Konten dari Pengguna

Proyek Reboisasi Perkotaan: Kontribusi Pekerja Nonformal dalam Penghijauan Kota

Agil Septiyan Habib
Production Planner di Perusahaan Consumer Goods di Kab. Tangerang, Pernah Kuliah di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
5 September 2024 11:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agil Septiyan Habib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah hiruk-pikuk perkotaan yang kian padat, tantangan lingkungan semakin mendesak. Asap kendaraan, minimnya ruang hijau, serta pembangunan yang tidak terkendali menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan manusia yang hidup di kota. Namun, di dalam situasi seperti ini, justru muncul gerakan penghijauan yang melibatkan tidak hanya pemerintah atau organisasi besar, tetapi juga para pekerja nonformal. Mereka ini yang kerap kali dipandang sebelah mata justru mampu memberikan kontribusi signifikan dalam upaya reboisasi perkotaan.
ADVERTISEMENT
Melalui sebuah inisiatif kecil seperti penanaman pohon di gang-gang sempit hingga proyek penghijauan di lahan kosong, pekerja nonformal mulai merintis jalan untuk menyelamatkan lingkungan.
Seiring waktu, masyarakat mulai melihat bahwa reboisasi kota bukan hanya tugas institusi formal. Justru, keterlibatan pekerja nonformal, seperti pedagang kaki lima, pengemudi ojek online, hingga pekerja bangunan, membawa perspektif baru dalam pengelolaan lingkungan kota.
Mereka, dengan kapasitas dan jaringan lokal yang dimiliki, mampu melakukan perubahan dari bawah ke atas (bottom-up), menciptakan dampak lingkungan yang berkelanjutan. Namun, apa yang membuat kontribusi mereka berbeda? Mengapa pekerja nonformal kini menjadi aktor penting dalam proyek reboisasi?
Pekerja sedang menanam pohon di tengah area kosong di perkotaan, simbol peran masyarakat kecil dalam penghijauan kota | Ilustrasi gambar: freepik.com / thida

Kolaborasi Pekerja Nonformal dan Lingkungan

Pada dasarnya, reboisasi perkotaan tidak hanya mengandalkan teknis dan peralatan canggih. Lebih dari itu, partisipasi aktif dari berbagai lapisan masyarakat sangat diperlukan. Yang dapat dicermati dari tren penghijauan saat ini adalah bagaimana para pekerja nonformal mulai mengintegrasikan aktivitas mereka dengan inisiatif ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, banyak pekerja yang memanfaatkan area tempat mereka bekerja sebagai tempat untuk menanam pohon atau tumbuhan hijau lainnya. Mereka memahami bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah atau LSM, tapi juga tanggung jawab bersama. Misalnya keikutsertaan komunitas ojek online dalam program “Jakarta Menanam”.
Di beberapa kota besar, para pengemudi ojek online mulai bekerjasama dengan komunitas penghijauan untuk mengurangi jejak karbon melalui kampanye penanaman pohon. Selain itu, para pedagang kaki lima yang biasanya menjajakan dagangannya di trotoar atau tepi jalan kini berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan bahkan menanam tanaman di sekitar tempat mereka bekerja.
Inilah bentuk nyata dari bagaimana proyek reboisasi perkotaan bisa melibatkan seluruh elemen masyarakat, bukan hanya kelas menengah ke atas atau para profesional formal.
Pekerja nonformal membantu menanam pohon di tengah kota, sebuah inisiatif untuk memperindah dan memperbaiki kualitas udara kota | Ilustrasi gambar: freepik.com/freepik

Mendorong Kontribusi Pekerja Nonformal Lebih Jauh

Salah satu perkembangan terbaru yang mendukung kontribusi pekerja nonformal dalam reboisasi perkotaan adalah penggunaan teknologi hijau. Dalam konteks ini, teknologi tidak harus berupa alat atau mesin canggih, tetapi bisa berupa aplikasi digital yang memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam proyek lingkungan.
ADVERTISEMENT
Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan pekerja nonformal untuk terlibat dalam kampanye penghijauan tanpa harus terlibat langsung dalam birokrasi yang kompleks. Misalnya, aplikasi berorientasii "Go Green" yang memudahkan pekerja nonformal untuk mendaftar sebagai sukarelawan dalam proyek penanaman pohon di sekitar tempat tinggal atau area kerja mereka.
Inovasi ini menjadi bagian penting dari upaya menciptakan ekosistem hijau yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan teknologi tersebut, pekerja nonformal memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. Hal ini menjadi sesuatu yang terbilang segar dalam upaya reboisasi perkotaan, yaitu penggabungan antara teknologi, tenaga kerja nonformal, dan kesadaran lingkungan yang lebih luas.
Dampak dari inisiatif ini semakin terasa ketika setiap individu di kota, terlepas dari profesi atau status sosialnya, memiliki akses untuk berkontribusi pada penghijauan kota.
Pekerja nonformal menggunakan aplikasi digital untuk memantau dan berpartisipasi dalam proyek penghijauan di lingkungan sekitar mereka | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
Seiring dengan semakin luasnya keterlibatan pekerja nonformal dalam proyek penghijauan kota, kita menyaksikan lahirnya paradigma baru dalam pelestarian lingkungan. Kota yang hijau bukan lagi sekadar angan-angan, tetapi menjadi kenyataan berkat sinergi antara teknologi, inisiatif individu, dan kesadaran kolektif.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya ini, pekerja nonformal memainkan peran penting yang sering kali luput dari perhatian. Apa yang mereka lakukan membuktikan bahwa setiap orang, apapun profesinya, memiliki peran vital dalam menjaga bumi tetap hijau dan sehat.
Coba kita renungkan kata-kata Vandana Shiva, seorang aktivis lingkungan asal India:
Dengan semangat itu, mari kita terus dukung peran pekerja nonformal dalam proyek reboisasi yang semakin berkembang dan berdampak luas. Bersama kita bisa.!
Maturnuwun,
Growthmedia