Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rara Mendut: Kreativitas Model Perempuan dalam Iklan Rokok di Jawa 1930-1970an
12 November 2023 14:48 WIB
Tulisan dari Ageng Rachmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagian orang tentu mengenal berbagai macam iklan rokok yang ada di media cetak maupun media digital saat ini. Iklan-iklan itu muncul sebagai wujud dari perang produk. A Mild Sampoerna misalnya dengan kampanye iklan “Bukan basa basi”, Class Mild dengan “Talk less do more”, Sampoerna Hijau “Gak ada lo gak rame”, atau bahkan LA Lights dengan “Enjoy aja” yang ditujukan untuk segmen perokok anak-anak muda. Kampanye-kampanye untuk segmen dewasa misalnya bisa di dapat dari produk seperti Gudang Garam “Pria punya selera”, dan Dji Sam Soe dengan kampanyenya “Sejarah cita rasa tinggi”.
ADVERTISEMENT
Rokok selalu diidentikkan dengan pria, maka sangat menarik jika yang menjadi model dalam iklannya justru seorang perempuan. Kenyataannya pada tahun 1930an hingga 1970an banyak iklan rokok yang menjadikan perempuan sebagai modelnya. Jika dipandang di era sekarang, model perempuan dalam iklan rokok adalah sesuatu yang dilarang apalagi iklan ini masuk dalam kategori AKROBAT. Hal ini menandakan gambaran kreativitas dalam membuat iklan juga menentukan image dari produk yang diiklankan.
Kreativitas model perempuan dalam iklan rokok awalnya terispirasi dari kisah Kerajaan Mataram pada abad ke 17 semasa pemerintahan Sultan Agung. Kisah ini menceritakan cinta segitiga antara Rara Mendut, Tumenggung Wiraguna dan Pranacitra yang dikisahkan dalam bukunya YB. Mangunwijaya berjudul “Rara Mendut”.
Rara Mendut atau Roro Mendut merupakan wanita cantik dari keluarga nelayan yang teguh pendirian. Dari kecantikannya ini Rara Mendut menjadi rebutan bagi para pria, baik dari kalangan rakyat biasa, panglima perang, hingga bangsawan.
ADVERTISEMENT
Cerita dimulai disebuah desa bernama Teluk Cikal yang terletak di daerah Pati, Jawa Tengah. Desa ini masuk dalam wilayah Kadipaten Pati yang di perintah oleh Adipati Pragolo II di bawah Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.
Berita tentang kecantikan dan kemolekan Rara Mendut terdengar hingga ke telinga Adipati Pragolo II. Adipati Pragolo II bermaksud menjadikan Rara Mendut sebagai selirnya sehingga beberapa kali ia membujuknya. Namun nyatanya Rara Mendut tetap menolak. Adipati pun merasa kecewa dan menyuruh prajuritnya untuk menculik Rara Mendut.
Semasa Rara Mendut dalam masa pingitan, di Kadipaten Pati sedang terjadi masalah dimana Sultan Agung menuduh Adipati Pragolo II sebagai pemberontak lantaran tidak mau membayar upeti kepada Kesultanan Mataram. Sultan Agung pun memimpin langsung penyerangan ke Kadipaten Pati.
Dalam cerita, Sultan Agung tidak mampu melukai Adipati Pragolo II sebab penguasa Kadipeten itu memakai Kere Waja (Baju zirah/baja). Tugas ini pun akhirnya diserahkan kepada Ki Nayadarma yang dipanglimai oleh Tumenggung Wiraguna. Setelah pertarungan sengit, Adipati Pragolo II berhasil tewas ditangan Ki Nayadarma.
ADVERTISEMENT
Tumenggung Wiraguna segera merampas harta kekayaan Kadipaten Pati termasuk Rara Mendut. Tatapan pertama Tumenggung Wiraguna langsung terpesona akan kecantikan Rara Mendut. Ia pun memboyong Rara Mendut ke Mataram guna dijadikan selirnya.
