Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Sin Po: Yuk, Berkenalan dengan Surat Kabar Zaman Dahulu
28 Mei 2022 13:16 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Agatha Eka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Surat kabar atau biasa disebut juga dengan koran, menurut KBBI merupakan lembaran-lembaran kertas bertuliskan kabar (berita) dan sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom), terbit setiap hari atau secara periodik; surat kabar; harian. Di era saat ini, mungkin sebagian orang sudah beralih menggunakan surat kabar yang ada pada internet atau surat kabar berbentuk digital.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari adanya surat kabar tak lain adalah sebagai alat untuk menyalurkan informasi yang tengah terjadi, atau telah terjadi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai edukasi, menambah wawasan dari segi politik dan sebagai salah satu hiburan. Sebelum media sosial dan internet hadir, tentu saja surat kabar atau koran menjadi primadona, dan paling dinantikan pada eranya.
Kalau kita melihat ke masa lalu, zaman di mana orang-orang belum mengenal media sosial dan internet. Tentu saja mereka akan mendapatkan informasi terbaru bukan dari media sosial bahkan internet, mereka, orang-orang yang hidup pada masa itu menggunakan surat kabar atau koran, untuk mengetahui informasi terbaru, seperti berita, iklan, dan sebagainya.
Sebagian orang yang lahir sebelum Indonesia merdeka mungkin tahu dan kenal sekali dengan Sin Po, terutama mereka yang tinggal di daerah Jakarta (Batavia). Namun sebagian anak muda yang lahir di tahun 2000-an akan bertanya-tanya. Apa itu Sin Po? Tentu terdengar sangat asing di telinga mereka yang lahir pada tahun 2000-an. Yuk, mari berkenalan dengan Sin Po, menurut Monash University Sin Po merupakan sebuah surat kabar atau koran yang hadir pada 1 Oktober 1910 di Batavia, kini menjadi Jakarta.
ADVERTISEMENT
Surat kabar Sin Po merupakan terbitan dari peranakan Tionghoa-Melayu, menurut Monash University. Awal mula kemunculannya, surat kabar Sin Po hanya terbit tiap minggu atau edisinya akan terbit tiap minggunya saja dan pada tahun 1912 surat kabar Sin Po berubah menjadi surat kabar yang terbit setiap hari. Kalau diperhatikan dan disimak dengan seksama surat kabar Sin Po pertama kali terbit dan hadir kira-kira, sebelum negara Indonesia merdeka.
Wah, berarti kita bisa melihat fenomena poskolonial yang ada di Indonesia melalui sebuah surat kabar Sin Po. Pasti banyak sekali gambaran mengenai hiburan yang ditemukan pada surat kabar Sin Po pada masa itu, bagaimana isi berita pada masa itu, bagaimana bentuk tulisan yang digunakan pada masa itu, bagaimana bentuk iklan yang dipromosikan di masa itu, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana kita bisa mencari tahu dan membaca koran Sin Po yang di era saat ini pasti sudah tidak ada bentuk surat kabar Sin Po yang berbentuk fisik. Nah, sebagai informasi, perpustakaan Monash University memiliki beberapa koleksi surat kabar Sin Po, dan menerbitkan versi digital surat kabar Sin Po. Menurut website Monash University, terdapat koleksi surat kabar Sin Po yang ada pada perpustakaan Monash University adalah surat kabar Sin Po, yang terbit dari tahun 1923-1941.
Mungkin kita dapat menemukan fenomena kolonialisme, imperialisme, dan orientalisme atau juga poskolonialisme, bahkan dapat mempelajari bahasa Indonesia yang digunakan pada tahun sebelum Indonesia merdeka atau biasa disebut dengan ejaan Van Ophuijsen yang ada pada surat kabar Sin Po lebih spesial lagi, karena surat kabar Sin Po diterbitkan oleh peranakan dari Tionghoa-Melayu. Yuk, simak berbagai gambaran koran Sin Po dan penjelasannya di bawah ini!
