Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bukit Bintang, Jagung Bakar, dan Gunungkidul yang Handayani Sekali
11 Juni 2023 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Afiqul Adib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tentu kita sering mengalami masa di mana perjalanan hidup ini terasa sangat melelahkan. Kemudian pikiran liar kita tiba-tiba singgah di masa lalu. Mengenang momen-momen sederhana, menikmati tawa lepas bersama teman sejawat. Kemudian hati kecil mengatakan, “zaman biyen penak yo”.
ADVERTISEMENT
Iya, itu yang sedang saya alami. Akhir-akhir ini saya ada dalam situasi dan kondisi yang cukup pelik. Dan tentu saja, ingatan saya bergerilya ke suatu masa di mana kalau gabut sebentar, langsung manasin motor, dan cusss muter-muter Jogja. Baik dengan temen, atau dengan diri sendiri.
Bayangan tersebut semakin “gemuk”, sebab, kemarin, teman saya repost sebuah story. Sebuah video tentang Bukit Bintang. Saya mengulang video tersebut berkali-kali. Senyum, tertawa lepas, dan tentu saja, mesoh. Jogja memang kota yang susah sekali untuk tidak diromantisasi. Khususnya bagi perantau yang sempat agak lama tinggal di sana. Sial.
Bagi saya, Jogja tak hanya tentang Malioboro, Olive Fried Chicken, atau klithih saja. Bukan. Bukan hanya itu. Ada banyak hal sederhana yang bisa dijadikan kenangan saat sudah berpamitan dengan Jogja. Salah satunya adalah Bukit Bintang.
ADVERTISEMENT
Bagi yang belum tahu, tempat ini ada di Gunungkidul . Iya, Jogja lantai dua itu, lho. Eksistensi tempat ini juga seakan ingin mengatakan kalau Gunungkidul bukan seputar pantai indahnya saja.
Oh, iya, Bukit Bintang ini bukan destinasi tunggal ya, bestie. Melainkan sebutan untuk sebuah kawasan kafe dan warung kopi di daerah Gunungkidul yang jalannya sedang naik-naiknya. Iya, lokasinya tidak jauh dari tulisan ikonik, Gunungkidul Handayani.
Dulu, pas denger namanya, saya juga membayangkan sebuah tempat, sebuah bukit lah. Di mana di sana bisa melihat kelap-kelip Jogja dari ketinggian. Persis Paralayang di Batu. Ternyata tebakan saya hanya setengah benar. Sebab Bukit Bintang ini ternyata hanya jalanan menanjak, yang di samping jalan ada banyak kedai, warung, dan kafe untuk nongkrong.
ADVERTISEMENT
Hah, hanya sebatas tempat nongkrong, lantas apa spesialnya? Eits, jangan salah. Di sana suhu udara sudah agak dingin. Apalagi pas malam hari. Selain itu, ada banyak kedai yang punya menu khas menghangatkan badan. Dan salah satu yang paling saya suka adalah jagung bakar.
Porsinya cukup gede. Dengan rasa yang nano-nano. Sebab jagung manisnya diolesi beberapa bumbu pedas, manis, balado, dan sebagainya. Membuat hidangan penghangat ini cukup nikmat. Apalagi dipadu dengan udara malam yang agak dingin. Duh, pas banget emang untuk ngobrol santuy, ngerasani konco nggatheli, atau sekadar yang-yangan dengan selingkuhan. Eh!
Selain jagung, tentu saja ada aneka perkopian duniawi. Mulai yang sachet, sampai manual brew. Buat kamu yang suka laper, tenang aja makanan berat juga ada kok. Mulai yang berbahan nasi, mi, sampai seafood.
ADVERTISEMENT
Makanan ringan seperti kentang goreng, onion ring, dan kawan-kawannya juga ada. Untuk menu selengkapnya, ya tanya aja penjualnya, xixixi. Pokoknya lengkap. Tinggal pilih kedai yang sesuai aja sama kebutuhan. Dan nikmatilah pengalaman visualnya.
Sebagai orang yang suka keluyuran, saya beberapa kali mengunjungi Bukit Bintang. Meski dengan beberapa sirkel yang berbeda, tetap saja perasaan saya cukup tenteram. Buat kamu yang masih di Jogja, atau sedang ingin ke Jogja, tidak ada salahnya mengunjungi salah satu tempat singgah ternyaman: Bukit Bintang.
Kombinasi syahdunya Gunungkidul malam hari, lampu kelap-kelip, dan jagung hangat, adalah kombo paling ganas untuk dikenang ketika meninggalkan Jogja. Iya, Bukit Bintang, jagung bakar, dan Gunungkidul yang Handayani sekali. Terima kasih untuk kenangan manisnya.
ADVERTISEMENT