Kesekian kalinya Rara Mendut menolak mentah-mentah. Bahkan terang-terangan Rara Mendut mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki kekasih bernama Pranacitra. Tumenggung Wiraguna marah dan memberikan pilihan berat kepada Rara Mendut. Bahwa Rara Mendut harus membayar pajak kepada Kerajaan Mataram. Atas hal ini, Rara Mendut meminta izin untuk menjual rokok agar dapat memenuhi kewajibannya membayar pajak. Ia menjual rokok yang direkatkan sendiri dengan ludahnya dan telah ia hisap. Para lelaki tergoda dengan kecantikannya sehingga melarisi dagangan rokok Rara Mendut meskipun dengan harga mahal. Bahkan putung rokok dihargai lebih mahal daripada rokoknya (yang utuh) sebab bekas hisapan Rara mendut.
ADVERTISEMENT
Pranacitra mengetahui keberadaan Rara Mendut yang mencoba membantu melarikannya dari Mataram. Pranacitra meminta bantuan kepada selir yang mendukungnya yakni Putri Arumandi dan Nyai Ajeng sehingga Rara Mendut berhasil melarikan diri bersama Pranacitra.
Namun pelarian tersebut diketahui oleh Tumenggung Wiraguna. Pasangan ini berhasil ditemukan oleh prajurit Tumenggung Wiraguna. Akibatnya Rara Mendut dibawa Kembali ke Mataram sedangkan Pranacitra dihabisi oleh prajurit Wiraguna hingga tewas.
Sepeninggal Pranacitra, Tumenggung Wiraguna kembali membujuk Rara Mendut untuk menjadi selirnya, tetapi tetap masih saja di tolak. Tumenggung Wiraguna tidak kehabisan akal, ia menceritakan perihal kematian Pranacitra kepada Rara Mendut.
Rara Mendut tidak mudah percaya. Kemudian Tumenggung Wiraguna membawa Rara mendut ke makam Pranacitra. Rara Mendut pun menangis histeris melihat kuburan kekasihnya. Wiraguna membujuk Rara Mendut untuk meninggalkan tempat itu. Rara Mendut mengikutinya dari belakang sambil terus menangis. Tak berjalan lama, Rara Mendut mengancam akan melaporkan perbuatan Wiraguna kepada Raja Materam, yakni Sultan Agung.
ADVERTISEMENT
Mendengar hal itu Tumenggung Wiraguna murka dan menarik paksa tangan gadis tersebut dengan kasar. Rara Mendut memberontak berusaha melepaskan cengkraman tangan Wiraguna ditangannya. Begitu berhasil melepaskan diri, Rara Mendut mengambil keris yang terselip di pinggang Tumenggung Wiraguna dan berlari menuju makam kekasihnya. Setibanya dimakam Rara Mendut mencoba untuk bunuh diri. Tumenggung Wiraguna mencoba mencegahnya, namun terlambat. Rara Mendut menusukkan keris Wiraguna ke perutnya. Akhirnya Rara Mendut tewas demi cinta, harga diri dan kesetiaan.
Makna yang terselip dalam kisah cinta Rara Mendut mungkin saja telah mengilhami para perancang iklan untuk menghadirkan figur perempuan dalam iklan rokok. Figur perempuan menghiasi iklan rokok sebagai model kala itu. Berkaca dari kisah Rara Mendut, pengambilan model perempuan sebagai bintang iklan rokok dimaknai oleh asumsi yang berdeba-beda. Pertama, perempuan ditampilkan sebagai sosok pemanis, perangsang, rayuan, dan godaan yang tuntutannya jelas, untuk memikat konsumen sebagian besar kaum laki-laki. Kedua, iklan rokok tersebut memang ditujukan oleh kaum perempuan.
ADVERTISEMENT
Sumber
Mangunwijaya. Y.B. 2019. Rara Mendut. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Setianingrum, Yuhana. 2012. “Kreativitas Dalam Desain Iklan Rokok di Jawa, 1930-1970an”. Lembaran Sejarah. Volume 9, Nomor 2. Pg 74-83.