Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dampak Propaganda Terhadap Pandangan Masyarakat di Korea Utara dan Korea Selatan
17 November 2024 17:39 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Siti Afridatul Hafiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara umum, masyarakat dunia sudah banyak yang tahu tentang Korea Utara dan Korea Selatan, dua negara yang terletak di semenanjung yang sama dengan adanya perbedaan sistem politik dan ideologi yang berseberangan. Hal ini muncul akibat perbedaan ideologi antar kedua negara yang memicu terjadinya konflik atau propaganda. Jadi, propaganda adalah alat yang terutama digunakan oleh pemerintah dalam intervensi evolusi opini atau pandangan masyarakat dan itu dibenarkan oleh pengaktifan informasi dan dorongan untuk mendukung pandangan atau tindakan yang direncanakan.
ADVERTISEMENT
Propaganda yang Terjadi di Korea Utara
Korea Utara dikenal karena ekstremisme pemerintahnya untuk melakukan propaganda terorganisir. Tidak hanya itu, Korea Utara menggunakan sistem dinasti dalam kepemimpinannya, dimana ia memiliki nama besar yaitu Dinasti Kim. Terdapat Kim Il-Sung yang merupakan pendiri negara ini, selanjutnya Kim Jong-Il yang merupakan puteranya, sampai saat ini Kim Jong-Un adalah pemimpin tertingginya.
Propaganda di Korea Utara sedari dulu sudah bisa disebut sebagai alat Rusia dalam mengontrol rakyatnya. Strategi penyebaran propaganda dilakukan pemerintah dengan menciptakan citra positif terhadap negara dan pemimpinnya, di antaranya melalui media massa, poster, pendidikan, dan pertunjukan. Korea Utara juga menciptakan narasi bahwa negara mereka adalah benteng terakhir yang meruju pada konsep Juche. Mereka merasa sebagai negeri paling mandiri yang tidak terjajah oleh ideologi kapitalis Barat. Oleh karena itu, propaganda di Korea Utara ini meruju pada isolasi informasi, yang menjadikan warga Korea Utara hanya dapat menerima informasi atau isi pesan yang sudah dipilih oleh pemerintah sendiri, untuk membuktikan bahwa hanya ada satu negara dengan keunggulan yang luar biasa dan ada ancaman yang perlu ditakutkan dari musuh eksternal.
ADVERTISEMENT
Dampak penyebaran propaganda ini juga berpengaruh dengan banyak hal, di antaranya adalah pandangan publik. Sudah banyak masyarakatnya yang beranggapan bahwa pemimpin mereka adalah sosok yang bukan hanya pemimpin yang tangguh, tetapi adalah sosok yang bisa menyelamatkan negerinya dari kehancuran. Karena sangat sedikit informasi yang tersedia bagi mereka untuk mencari informasi, untuk mempertanyakan pandangan tersebut, yang memaksa, mereka berkembang tahu bahwa negara mereka bukanlah yang terbaik dan paling benar. Namun, dalam sejumlah kasus, ada sedikit perubahan kini terjadi karena media asing mula-mula membanjiri pasaran di daerah tersebut yang mengakui dunia berbeda.
Propaganda yang Terjadi di Korea Selatan
Kebalikannya dengan propaganda di Korea Utara , penyebaran propaganda yang dapat ditemui di Korea Selatan lebih halus dan multifaceted. Kedua kalimat ini melukiskan satu proses di mana orientasi kebijakan yang berkaitan dengan penggandaan sumber daya negara dapat ditujukan untuk keseragaman institusi dalam mempromosikan ide Shelden. Hanya mereka yang didominasi berbicara di Korea Selatan membuat American dreams dan Western civilization ini. Mulai dari masa perang dingin hingga sekarang, pemerintah senantiasa memiliki salah satu ribu struktur kebangsaan di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Untuk membangun citra suatu negara yang diwujudkan oleh modernitas, dinamisme, dan keterbukaan, Pemerintah serta media di Korea Selatan menggunakan soft power melalui budaya populer termasuk K-Pop, drama televisi, dan film. Selain itu, fenomena Hallyu atau Korean Wave telah menjadi alat propaganda yang digunakan untuk meningkatkan citra Korea Selatan dalam konteks global sebagai pusat budaya dan inovasi. Dengan menggunakan berbagai media massa dan internet, Korea Selatan berhasil menyatakan dirinya sebagai negara yang inovatif dan terbuka dengan sejumlah kekuatan lembut yang cukup besar di kancah internasional. Namun, narasi ini juga membentuk cara masyarakat memandang Korea Utara sebagai negara yang ketinggalan zaman dan berbahaya, memperkuat stereotip negatif terhadap warga negara Korea Utara.
