Konten dari Pengguna

Strict Parents: Pola Asuh Anak yang Baik atau Buruk?

Afifah Azzahro
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 Desember 2022 17:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afifah Azzahro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Strict Parents (sumber: desain pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Strict Parents (sumber: desain pribadi)
ADVERTISEMENT
"Susah bener jadi anak strict parents, apa-apa ngga dibolehin, pokoknya ngga bebas!"
ADVERTISEMENT
"Mau minta izin main sama temen aja harus bikin skenario dulu."
"Gue pinjam nama lo ya, biar dibolehin keluar, nih!"
"Udah anak tunggal, perempuan, cucu pertama, terus strict parents pula."
Adakah dari kalian yang pernah mengalami atau mendengar kalimat-kalimat di atas? Jika iya, berarti kalian atau orang yang bercerita memiliki orang tua yang strict parents. Istilah strict parents ini sudah menjadi lumrah seiring berkembangnya zaman. Kalian bisa menemukan kata strict parents di media sosial, berita, artikel, atau hubungan pertemanan.
Banyak dari anak yang memiliki strict parents tidak merasa bahagia. Strict parents selalu melarang anaknya dan tidak memberikan kebebasan untuk berpendapat. Nah, perilaku ini merupakan ciri-ciri strict parents. Mungkin sudah banyak yang mengetahui tentang strict parents, tapi ada pula yang masih bertanya-bertanya apa itu strict parents. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa simak penjelasan berikut.
ADVERTISEMENT

Mengenal Lebih Dekat dengan Strict Parents

Menurut sudut pandang psikologi, strict parents adalah orang tua yang menetapkan standar dan tuntutan tinggi kepada anak-anak mereka. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan ini terbagi menjadi dua, yaitu otoritatif dan otoriter. Kedua pola tersebut sekilas terdengar sama, tapi sebenarnya memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda.
Orang tua yang otoritatif menetapkan standar tinggi dan aturan ketat pada anak sambil memberikan dukungan, pengarahan serta kasih sayang yang tinggi. Misalnya, orang tua mengharuskan anaknya mendapatkan peringkat pertama di sekolah dan harus unggul dibandingkan anak lainnya.
Mereka memberikan fasilitas yang menunjang pembelajaran anaknya, seperti les privat, kursus musik, olahraga, mengaji, dan sebagainya. Anak-anak yang telah lama diperlakukan dengan pola pengasuhan ini dapat menjadi pribadi yang hebat.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kebanyakan dari strict parents tidak menerapkan pola asuh otoritatif, melainkan otoriter. Strict parents yang otoriter menetapkan standar tinggi pada anak tanpa memberikan dukungan, tidak responsif dan berperilaku dingin.
Biasanya mereka membuat aturan yang ketat dan sewenang-wenang tanpa memedulikan perasaan anak. Anak juga tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengenai alasan dari peraturan yang orang tua buat. Bahkan, orang tua tipe ini cenderung menghukum dengan keras bila anak tidak menurutinya.
Sering kali anak bertanya-tanya mengapa orang tua mereka bisa menjadi strict parents. Ternyata ada beberapa alasan yang menjadikan orang tua cenderung strict atau ketat, lho. Salah satunya karena memiliki didikan yang sama di masa lalunya.
Orang tua yang dibesarkan secara otoritatif, maka kemungkinan akan menirunya di masa depan. Begitupun dengan pola asuh otoriter. Mereka menganggap pola asuh yang sama sebagai cara yang tepat untuk mendidik anaknya. Padahal, pola pengasuhan otoriter bisa menumbuhkan sikap kurang empati dan kasih sayang sehingga berpeluang membentuk orang tua menjadi strict parents.
ADVERTISEMENT
Ada pula pengalaman buruk di masa lalu yang menyebabkan orang tua tidak ingin mengalami kejadian yang sama lagi. Misalnya, kehilangan anak, kesalahan dari pengasuhan, dan perjuangan orang tua untuk memiliki seorang anak. Maka jangan heran, bila kalian terutama anak tunggal mendapatkan perhatian penuh dan selalu diatur oleh orang tua.
Selain itu, beberapa orang tua memiliki rasa cemas dan takut akan pandangan orang lain terhadap mereka. Mereka takut dianggap tidak kompeten bila anak-anak mereka melakukan kesalahan atau tidak berhasil mencapai suatu hal.
Hal inilah yang menyebabkan strict parents selalu mengontrol dan mengawasi perilaku anaknya. Mereka ingin memberikan yang terbaik untuk anak, tapi tanpa disadari terjebak dalam gengsi. Mereka lebih ingin terlihat berhasil di depan mata orang lain dibandingkan kesejahteran anak mereka sendiri.
ADVERTISEMENT

