Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rocky Gerung: Debat Menggunakan Akal, Bukan Emosi
8 September 2024 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ageng Prayogo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam ranah perdebatan publik di Indonesia, nama Rocky Gerung sering kali muncul sebagai tokoh yang kontroversial namun sekaligus dihormati oleh banyak pihak. Keahlian Rocky dalam berdebat tidak hanya terletak pada kekayaannya dalam menyampaikan gagasan, tetapi juga pada kemampuannya untuk tetap tenang dan berargumen dengan dasar rasional, tanpa terjebak dalam jebakan emosi yang sering kali merusak kualitas sebuah diskusi.
Debat, pada dasarnya, adalah arena untuk bertukar pikiran, di mana dua atau lebih pihak mencoba menyampaikan pandangan mereka dengan harapan mendapatkan pemahaman yang lebih baik atau bahkan memengaruhi pemikiran lawan bicara maupun audiens. Namun, sering kali kita melihat perdebatan berubah menjadi ajang saling menyerang pribadi, di mana emosi mengambil alih dan gagasan justru terlupakan. Fenomena ini sangat disayangkan, terutama karena esensi dari sebuah debat adalah menguji gagasan, bukan menyinggung perasaan.
Rocky Gerung, dalam berbagai kesempatan, menekankan pentingnya menggunakan akal sehat dalam berdebat. Ia sering kali mengkritik kecenderungan sebagian orang yang lebih mementingkan kemenangan dalam debat daripada mencari kebenaran atau memperluas wawasan. Bagi Rocky, debat bukanlah soal siapa yang lebih hebat atau siapa yang bisa menang dengan cara paling keras, melainkan tentang siapa yang bisa berpikir lebih jernih dan menyajikan argumen yang paling masuk akal.
Pendekatan Rocky Gerung dalam berdebat dapat dilihat sebagai cerminan dari prinsip-prinsip dasar dalam filsafat, di mana pemikiran rasional dan argumentasi yang logis menjadi pondasi utama. Ketika Rocky berbicara tentang suatu topik, ia tidak hanya sekadar memberikan pendapat, tetapi ia juga mengajak audiens untuk berpikir, merenung, dan mempertanyakan asumsi-asumsi yang mungkin selama ini diterima begitu saja. Di sinilah letak keunggulan Rocky—ia tidak hanya berbicara kepada lawan debatnya, tetapi juga kepada audiens yang lebih luas, mengajak mereka untuk turut serta dalam proses berpikir kritis.
Namun, Rocky Gerung juga memahami bahwa tidak semua orang bisa atau mau mengikuti pendekatan ini. Di tengah masyarakat yang kerap kali lebih tertarik pada sensasi daripada substansi, pendekatan yang mengedepankan logika dan akal sehat sering kali dianggap tidak populer. Di sinilah tantangan terbesar dalam berdebat—mempertahankan integritas intelektual sambil tetap berusaha menjangkau audiens yang mungkin lebih mudah terpengaruh oleh retorika emosional.
Dalam konteks ini, Rocky memberikan teladan yang penting: bahwa meskipun emosi bisa menjadi elemen yang kuat dalam komunikasi, akal sehat tetap harus menjadi pemandu utama dalam berdebat. Ketika emosi terlalu dominan, kita cenderung kehilangan fokus pada esensi dari perdebatan itu sendiri, yaitu mencari kebenaran atau solusi yang lebih baik. Oleh karena itu, Rocky sering kali mengingatkan kita bahwa debat yang baik adalah debat yang dilakukan dengan kepala dingin, di mana argumen disampaikan dengan cara yang rasional, jelas, dan berdasarkan fakta.
Sebagai contoh, dalam berbagai perdebatan yang melibatkan isu-isu sosial, politik, atau budaya, Rocky sering kali mampu membedah argumen lawan dengan cara yang elegan namun tajam. Ia mengajak lawan debatnya untuk tidak hanya berbicara berdasarkan keyakinan atau prasangka, tetapi juga untuk merenungkan dan mempertimbangkan sudut pandang lain yang mungkin belum mereka pikirkan sebelumnya. Di sinilah nilai utama dari sebuah debat: membuka pikiran kita terhadap perspektif yang berbeda dan memperluas wawasan kita.
Sebagai penutup, penting untuk kita sadari bahwa dalam dunia yang semakin kompleks ini, kemampuan untuk berdebat dengan akal sehat dan tanpa emosi adalah keterampilan yang sangat berharga. Rocky Gerung telah menunjukkan kepada kita bahwa berdebat bukan hanya soal memenangkan argumen, tetapi juga tentang menjaga integritas intelektual dan terus mencari kebenaran di tengah kebisingan opini yang sering kali didominasi oleh emosi. Dengan mengikuti teladan ini, kita dapat berkontribusi pada kualitas perdebatan publik yang lebih baik, di mana gagasan dan solusi yang rasional dapat ditemukan dan dikembangkan demi kebaikan bersama.
ADVERTISEMENT
Live Update