Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cara Unik Warga Buaran Pekalongan dalam Melawan COVID-19
25 April 2022 11:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Hidayatulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nyaris tidak ada sejengkal tanah yang bisa merasa aman dari amukan COVD-19. Sejak kemunculannya di akhir 2019, COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Dengan luasnya wilayah dan beragamnya tradisi, budaya, serta nilai-nilai lokal atau home-grown values tiap-tiap daerah, penanganan COVID-19 di wilayah-wilayah Indonesia pun bisa berbeda-beda, bahkan unik.
ADVERTISEMENT
Di Buaran, Pekalongan, misalnya, COVID-19 juga tak bisa dihindari. Saat merebak kasus varian delta pada pertengahan tahun 2021, COVID-19 juga terasa menghinggapi banyak penduduk Buaran. Namun, mengingat kondisi pemberitaan nasional yang cukup mencekam saat itu, banyak penduduk yang bergejala lebih memilih untuk diam dan menanganinya secara mandiri dan tradisional.
“Kami berdiam di rumah dan minum jamu-jamu tradisional. Sesekali saya berbelanja lauk matang di warung dengan menggunakan masker dan menjaga jarak,” kisah H. Abdul Halim (62 tahun), seorang warga. Saat itu, imbuhnya, ia bersama istri yang tinggal berdua di rumah mengaku mengalami beberapa gejala COVID-19. Keduanya pada saat bersamaan mengaku merasakan batuk, pilek, nyeri di seluruh badan, dan kehilangan indera penciuman.
ADVERTISEMENT
Sejak pertengahan Juni, gejala tersebut dirasakannya selama sekitar satu bulan tanpa memberitahukan anak-anaknya yang ada di luar kota. “Jika kami ceritakan kepada anak atau tetangga mungkin mereka akan panik,” beber H. Abdul Halim beralasan. Saat varian delta merebak di tanah air, hingga kasus positif harian mencapai 56.757 kasus pada 15 Juli 2021, rumah sakit memang penuh sesak bahkan antre. Sementara itu, tenaga medis juga diberitakan kewalahan menangani pasien COVID-19. Karena itu, kabar positif COVID-19 ditengarai dapat makin menurunkan imunitas masyarakat.
Keputusan H. Abdul Halim dan istri untuk menyembunyikan gejala COVID-19 berbuah manis. Pada pertengahan Juli, ia dan istrinya sudah pulih. Tidak ada lagi gejala COVID-19 yang dirasakan. Beberapa pekan kemudian, saat bercengkrama dengan tetangga dan sanak saudara, ia pun menceritakan pengalamannya merasakan gejala COVID-19. Tanpa disangka, beberapa orang mengakui hal yang sama. “Iya, kami sekeluarga sepertinya kena COVID-19 juga, tapi mungkin memang diam dan tidak panik menjadi kunci pemulihan kita saat itu,” aku salah satu tetangga.
ADVERTISEMENT
Menurut dr. Rizqi Yuni Ardhani, dokter di Klinik Pratama Kementerian Luar Negeri, home-grown value yang berkembang di masyarakat memiliki nilai positif dan negatif. “Positifnya adalah dapat menjaga imunitas warga, mengingat saat itu memang terdapat ketakutan bersama terhadap COVID-19, sehingga penderita akan dapat dikucilkan masyarakat. Karena itu, masyarakat memilih menyembuhkan sendiri dan berdiam saja di rumah,” terang dr. Hani, panggilan akrabnya. Imbas negatifnya, berdiam diri seperti itu dapat menghalangi upaya pencatatan dan tracing kasus COVID-19 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penyebaran penyakit di masyarakat.
“Seiring berjalannya waktu, saat ini perlakuan masyarakat kepada penderita semakin membaik, sehingga tindakan menyembunyikan kondisi seperti ini tidak perlu lagi dilakukan. Terapi tradisional seperti mengkonsumsi jamu-jamuan sebagai home-grown values tetap dapat dilakukan asalkan tidak mengabaikan tindakan-tindakan medis, termasuk vaksinasi,” imbuh dokter muda yang bergabung dengan Kemlu pada 2021 tersebut.
ADVERTISEMENT
Terkait vaksinasi, H. Abdul Halim dan warga lain di Buaran tetap mengikuti arahan Pemerintah. Pada bulan November 2021, H. Abdul Halim dan istri telah mendapatkan 2 dosis vaksin. Bahkan, jenis vaksin yang didapat pun cukup “mentereng”, yaitu jenis Pfizer, sesuai dengan ketersediaan vaksin saat itu di Puskesmas Buaran.[]