Konten dari Pengguna

Mendambakan Terlahir sebagai Hendra Setiawan

10 Oktober 2017 10:35 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agi Ramadhani Gustisiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hendra Setiawan tak pasang target muluk. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hendra Setiawan tak pasang target muluk. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebagai pemain bulu tangkis profesional, nomor pertandingan yang diikuti seorang atlet seringkali sangat bergantung dari insting seorang pelatih.
ADVERTISEMENT
Kevin Sanjaya Sukamulyo, misalnya, mengawali karier bulu tangkisnya ketika masih junior sebagai seorang pemain tunggal. Namun, pelatih-pelatihnya di PB Djarum beranggapan bahwa pria kelahiran Banyuwangi itu akan lebih cocok bermain ganda. Berbeda halnya jika kita penggemar bulut angkis yang sekedar menonton dan bermain untuk tujuan rekreasional, kita bebas menentukan preferensi permainan yang disenangi.
Kevin, pada akhirnya, kita kenal sebagai ganda putra andal Indonesia. Bersama Marcus Fernaldi Gideon, ia kini menempati peringkat pertama dunia. Bagi kedua atlet muda ini, lesatan yang begitu cepat itu jelas layak mendapatkan aplaus. Kita pun berharap, bakal ada lebih banyak Kevin-Kevin atau Marcus-Marcus lain muncul dari turnamen-turnamen junior.
Sebagai amatir, saya amat senang memperhatikan ganda putra. Tahun 2017 ini, BWF World Junior Champioships kembali ke Indonesia. Di Yogyakarta nanti, turnamen itu akan digelar dengan nama resmi BWF World Junior Champioships kembali ke Indonesia. Entah mengapa, saya sedikit berharap ada ganda-ganda putra lain yang mencuat di turnamen ini.
ADVERTISEMENT
Bisa dicek apabila sebuah kantor memiliki grup bermain bulu tangkis, kebanyakan yang dimainkan adalah nomor ganda putra. Berbicara nomor ganda pada olahraga bulutangkis, maka kita berbicara permainan yang cepat, keras dan agresif. Tak heran, smash keras merupakan pukulan kunci yang wajib dimiliki pada nomor ini.
Untuk dapat melakukan smash, Anda perlu lawan mengangkat bola ke belakang. Agar lawan mengangkat bola, maka salah satu pemain ganda harus merupakan pemain depan yang bagus. Untuk urusan permainan di depan net, tanpa ragu, Hendra Setiawan adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa. Jika saya terlahir dengan bakat bulutangkis dalam darah, saya ingin menjadi Hendra Setiawan.
Saking hebatnya Hendra Setiawan, beberapa laman dan forum daring bulutangkis memberinya gelar King of The Front Court. Melihat pria kelahiran 25 Agustus 1984 ini, sekilas memang tak sekokoh Fu Hai Feng, tak sekuat Markis Kido, dan tak secekatan Kevin Sanjaya. Sekilas penampilannya bahkan tampak letargis. Namun, berbeda halnya jika sudah berurusan dengan bola di depan net.
ADVERTISEMENT
Hendra dan Ahsan, juara dunia 2013 (Foto: Badminton Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Hendra dan Ahsan, juara dunia 2013 (Foto: Badminton Indonesia)
Dalam mengembalikan bola servis, jarang sekali kita melihat Hendra melambungkan bola. Pengembaliannya jika bukan bola chop yang menusuk atau netting yang tipis dan sukar dikembalikan sehingga lawan harus mengangkat bola ke belakang.
Dalam duel di depan net, kita juga acap kali menyaksikan bola yang tampaknya hanya memiliki 2 pilihan pengembalian, balas netting atau diangkat, Hendra malah mampu melakukan serobotan dan menempatkannya pada posisi yang sulit untuk dijangkau lawan. Pun dalam duel drive, kontrol Hendra atas raket dan kok demikian baik sehingga seringkali ia mampu mengembalikan kok di titik lapangan lawan yang kosong. Untuk melakukan hal ini butuh kecerdasan, visi bermain dan akurasi serta presisi pukulan yang baik.
ADVERTISEMENT
Bagaimana jika kita menepikan kecerdasan dan visi permainan, akurasi serta presisi pukulan seperti yang dimiliki oleh Hendra Setiawan?
Kita bisa melihat gambarannya pada pemain ganda Malaysia, Tan Boon Hoeng. Tan boleh saja memegang rekor smash tercepat dengan kecepatan 493km/jam. Tapi, ketika Tan masih berpasangan dengan Koo Kien Keat, berulang kali ia dipermalukan oleh pasangan Hendra Setiawan/Markis Kido. Mulai dari perempatfinal Olimpiade Athena 2008, final Prancis Terbuka 2009, final SEA Games 2009 dan final Asian Games 2010 adalah sederet kekalahannya atas Hendra.
Sebaliknya Hendra Setiawan, pascapisah dengan Markis Kido yang merupakan duet peraih medali emas Olimpiade Athena 2008, masih merengkuh kesuksesan bersama Muhammad Ahsan. Duet pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini dengan Ahsan berhasil merengkuh gelar juara dunia tahun 2013 dan 2015.
ADVERTISEMENT
Secara tipe permainan, Tan Boon Hoeng, Markis Kido, Muhammad Ahsan hampir mirip, sama-sama tukang gebuk. Tapi, Kido dan Ahsan beruntung memiliki pasangan sekelas Hendra Setiawan yang merupakan raja di depan net, sehingga sering memaksa lawan mengangkat bola untuk mereka gebuk dengan smash-smash keras.
Atas dasar alasan tersebut di atas, jika saya memiliki bakat menjadi atlet bulu tangkis, saya ingin menjadi Hendra Setiawan. Kombinasi visi bermain yang bagus, akurasi serta presisi pukulan yang baik akan memudahkan siapapun pasangan kita untuk meraih prestasi tertinggi.