Ciri-Ciri Strict Parents yang Harus Kalian Ketahui

1. Memberi Banyak Aturan

Orang tua yang memiliki sifat strict parents biasanya mempunyai aturan yang banyak dan ketat. Aturan yang banyak tidak membuat anak jadi disiplin, tetapi merasa terkekang. Dikutip dari laman situs Webd, menurut Nancy Darling, PhD, seorang profesor psikologi di Oberlin College, Ohio, salah satu ciri strict parents adalah menetapkan banyak aturan sehingga tidak mungkin bagi anak untuk menjalani semuanya. Akan lebih baik bila anak diberi sedikit aturan dan konsisten agar dapat membentuk kebiasaan yang baik.

2. Memberi Ancaman dan Hukuman Fisik

Ketika strict parents menetapkan peraturan, biasanya terselip kalimat-kalimat ancaman bila anak tidak menuruti peraturan tersebut. Misalnya, strict parents akan mengambil handphone anak bila tidak tidur sebelum jam 10 malam, menghancurkan semua mainan anak bila tidak belajar, atau mengusir anak dari rumah bila terlambat pulang dari acara tertentu.
ADVERTISEMENT
Strict parents juga tidak ragu memberikan hukuman fisik bila anak tidak mematuhinya. Memang kalau dipikir hal tersebut bisa membuat anak jadi penurut. Akan tetapi, memberi ancaman dan hukum justru mengajari anak berperilaku buruk.

3. Selalu Mengomel dan Memberikan Arahan Terus-Menerus

Dalam buku Childhood Unbound, Ron Taffel mengatakan jika orang tua yang selalu mengatur, mengomel, mengawasi atau mengingatkan anaknya dengan mengesampingkan hal-hal lain yang bisa dan harus orang tua lakukan, mungkin mereka termasuk strict parents. Strict parents hanya mengomel dan memberikan arahan terus-menerus tanpa memikirkan bagaimana perasaan anak yang sesungguhnya.

4. Tidak Membantu Anak

Biasanya strict parents hanya menyuruh anak mengerjakan sesuatu yang sulit tanpa mau meluangkan waktu untuk membantunya. Memang ada strict parents yang bekerja seharian sehingga tidak sempat membantu anaknya.
ADVERTISEMENT
Namun, ada pula strict parents yang sengaja tidak membantu anaknya. Strict parents menganggap hal itu bisa membuat anak menjadi mandiri, namun terkadang anak juga merasa kesulitan. Seharusnya ada kerja sama antara orang tua dan anak sehingga tercipta komunikasi yang baik.

5. Tidak Memberikan Pilihan pada Anak

Selain menetapkan banyak aturan, strict parents juga tidak memberikan kebebasan anak untuk memilih. Strict parents tidak mempercayai anak-anak mereka untuk mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri. Anak juga harus menuruti peraturan yang strict parents buat tanpa memberikan penjelasan, sekalipun peraturan tersebut tidak masuk di akal.

