Hal yang Ingin Saya Lakukan Usai Pandemi: Foto di Gedung KPK Sebelum Tamat

Agaton Kenshanahan
Jurnalis Liputan Khusus kumparan
Konten dari Pengguna
4 Juni 2021 17:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agaton Kenshanahan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi KPK. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi KPK. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Selain yakin dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya juga punya keyakinan suatu saat KPK akan tamat. Mungkin tamat karena korupsi di Indonesia sudah tak ada, atau karena digorok pelan-pelan oleh tikus-tikus negara.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan pertama itu adalah keniscayaan, tapi sepertinya berlangsung dalam waktu yang masih sangat lama. Sedangkan kemungkinan yang kedua kini pelan-pelan sedang terjadi.
Lembaga antirasuah produk reformasi itu kerap jadi sorotan lantaran tak segan-segan menangkap koruptor kelas kakap: menteri, ketua lembaga, hingga komisioner KPU. Tak heran Jokowi dalam janji politiknya menyebut "KPK perlu diperkuat" tahun 2014 lalu.
Namun, sejak Jokowi menjabat, KPK justru kerap kali dikikis pelan-pelan dalam berbagai kesempatan. Sekadar mengingatkan, mulai dari wacana Densus Tipikor Polri (2017), upaya hak angket ke KPK (2017), hingga Revisi UU KPK (2019).
Teranyar barangkali, polemik tes ASN dan penonaktifan 75 pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (2021). Di antara 75 nama pegawai itu, muncul nama Novel Baswedan yang dikenal publik dalam kasus penyiraman air keras oleh 2 oknum polisi.
ADVERTISEMENT
Sebagian pihak justru skeptis dengan para penggawa antikorupsi tersebut, kok hanya 75 orang tapi diributkan? Eits, ini bukan soal Novel atau siapa pun ke-75 orang itu. Akan tetapi, tragedi ini menyerang upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Kalaulah timbangannya jelas untuk mengukur kapasitas ke-75 orang tersebut, bolehlah mereka dipecat. Namun jika yang dijadikan patokan adalah sejumlah pertanyaan absurd seperti 'kok belum nikah?', 'pilih pancasila atau Alquran?' hingga 'subuhnya pakai qunut?' seperti yang beredar, tentu tak patut.
Hingga kini, KPK dan BKN masih belum bersuara soal rincian tes yang diisukan tersebut. Namun saya yakin, jika tes itu dibuka, terkuaklah tabir apa yang disembunyikan di dalamnya.
Sebagian pihak memperkirakan proses yang tengah terjadi ini adalah babak akhir atau end game KPK. Maka dari itu, ketika pandemi berlalu saya ingin foto di gedung yang kelak bisa jadi tempat bersejarah itu sebelum roboh.
ADVERTISEMENT
Kan katanya saat pandemi diimbau tidak berdemo karena berpotensi menyebarkan corona. Makanya saya tunggu setelah pandemi usai lalu foto di KPK.
Mungkin selain foto, bisa sambil nyetel lagu berjudul "Where Are You Mr. President". Lagu itu enak didengar dan populer saat Cicak vs Buaya jilid ke sekian.
Tapi sayang, lagu bagus begitu jarang terdengar saat-saat sekarang KPK sedang mengalami pelemahan dan justru dibiarkan.
Eh, saya lupa kalau yang nyanyi sudah alih profesi jadi komisaris~ . Wajar ndak sempat nyanyi-nyanyi lagi.