Pada halaman pertama pada surat kabar digital Sin Po yang ada pada koleksi perpustakaan Monash University memperlihatkan bangunan yang merupakan ciri khas dari bentuk bangunan orang tionghoa, di mana surat kabar Sin Po merupakan terbitan dari peranakan Tionghoa-Melayu. Sehingga pada surat kabar yang terbit pada Sabtu, 6 Januari 1940 diperlihatkan bentuk bangunan seperti di gambar itu pada halaman pertama.
Pada beberapa halaman lanjutannya terdapat gambaran tamu-tamu yang mengunjungi upacara pembukaan dari pabrik kuali yang kedua milik tuan Lie Tjiauw Yo, pabrik tersebut terletak di Gunung Sahari. Wah, letaknya ada di Gunung Sahari, saat ini mungkin tidak dapat menemukan lokasi pabriknya, mungkin juga sudah berubah fungsi menjadi daerah perumahan.
Pada halaman pertama pada surat kabar digital Sin Po selanjutnya, yaitu yang terbit pada 13 Januari 1940 memperlihatkan bangunan yang merupakan ciri khas dari bentuk bangunan orang tionghoa lagi, ini sama seperti halaman pertama pada koran Sin Po edisi Sabtu, 6 Januari 1940. ciri khas bangunannya memang memiliki atap pelana yang diujung atapnya berbentuk melengkung.
ADVERTISEMENT
Pada halaman selanjutnya terdapat iklan mengenai kulkas yang hemat, dan bisa diatur temperaturnya oleh pemilik kulkas, bila membeli kulkas tersebut.
Kemudian di halaman selanjutnya, terdapat berita global tentang rumah sakit yang ada di sekitar Changsha, China.
Pada surat kabar Sin Po yang terbit pada Sabtu, 20 Januari 2022 ditemukan iklan mengenai air wangi mungkin saat ini disebut parfum ya. Menurut iklannya air wangi ini terbuat dari bunga-bunga yang paling harum baunya dari kebun-kebun di negeri Frankrijk (Prancis).
Kemudian di halaman selanjutnya pada koran Sin Po yang terbit pada Sabtu, 27 januari 1940 diperlihatkan gambar slah satu pabrik tenun Tionghoa di Chungking.
Potret seorang wanita yang mungkin saja turunan atau peranakan Tionghoa-Melayu, pada masa itu.
Gambaran iklan koran yang ada pada surat kabar Sin Po, yang terbit 3 Februari 1940, Double Seven Cigarettes N.V. H.,IJ SAMPOERNA SINGARETTEN FABRIEK LIEM SEENG TEE - SOERABAIA.
Kemudian di halaman selanjutnya terdapat promosi drama yang berjudul Siti Akbari. Sutradara dalam drama ini adalah Otjniel Wong dan Joshua Wong, kemudian produser dalam drama ini adalah Tan Koen Yauw. Lalu pemerannya Roekiah, Rd Mochtar, Kartolo, Annie Landouw, Titing, dan sebagainya.
Lalu di beberapa halaman selanjutnya ditemukan gambaran iklan mengenai iklan mobil Morris 1940, sekarang sih mobil ini bisa masuk kategori mobil klasik. Dalam iklannya digambarnya bahwa mobil ini dudukannya lebih lega, mesinnya tambah tenaga, terbuat dari bahan kaca triplek semuanya, dan sebagainya.
Terdapat informasi atau iklan mengenai kapal baru yaitu Ms. Tjitjalengka, dalam iklannya kapal ini dapat memberi kepuasan dalam perjalanan. Menurut sejarah kapal MS. Tjitjalengka ini merupakan kapal angkut pasukan sekaligus kapal rumah sakit, lalu digunakan kembali sebagai angkutan penumpang, dan dibesituakan pada tahun 1968.
ADVERTISEMENT
Nah, sudah kenal dengan Sin Po, bukan? Menarik sekali kan koran terbitan dari peranakan Tionghoa-Melayu. Bila tertarik ingin membaca versi digitalnya dapat mengunjungi website Monash University, bisa diunduh dan dibaca kapan saja dan di mana saja.
Agatha Eka Wijaya A
23 Mei 2022