Dari Jatuh Cinta hingga Nasionalisme Bangsa Asia Tenggara

Ageng Rachmad
Saya seorang mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidIkan, Universitas Jember.
Konten dari Pengguna
29 Februari 2024 13:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ageng Rachmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi | Foto: Sutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi | Foto: Sutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Awal 2022 lalu, aku mulai mencari universitas lewat jalur SNMPTN. Meski saat itu masih belum diputuskan siapa saja siswa-siswi yang masuk dalam kategori eligible. Meski begitu, aku tetap mencari-cari hingga memutuskan Universitas Negeri Malang-lah yang menjadi tujuan utama untuk menempuh jenjang sarjana 1.
ADVERTISEMENT
Aku mulai menghitung rata-rata nilai rapot dari semester 1-5. Rasa optimis yang berlebihan membuatku terlena akan plan B yang seharusnya kurencanakan kala itu. Semua itu disebabkan oleh angka yang menipu belaka tak sesuai dengan kompetensi yang sebenarnya. Benar saja di saat pengumuman siswa-siswi yang masuk dalam kategori eligible, namaku terletak di urutan ke enam dengan nilai terbaik di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
“Ahh pasti lolos...” batinku.
Ketika pendaftaran SNMPTN berlangsung, aku mengambil Jurusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk pilihan pertama, sedangkan pilihan kedua yaitu Pendidikan Geografi di Universitas yang sama, sebab sedari SMP aku berangan-angan dan bercita-cita untuk menjadi seorang guru, entah guru apa pun itu. Maka, langkah inilah yang kurasa terbaik untuk menggapai angan dan cita ini.
ADVERTISEMENT
Namun, di saat pengumuman seleksi lolos SNMPTN takdir berkata lain, rasa kecewalah yang menghampiriku. Tak lolos SNMPTN membuatku bingung mau ke mana. Tak ada plan B, kerja pun mau kerja apa? Menangis pun tak bisa.
Lima hari meratapi kegagalan, rasa gundah gelisah, stres bingung mau lanjut ke mana selalu menyelimuti hari-hariku. Hingga pada akhirnya aku menyadari tak baik berlarut-larut meratapi kesedihan. Sadar hidup harus diperjuangkan bukan hanya bergantung pada kata “hoki”.
Aku memutuskan untuk belajar soal-soal SBMPTN. Kudapatlah buku latihan soal SBM dari perpustakaan SMK Gempol di tempat kakakku bekerja. Dua minggu rasa giat belajar menguasaiku untuk membalas rasa kecewa di masa lalu. Ketika mendaftar SBMPTN, aku tak lagi memilih Universitas Negeri Malang. Universitas baru yang kupilih bukan tanpa sebab belaka.
ADVERTISEMENT
Aku tahu batas dari kemampuanku, tak ingin menganggur selama setahun (gapyear), kuputuskan untuk memilih Universitas Jember sebagai jalan menuju cita-citaku. Singkat cerita, aku lolos di pilihan pertama Jurusan Pendidikan Sejarah dan di sinilah titik balik dimana aku tak lagi menganggap nilai terlalu penting, melainkan proses dan ilmu yang didapat ialah salah satu yang utama dari niatku berkuliah di sini. Sedangkan salah duanya ialah memperjuangkan dia.
Mungkin saja ini yang direncanakan oleh Tuhan. Bertemu dan berkenalan dengan salah satu mahasiswi dengan prodi yang sama membuatku merasa tak lagi merdeka. Perasaanku terus terjajah layaknya Indonesia yang baru merdeka, namun masih saja ingin dimasuki oleh Belanda.
Pernah di suatu sore kumenulis tentang kisahnya dan keinginan abdiku kepadanya. Karena memang sedari dulu masih perjuangan cinta yang tak mengerti ending-nya, hanya satu penggalan kalimat yang kuingat tentang tulisan itu, “....kan kuabdikan diriku untuknya, meskipun kedaulatanku masih bias di hadapannya.”.
ADVERTISEMENT
Hanya sebatas menulis, menuangkan beban pikiran yang setidaknya telah aku representasikan ke dalam satu hikayat kita berdua. Aku kepadanya layaknya nasionalisme, cinta terhadap bangsa dan negara yang memiliki arti semangat memperjuangkan kemerdekaan berdua.
