Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Harga Pangan Naik, Efek Kebijakan atau Bentuk ‘Seleksi Alam’ Ketahanan Pangan ?
27 September 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Agil Septiyan Habib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Harga pangan yang terus meroket tengah menjadi topik hangat belakangan ini. Di Indonesia, harga pangan naik kerap dikaitkan dengan kebijakan pemerintah mengenai ketahanan pangan. Banyak pihak menduga bahwa berbagai strategi yang diterapkan untuk menjaga stabilitas pangan justru membawa efek sebaliknya. Tapi, benarkah demikian? Apakah kenaikan harga pangan murni akibat kebijakan yang tidak efektif, atau ada faktor lain yang lebih mendalam, seperti proses "seleksi alam" ekonomi di pasar global?
ADVERTISEMENT
Pangan, seperti halnya sektor ekonomi lainnya, mengalami pergeseran besar di era globalisasi ini. Strategi ketahanan pangan yang sebelumnya dipandang sebagai solusi untuk menjaga ketersediaan bahan pokok kini mulai dipertanyakan efektivitasnya.
Apakah kebijakan-kebijakan yang diterapkan sudah cukup adaptif dengan perkembangan zaman? Atau malah memperparah situasi dengan menciptakan ketidakstabilan harga? Dari sudut pandang ekonomi modern, kondisi ini bisa jadi merupakan bentuk dari "seleksi alam," di mana hanya negara-negara yang menerapkan kebijakan adaptif saja yang sanggup bertahan. Sedangkan bagi negara-negara yang gagal beradaptasi, yakni dengan kebijakan yang terlalu kaku dan tidak relevan, terancam tersingkir dari peta perdagangan global.
ADVERTISEMENT
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait harga pangan memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Krisis ekonomi global, perubahan iklim, hingga konflik politik internasional menjadi variabel yang saling berkelindan. Di tengah situasi yang kompleks ini, pertanyaan yang mesti kita ajukan adalah: Apakah kebijakan ketahanan pangan Indonesia sudah benar-benar berfungsi? Atau justru menjadi penghambat yang memperparah masalah harga pangan dalam negeri?
Kebijakan yang Tidak Adaptif, Masalah atau Solusi?
Sebagian besar kebijakan ketahanan pangan Indonesia berfokus pada peningkatan produksi domestik, stabilisasi harga, dan impor. Namun, dalam praktiknya, banyak dari kebijakan-kebijakan tersebut ketinggalan zaman dan tidak mengikuti dinamika pasar global yang terus berubah. Misalnya, ketika kebijakan impor terlalu ketat, Indonesia mengalami kelangkaan pasokan bahan pokok. Sebaliknya, ketika impor dilonggarkan tanpa perhitungan matang, produksi lokal justru terganggu.
ADVERTISEMENT
Penting untuk dicatat bahwa harga pangan yang tinggi bukan sekadar efek dari hukum permintaan dan penawaran (supply – demand), melainkan juga hasil dari sistem yang tidak fleksibel. Di sinilah teori "seleksi alam" ekonomi mulai relevan. Pasar global bukan hanya tentang siapa yang memiliki sumber daya terbanyak, tetapi siapa yang mampu beradaptasi dengan cepat dan efisien. Negara-negara yang mampu menyesuaikan kebijakannya dengan cepat cenderung lebih stabil dalam menjaga harga pangan.
Di era digital seperti sekarang, kebijakan ketahanan pangan tidak hanya perlu memperhatikan ketersediaan fisik bahan pokok tetapi juga bagaimana rantai distribusi dan logistik dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan situasi. Hal ini menuntut keterbukaan terhadap inovasi teknologi, seperti pertanian presisi dan logistik berbasis data.
Globalisasi dan Seleksi Alam dalam Ekonomi Pangan
Globalisasi membawa pengaruh besar terhadap dinamika ekonomi pangan. Dengan semakin terbukanya pasar, negara-negara saling bersaing untuk menyediakan pangan dengan harga yang kompetitif. Sayangnya, beberapa negara, termasuk Indonesia, masih terjebak dalam kebijakan lama yang kurang adaptif. Globalisasi menciptakan "seleksi alam" yang menentukan negara mana yang akan bertahan dan mana yang akan tumbang dalam persaingan ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Negara-negara seperti Vietnam dan Thailand yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap permintaan pasar global telah menjadi pemain utama dalam ekspor beras dunia. Sementara itu, Indonesia yang pada dasarnya memiliki potensi besar dalam sektor pangan, kerap tertinggal karena kebijakan yang tidak fleksibel.
Jika Indonesia tidak segera berbenah, ada kemungkinan kita akan terus mengalami kenaikan harga pangan yang signifikan, seiring dengan ketidakmampuan negara untuk bersaing dalam pasar global. Di sinilah pentingnya mengadopsi kebijakan yang lebih dinamis, responsif, dan berbasis data. Kebijakan yang tidak adaptif bukan hanya masalah bagi negara, tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang merasakan dampaknya.
Di tengah persaingan global yang semakin ketat, Indonesia harus segera beradaptasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel dan inovatif, agar kenaikan harga pangan tidak terus menjadi momok bagi masyarakat. Kebijakan yang adaptif bukan hanya soal angka di atas kertas, tetapi juga soal kemampuan bertahan di tengah seleksi alam ekonomi yang semakin ketat.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya sekarang, apakah di era pemerintahan berikutnya tantangan mengenai ketahanan pangan ini akan mampu diatasi? Atau justru mengulang cara kerja yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya?
Maturnuwun,
Agil Septiyan Habib