Persepsi masyarakat Korea Selatan, terutama generasi muda yang secara virtual 'terhubung' ke internet dan media sosial, cenderung jauh lebih kritis dan terbuka terhadap ide-ide. Namun, ini tidak berarti bahwa mereka bebas dari dampak propaganda. Misalnya, Korea Utara sering dipandang sebagai ancaman dan memiliki kekuasaan yang tirani, dan banyak persepsi yang berasal dari media dan gambar serta narasi yang disetujui pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan di ruang terbuka, opini publik dapat dihasilkan dan tetap mematuhi narasi tertentu yang disampaikan oleh platform media.
ADVERTISEMENT
Dampak dan Pengaruh Panjang Terhadap Persepsi Publik
Salah satu efek negatif jangka panjang dari propaganda di kedua negara adalah persepsi yang tumbuh antara orang Korea Utara dan Korea Selatan, contohnya. Di Korea Utara, orang cenderung melihat Korea Selatan sebagai boneka Amerika yang penuh dengan ketidakadilan sosial dan pengkhianatan terhadap idealisme nasionalis. Dalam hal yang sama, Korea Utara dipersepsikan oleh orang-orang dari Korea Selatan sebagai negara yang memiliki status sosial-ekonomi rendah, tertekan, dan dalam bahaya militer.
Ini tidak dapat dihindari, sehingga orang-orang di kedua negara memiliki perasaan negatif terhadap satu sama lain. Bagi pemuda Korea Selatan yang telah terpapar pada intrusi media dan budaya barat, Korea Utara mungkin dipersepsikan sebagai wilayah tertutup dan terpencil, tetapi bagi orang-orang Korea Utara, Korea Selatan mewakili negara musuh yang ditinggalkan yang berkolusi dengan Amerika dalam upaya untuk menjadi negara anggota.
ADVERTISEMENT
Kontra Perbandingan Dua Negara
Sementara pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara sama-sama menggunakan propaganda, tetapi sifat dan tujuan dari propaganda tersebut tidak sama. Korea Utara terlibat dalam propaganda agar dapat menjaga warganya tetap terjaga dan rezim tetap stabil. Sebaliknya, Korea Selatan menggunakan propaganda dalam upaya untuk meningkatkan reputasinya di seluruh dunia dan juga untuk mempromosikan kekuatan lunaknya melalui ekspor budaya (Hallyu/K-Wave).
Perbedaan ini menciptakan asimetri informasi yang cukup signifikan. Masyarakat Korea Utara terputus dari informasi dari dunia luar sementara masyarakat Korea Selatan memiliki jangkauan informasi yang lebih luas. Hal ini memungkinkan populasi Korea Selatan untuk mendapatkan berbagai pendapat tanpa mempedulikan retorika yang mengelilingi isu tertentu, termasuk pandangan dari rekan-rekan mereka di Korea Utara, yang kemungkinan besar akan menjadi pandangan dominan bagi mereka dalam setiap kontroversi.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Propaganda juga diterima secara luas di kedua daerah yang dimaksud, Korea Utara dan Korea Selatan, sebagai alat integral dalam mengelola publik. Di Korea Utara, propaganda dipandang sebagai alat yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan stabilitas rezim di negara tersebut. Di Korea Selatan, propaganda masih digunakan untuk mempengaruhi opini publik, tetapi melalui kekuatan lunak dan hiburan. Dan meskipun lebih canggih, mereka masih dapat ditemukan di sana. Di era informasi yang terglobalisasi ini, tantangan terbesar tentu saja tetap bagaimana negara-negara tersebut akan mengelola tanggapan warga negaranya terhadap kesenjangan informasi. Secara keseluruhan, literasi media dan ketersediaan aliran informasi yang bebas dapat dikatakan sebagai penangkal bagi masyarakat terhadap efek negatif dari propaganda yang merugikan dan radikalisasi. Akibatnya, orang-orang akan mampu mengambil posisi yang lebih kritis dan lebih seimbang terhadap dunia di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
*penulis adalah Mahasiswa Pengantar Ilmu Politik, Prodi Kom, FISIP UNTIRTA