Mengemban ilmu di Pendidikan Sejarah memperkaya pikiranku tentang warisan historis. Terperangkap dalam pikiran imajinatif seakan ada benang merah antara kisah cinta ini dengan nasionalisme bangsa Asia Tenggara. Di tengah renungan ini, aku mulai menyerapi dan memahami kaitan perjuangan mempertahankan ikatan kesatuan seluruh bangsa Asia Tenggara, sama halnya seperti perjuanganku untuk bisa menggenggam ikatan berdua.
Nasionalisme menurut Dr. Hertz ialah hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai merdeka, hasrat untuk mencapai keaslian, dan hasrat untuk memiliki cita-cita bersama.
ADVERTISEMENT
Nasionalisme bangsa Asia Tenggara tercipta dari berbagai peristiwa historis yang memiliki nilai luhur dan tak boleh dilupakan begitu saja. Satu akar yang menjadi dasar munculnya nasionalisme bangsa Asia tenggara adalah pergerakan nasionalisme Filipina 1882-1934.
Gerakan nasionalisme Filipina 1882-1934 merupakan gerakan Filipina melawan hegemoni Spanyol dan Amerika Serikat. Diawali dari Jose Rizal pada 1882 dengan mendirikan organisasi Liga Filipina yang bertujuan memerdekakan melalui peperangan dan menulis buku berjudul “Noli Ma Tangere” yang isinya kritik terhadap penyelewengan penguasa gereja dan pemerintah kolonial.
Buku ini menjadi panduan rakyat Filipina untuk melawan penjajah. Pada 1893, terjadi pemberontakan bersenjata terhadap Spanyol yang dipimpin oleh Andes Banifacio, namun pemberontakan ini mengalami kegagalan. Spanyol menuduh Jose Rizal sebagai dalang dari pemberontakan ini, sehingga 30 September 1996 merupakan hari terakhir Jose hidup, sebab di hari itu dia dieksekusi mati oleh Spanyol.
ADVERTISEMENT
Kematian Jose mendapat respons lebih oleh masyarakat Filipina. 13 Agustus 1898 Emilio Equinaldo mengadakan berjanjian bersama AS untuk mengusir Spanyol dari Filipina dan kemudian berhasil. Namun, Filipina bukannya merdeka tetapi berada di bawah kekuasaan AS.
Pada 1901 AS menerapkan politik pembaharuan dengan membentuk Filipina Comission. Tujuannya membimbing Filipina dalam menjalankan negara. 1919 Filipina menuntut kemerdekaan penuh, namun ditolak AS atas alasan ketidaksiapan Filipina menjalankan pemerintahannya secara mandiri.
Pada 1934 status Filipina sebagai negara persemakmuran dari AS ialah masa peralihan bangsa Filipina dari terjajah menjadi negara berdaulat. Filipina memperoleh kemerdekaan penuh pada 4 Juli 1946 atas keputusan presiden AS Harry S. Truman.
Peristiwa ini menjadi motivasi bagi bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara. Setiap bangsa dan negara memiliki alur peristiwa sejarahnya masing-masing. Perasaan senasib sebagai bangsa yang pernah terjajah membangun ikatan persaudaraan di antara bangsa-bangsa Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Hingga pada akhirnya dibentuklah wadah untuk menopang dan membangun rasa nasionalisme bangsa Asia Tenggara, yaitu ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) pada 8 Agustus 1967. Tujuan ASEAN telah tertuang dalam Deklarasi Bangkok. Menjadi landasan bagi negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai, menunjang solidaritas, kohesivitas, dan efektivitas kerja sama.
Aku menyadari bahwa kisah cinta ini dapat mengisyaratkan akan pentingnya nasionalisme bangsa, utamanya dalam hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa Asia Tenggara lainnya. Aku bersyukur Tuhan telah mentakdirkanku tuk bisa bertemu denganmu. Di Universitas Jember ini, kuyakin Tuhan tidak kenalin kita tanpa sebab, everithing must a reason.