Konten dari Pengguna

Beban Baru untuk Penumpang: Kontroversi Tarif KRL Berbasis NIK

Ageng Prayogo
Mahasiswa UIN
8 September 2024 18:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ageng Prayogo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber : https://www.shutterstock.com
Kebijakan tarif KRL Jabodetabek yang mengharuskan penumpang menggunakan nomor induk kependudukan (NIK) telah menuai kritik dari berbagai kalangan. Meskipun kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi sistem transportasi, berbagai masalah dan kekhawatiran muncul yang patut dipertimbangkan. 1. Kekhawatiran Terhadap Privasi Salah satu kekhawatiran utama adalah terkait privasi penumpang. NIK adalah data pribadi yang sangat sensitif, dan penggunaannya dalam sistem tarif KRL dapat meningkatkan risiko pelanggaran privasi. Penumpang mungkin merasa tidak nyaman dengan data pribadi mereka yang digunakan dalam sistem yang lebih luas, apalagi jika data ini tidak dilindungi dengan baik. Potensi penyalahgunaan data juga menjadi perhatian, terutama jika pengelolaan data tidak dilakukan dengan ketat. 2. Masalah Aksesibilitas dan Kesetaraan Masalah aksesibilitas juga menjadi kritik utama. Tidak semua orang memiliki akses yang mudah untuk mendaftar NIK secara online, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan teknologi. Proses registrasi yang tidak dapat diakses oleh sebagian orang bisa menimbulkan ketidakadilan, menciptakan hambatan bagi mereka yang kesulitan dalam memenuhi persyaratan ini. Hal ini dapat menyebabkan ketidakmerataan dalam penggunaan layanan KRL dan memperburuk kesenjangan sosial. 3. Potensi Dampak Negatif bagi Penumpang Kebijakan ini juga berpotensi menyebabkan dampak negatif bagi penumpang. Jika sistem registrasi NIK tidak diimplementasikan dengan baik, penumpang yang tidak terdaftar mungkin menghadapi kesulitan saat menggunakan layanan KRL. Proses boarding bisa menjadi kacau jika terdapat masalah teknis atau jika penumpang tidak mematuhi persyaratan. Penumpang yang tidak terdaftar mungkin harus menghadapi gangguan perjalanan atau tambahan biaya, yang mempengaruhi kenyamanan dan efisiensi perjalanan mereka. 4. Menurunnya Minat Penumpang Salah satu dampak negatif tambahan dari kebijakan ini adalah penurunan minat penumpang untuk menggunakan KRL. Bagi banyak orang, proses tambahan seperti registrasi NIK dapat dianggap merepotkan dan membebani. Jika penumpang merasa bahwa proses ini terlalu rumit atau tidak nyaman, mereka mungkin memilih untuk beralih ke moda transportasi lain yang dianggap lebih mudah diakses. Penurunan minat ini dapat berdampak pada volume penumpang KRL, mengurangi efektivitas kebijakan dalam meningkatkan efisiensi sistem transportasi dan dapat mempengaruhi pendapatan serta operasi KRL secara keseluruhan. Kebijakan tarif KRL berbasis NIK menimbulkan sejumlah kekhawatiran yang signifikan. Kekhawatiran terkait privasi, aksesibilitas, dampak negatif bagi penumpang, dan penurunan minat pengguna harus menjadi fokus perhatian. Dialog terbuka dan penyesuaian kebijakan diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan ini tidak hanya efektif dalam mencapai tujuannya tetapi juga adil dan ramah pengguna. Mendengarkan suara rakyat dan mempertimbangkan masalah-masalah ini adalah langkah penting untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih baik dan lebih inklusif.
ADVERTISEMENT