Konten dari Pengguna

Fenomena Nongkrong Sebagai Aktualisasi Diri Anak Muda

Afrigh Abrar Brahmantya
Mahasiswa Semester 2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
24 Mei 2023 16:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afrigh Abrar Brahmantya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beberapa orang sedang menikmati nongkrong. Sumber: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa orang sedang menikmati nongkrong. Sumber: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Nongkrong, begitulah sebutan masa kini anak muda sebagai kegiatan untuk bersosialisasi. Anak muda tentunya sudah familiar dengan istilah ini.
ADVERTISEMENT
Biasanya anak muda berkumpul dengan teman sebayanya di suatu tempat tertentu yang menjadi basecamp dalam suatu kelompok pertemanan tertentu. Remaja, anak kuliahan, bahkan orang tua pun sering melakukan kegiatan ini. Hal ini juga tidak luput dari kenyamanan tempat tersebut serta ketersediaan prasarana yang ada.
Saat ini, nongkrong dijadikan sebagai media penyaluran ekspresi saat mengisi waktu luang dengan membicarakan suatu topik, berkumpul, serta tidak jarang dengan menikmati santapan makanan atau minuman tertentu.
Banyak orang yang beranggapan bahwa kegiatan nongkrong hanyalah menghabiskan waktu serta memperkuat kemalasan seseorang. Padahal, apabila dimanfaatkan sebaik mungkin dapat meminimalisasi tingkat stres, memacu kreativitas dalam berkarya, serta menuangkan gagasan pikiran.

Tentang Bersosialisasi

Nongkrong bersama sahabat Foto: Shutterstock
Berbicara tentang bersosialisasi, kegiatan ini merupakan proses mempelajari segala aspek norma, nilai, pengetahuan, sistem masyarakat, kesenian, dan keagamaan. Proses inilah yang membentuk seorang anak muda dalam mempelajari perilaku, kebiasaan, serta pola kebudayaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam bersosialisasi anak muda juga belajar tentang keterampilan sosial, seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, serta cara makan. Sederhananya, hal ini merupakan proses individu terjun ke dalam dunia sosial (Ismail, 2018).
Kita tahu bahwasannya kegiatan ini melibatkan aktivitas sosial dalam pelaksanaannya. Ditambah lagi, anak muda saat ini sedang memasuki masa pencarian jati diri. Tentunya dengan kegiatan bersosialisasi seperti nongkrong akan membantu anak muda dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial serta mampu beradaptasi di lingkungan masyarakat.
Kegiatan bersosialisasi semacam ini perlu kita perhatikan secara saksama karena kegiatan ini akan sangat menentukan bagaimana seorang anak muda tersebut akan bertindak. Dengan demikian, anak muda dapat menentukan potensi dirinya melalui kegiatan ini agar terbentuk aktualisasi diri yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Dalam melakukan kegiatan nongkrong alias bersosialisasi, tentunya masing-masing pelaku sosial memiliki pengalaman serta pengetahuan yang berbeda. Tidak jarang kita menemukan fenomena seperti ini baik di kehidupan nyata maupun di media sosial yang terdapat perbedaan dalam menyikapi suatu perbedaan dalam kelompok.
Hal itu tentunya akan memicu kesalahpahaman. Mengingat pada masa-masa usia remaja, anak muda rentan untuk mencari identitas diri sehingga harus memiliki kemampuan untuk membuka diri (self-disclosure). Kemampuan ini penting untuk diamati karena dibutuhkan untuk saling berinteraksi antar satu individu dengan individu lainnya.
Selain itu, setiap anak muda tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang sama sehingga sifatnya sangat dinamis. Apabila kemampuan tentang keterbukaan diri telah terpenuhi, maka akan lebih terbuka dalam menerima gagasan dari orang lain sehingga bisa menerima pengalaman serta pandangan hidup baru (Saputri, Swasti, & Triyanto, 2012).
ADVERTISEMENT

Hubungan Antara Sosialisasi dan Aktualisasi Diri

com-Ilustrasi Nongkrong Foto: Shutterstock
Mengacu terhadap teori Maslow, yakni tokoh yang mengagas hierarki tentang kebutuhan hidup manusia menggambarkan ada 5 tahap agar manusia bisa mencapai aktualisasi diri.
Salah satunya adalah kebutuhan akan dicintai dan diberi kasih sayang melalui self-esteem. Hal itu tidak akan tercapai apabila anak muda tidak memenuhi kebutuhan sosial yang mencakup penghargaan dari orang lain, pengakuan atas status dan ketenaran, apresiasi, serta kehormatan.
Semua aspek tersebut dibutuhkan untuk mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap aktualisasi diri di mana anak muda akan percaya diri untuk mencapai tujuannya serta mengembangkan segala potensi dalam dirinya (Alwisol, 2019).
Selain untuk pemenuhan kebutuhan diri melalui aktualisasi diri, nongkrong alias bersosialisasi juga dapat memberikan dukungan sosial yang tentunya akan menambah tingkat kepercayaan diri bagi anak muda.
ADVERTISEMENT
Tentunya untuk mendapatkan hal ini, anak muda tersebut harus melakukan kegiatan nongkrong alias bersosialisasi yang melibatkan kemampuan bersikap sportif, kepercayaan, serta sikap terbuka. Memang, kemampuan bersosialisasi anak muda dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan pergaulan teman sebayanya.
Namun, apabila anak muda sudah bisa beradaptasi terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok serta menjalankan peran sosial dengan baik di masyarakat, maka dukungan sosial akan diberikan kepada anak muda tersebut sehingga terciptanya rasa nyaman baik dari segi fisik maupun psikologis yang membuat anak muda merasa dihargai, dicintai, dan diterima di kelompok sosialnya (Wahyuni, 2016).
Untuk mencapai semua itu, anak muda tidak hanya melibatkan kesadaran dari diri sendiri saja, tetapi juga harus diwujudkan melalui perilaku seperti bersosialisasi dengan kegiatan nongkrong bersama teman sebaya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga harus pandai memilih lingkungan yang tepat agar mendukung kita untuk bisa lebih percaya diri sehingga hal tersebut akan meningkatkan regulasi diri yang akan membuat anak muda memiliki aktualisasi diri yang cukup. (Pratiwi & Wahyuni, 2019)