dan kesejahteraan, ekonomi, sosial setiap penduduk negara.
ADVERTISEMENT
Permasalahan-permasalahan di atas tentunya akan berpengaruh pada visi Indonesia Emas 2045. Berdasarkan pembahasan di atas didapatkan bahwa banyak Perempuan yang baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan lingkungan, memutuskan untuk menunda pernikahan. Bahkan ada yang berakhir memutuskan untuk tidak menikah, akibat terlanjur nyaman dengan keadaan tersebut. Di sisi lain, banyak Perempuan yang kurang baik dalam segi ekonomi, lingkungan dan terutama pendidikan, melakukan pernikahan dini, hamil di luar nikah dan bahkan melahirkan banyak anak.
Jika dilihat dari teori evolusi Darwin, permasalahan ini akan menjadi penghambat realisasi dari Indonesia Emas 2045. Karena menurut teori evolusi, organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan mampu meneruskan sifat kepada keturunannya melalui proses reproduksi. Dalam permasalahan ini, tentunya reproduksi tidak terjadi pada Perempuan yang memutuskan untuk tidak menikah. Tetapi, reproduksi justru terjadi pada Perempuan yang kurang baik dalam ekonomi, pendidikan, dan juga lingkungan melalui pernikahan dini atau hamil di luar nikah. Hal ini tentunya akan membuat lingkaran setan kemiskinan dan juga kebodohan. Karena akses Pendidikan akan berpengaruh pada peluang ekonomi, dan juga sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Penunjang keberhasilan dari visi Indonesia emas 2045 adalah generasi penerus yang unggul, tetapi karena adanya permasalahan di atas yang menyebabkan lingkaran setan semakin besar, yakni kemiskinan dan kebodohan yang terus berlanjut dari generasi ke genarasi. Akankah Indonesia emas 2045 dapat direalisasikan atau malah menjadi Indonesia cemas?
Dari informasi dan data di atas, permasalahan ini tentunya membutuhkan kesadaran pemerintah dan juga seluruh masyarakat negara untuk bekerja sama demi mewujudkan Indonedia Emas 2045.
Oleh karena itu, kita harus menerapkan logika ilmiah dalam penyelidikan suatu informasi atau kasus agar bisa mendapatkan kesimpulan yang akurat. Dengan begitu hasil dari informasi tersebut, bisa kita jadikan acuan untuk melangkah kedepannya.
Sumber:
Anjani, I. E., Natalia, D., Suprima, Tarina, D. D., Anam, A. K., & Lewoleba, K. K. (2023). Sosialisasi Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda Demi Mewujudkan Indonesia Emas 2045. journal of Human and Education, 322-331.
ADVERTISEMENT
CNN Indonesia. (2023, Januari 18). Ribuan Anak Hamil di Luar Nikah, BKKBN Nilai Pengetahuan Rendah. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230118133119-20-901969/ribuan-anak-hamil-di-luar-nikah-bkkbn-nilai-pengetahuan-rendah
Kadir Sobur, H. a. (2015). LOGIKA DAN PENALARAN DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN. In Logika dan Penalaran dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan TAJDID: Vol. XIV (Issue 2).
Laksono, A. D., Wulandari, R. D., & Matahari, R. (Maret). Does Education Level Matter in Women’s Risk of Early Marriage?: Case Study in Rural Area in Indonesia. Medico-legal Update, 24-28.
Lubis, R. B. (2025, Maret 7). GoodStats. Retrieved from Pernikahan di RI Kembali Cetak Rekor Terendah pada 2024: https://goodstats.id/infographic/pernikahan-di-ri-kembali-cetak-rekor-terendah-pada-2024-ctxYb
Margareta, & Sukadana, W. (2024). Analisis Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan Menikah dan Penggunaan Kontrasepsi. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 589-598.
ADVERTISEMENT
mufrida, I. E. (2024, Februari 19). RI Peringkat 4 Jumlah Perempuan Yang Menikah di Bawah Usia 18 Tahun. Retrieved from GoodStats: https://data.goodstats.id/statistic/ri-peringkat-4-jumlah-perempuan-yang-menikah-di-bawah-usia-18-tahun-JkHnB
Noor, J. Z. (2022). Komitmen Akan Pernikahan Pada Wanita Lajang Usia Diatas Tiga Puluh Tahun: Fenomena Melajang Pada Wanita Karir. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Penelitian, J., Pengabdian, D., Masyarakat, K., Alifah, A. P., Cipta Apsari, N., & Taftazani, B. M. (2021). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA HAMIL DI LUAR NIKAH. https://mediaindonesia.com/humaniora/
Taufik, L. M. (2019). TEORI EVOLUSI DARWIN: DULU, KINI DAN NANTI. Jurnal Filsafat Indonesia, 2.
Wulandari, I. (2015). Fenomena Sosial Pilihan Hidup Tidak Menikah Wanita Karier. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, 67-76.