6. Anak Selalu Belajar dan Tidak Memiliki Waktu Bermain

Sering kali strict parents menyuruh anak mereka untuk belajar sepanjang hari sehingga tidak ada lagi waktu untuk bermain, bahkan beristirahat. Jika anak-anak dipenuhi dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari belajar sepanjang hari, otak mereka akan membentuk seperti spons.
ADVERTISEMENT
Anak-anak menyerap ilmu tersebut, tetapi mereka tidak tau apa arti dari semua yang sudah dipelajari. Sia-sia, bukan? Oleh karena itu, anak-anak butuh waktu belajar yang nyaman dan istirahat.

Dampak Strict Parents yang Tidak Disadari Oleh Orang Tua

Setelah memahami pengertian dan ciri-ciri dari strict parents, selanjutnya adalah beberapa dampak strict parents bagi anak yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang tua.

1. Anak Tidak Bahagia dan Depresi

Dikutip dari SehatQ, menurut studi yang dirilis oleh The Journal of Psychology, anak-anak yang memiliki orang tua strict cenderung tidak bahagia, sering merasa khawatir dan cemas. Apalagi jika strict parents sudah menjurus pada pola pengasuhan yang otoriter bisa menyebabkan anak mengalami stress dan menunjukkan gejala-gejala depresi.

2. Anak Memiliki Gangguan Perilaku

Ingat, jika seorang anak dibesarkan secara otoritatif atau otoriter, maka kemungkinan dia akan meniru salah satunya di kemudian hari. Secara tidak disadari pola asuh strict parenting ini dapat menimbulkan gangguan perilaku pada anak. Anak dapat menjadi pembangkang serta pemarah atas ancaman dan hukuman fisik yang ia diterima dari strict parents.
ADVERTISEMENT

3. Anak Suka Berbohong

Dengan banyaknya aturan, ancaman, hukuman fisik dan tanpa kasih sayang membuat anak takut kepada orang tua. Anak yang ingin menghindari hukuman pun terpaksa berbohong. Misalnya, anak yang ingin bermain di luar rumah terpaksa berbohong dengan orang tuanya menggunakan alasan ada tugas kelompok dari sekolah. Anak strict parents dikenal ‘jago membuat skenario bohong’.

4. Anak Tidak Percaya Diri

Anak-anak yang terbiasa menuruti peraturan dan tidak diberi kebebasan memilih, bisa membuat mereka tidak percaya diri dengan keputusan sendiri. Strict parents selalu mendikte anak-anak mereka dan mengambil keputusan sepihak.
Orang tua saja tidak percaya dengan keputusan anaknya, bagaimana dengan anak itu sendiri? Tentu anak akan takut keputusan yang dibuatnya salah dan kemudian dimarahi oleh orang tuanya.

5. Anak Memiliki Hubungan Pertemanan yang Bermasalah

Anak yang dibesarkan dengan strict parents hanya memiliki waktu sedikit untuk bermain bersama teman-temannya. Kadang kala suatu pertemanan menolak seorang anak yang memiliki orang tua strict parenting karena dianggap tidak seru. Namun, ada pula penelitian dari American Psychological Association yang menyatakan bahwa strict parents otoriter dapat membuat anak menjadi tukang bully.
ADVERTISEMENT
Itulah penjelasan mengenai strict parents, ciri-ciri, dan dampaknya bagi kesehatan mental anak. Pola pengasuhan strict parents yang bersifat otoritatif dapat membuatnya anaknya menjadi hebat. Namun, kebanyakan strict parents cenderung otoriter sehingga berdampak buruk pada kesehatan mental dan masa perkembangan anak-anak.
Orang tua yang memilih cara mendidik dengan otoriter dapat menyulitkan anak untuk mengembangkan dirinya. Memang mendidik anak dengan tegas adalah hal yang wajar dan manusiawi, tapi jangan sampai orang tua lupa memberikan hak anak, salah satunya dukungan dan kasih sayang.
Semoga penjelasan di atas dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik, sehingga terhindar dari pola pengasuhan yang salah. Selain itu, orang tua harus bisa bijak dalam memilih pola pengasuhan yang tepat bagi anak karena akan berpengaruh di masa depannya.
ADVERTISEMENT