Konten dari Pengguna

Apoteker : Pilar Kesehatan yang Kerap Terlupakan

M Afra Athaillah Marom
Saya merupakan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
9 Desember 2024 14:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Afra Athaillah Marom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi diatas menunjukan tampak depan dari salah satu apotek yang berada di Surabaya Barat (dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi diatas menunjukan tampak depan dari salah satu apotek yang berada di Surabaya Barat (dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Ketika berbicara tentang tenaga kesehatan, sebagian besar orang langsung teringat pada dokter atau perawat. Namun, ada satu profesi yang perannya tidak kalah penting dalam memastikan kesehatan masyarakat: apoteker. Sebagai garda terdepan dalam pengelolaan obat-obatan, apoteker memainkan peran sentral yang sering kali tidak disadari banyak orang. Mereka tidak hanya "penjaga apotek," tetapi juga pilar utama dalam memastikan terapi pengobatan berjalan dengan aman dan efektif.
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang apoteker tidaklah mudah. Perjalanan ini dimulai dengan menempuh pendidikan S1 di bidang Farmasi dan meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm). Setelah itu, pendidikan berlanjut pada program profesi apoteker untuk mendapatkan gelar resmi Apoteker (Apt). Dengan bekal pendidikan ini, seorang apoteker tidak hanya memahami ilmu farmasi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya demi memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Apoteker dapat ditemukan di berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, klinik kesehatan, hingga lembaga penelitian. Dalam menjalankan tugasnya, apoteker sering kali dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), yang meliputi berbagai jenjang pendidikan farmasi seperti ahli madya farmasi dan asisten apoteker. Mereka bersama-sama memastikan bahwa obat-obatan yang diberikan kepada masyarakat aman, tepat, dan efektif.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan seorang apoteker tidak sesederhana menyerahkan obat sesuai resep dokter. Mereka juga bertanggung jawab mengedukasi masyarakat tentang penggunaan obat yang benar, termasuk potensi efek samping dan interaksi obat. Peran ini sangat penting, mengingat rendahnya tingkat literasi masyarakat terhadap obat-obatan sering kali menjadi penyebab kegagalan pengobatan.
Tidak berhenti di situ, apoteker juga bekerja di balik layar untuk menciptakan formularium obat, yaitu panduan standar yang memastikan ketersediaan obat sesuai kebutuhan. Dengan adanya formularium, pengobatan menjadi lebih efektif dan terarah. Mereka juga memastikan masyarakat mematuhi penggunaan obat sesuai anjuran, sehingga pengobatan berlangsung optimal tanpa risiko resistensi atau efek samping serius.
Di tengah tantangan pekerjaan yang sangat teknis, seorang apoteker juga dituntut memiliki rasa empati yang tinggi. Ketika pasien datang membawa resep, sering kali mereka tidak hanya membutuhkan obat, tetapi juga kepercayaan bahwa pengobatan yang mereka jalani akan membawa hasil. Di sinilah empati seorang apoteker memainkan peran penting.
ADVERTISEMENT
Melalui komunikasi yang baik, apoteker dapat memahami kondisi pasien lebih dalam. Kemampuan mendengarkan keluhan pasien tanpa menghakimi, memberikan penjelasan yang sederhana tetapi lugas, serta memastikan pasien merasa nyaman adalah nilai-nilai yang harus dimiliki seorang apoteker. Dengan membangun hubungan yang baik, pasien akan lebih terbuka dan percaya terhadap saran pengobatan yang diberikan.
Dokumentasi diatas merupakan foto penulis bersama salah satu Tenaga Teknis Kefarmasian kefarmasian di salah satu apotek yang berada di Surabaya Barat (dokumentasi pribadi)
Dalam ekosistem pelayanan kesehatan, apoteker berperan sebagai komunikator antara dokter, pasien, dan tenaga medis lainnya. Informasi yang disampaikan oleh dokter perlu diterjemahkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Begitu pula, keluhan pasien harus disampaikan kembali kepada dokter jika ada hal yang perlu dievaluasi ulang.
Interaksi ini menuntut seorang apoteker memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni. Pesan yang salah atau tidak lengkap dapat berdampak besar pada keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu, seorang apoteker harus mampu menyampaikan informasi dengan jelas, tanpa mengurangi empati kepada pasien.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, di tengah besarnya peran apoteker, profesi ini sering kali dipandang sebelah mata. Tidak jarang apoteker hanya dianggap sebagai "penjual obat," tanpa menyadari bahwa di balik setiap obat yang diracik ada pengetahuan mendalam dan tanggung jawab besar.
Untuk mengubah paradigma ini, masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya peran apoteker dalam sistem kesehatan. Di sisi lain, apoteker juga harus terus meningkatkan kualitas pelayanan, baik melalui pendekatan ilmiah maupun interpersonal.
Dalam dunia kesehatan yang semakin kompleks, apoteker memiliki tantangan besar untuk tetap relevan dan dihormati. Selain menguasai ilmu farmasi, mereka harus mampu menjadi komunikator, pendidik, dan pendukung pasien. Empati, integritas, dan dedikasi adalah kunci untuk menjalankan peran ini dengan baik.
Jadi, lain kali Anda berkunjung ke apotek, ingatlah bahwa apoteker yang Anda temui bukan sekadar penyedia obat, tetapi juga pahlawan kesehatan yang berdedikasi untuk memastikan Anda mendapatkan terapi terbaik. Mari kita hargai peran mereka sebagai salah satu pondasi penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT