Konten dari Pengguna

Memahami Liberalisme

Agis Nita Triana
Mahasiswa STIABi prodi Pejarah Peradaban Islam(SPI)
28 Oktober 2024 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agis Nita Triana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Liberalisme, Politik, Agama, Islam

sumber https://pixabay.com/id/photos/pengetahuan-buku-perpustakaan-1052013
zoom-in-whitePerbesar
sumber https://pixabay.com/id/photos/pengetahuan-buku-perpustakaan-1052013
ADVERTISEMENT
Dalam konteks politik, liberalisme adalah paham yang meyakini bahwa negara harus memfasilitasi kebebasan individu tanpa memaksakan kehendak pada warga. Negara dianggap sebagai asosiasi sukarela yang dibentuk oleh individu-individu yang mandiri. Tujuan utama negara adalah untuk memfasilitasi proyek-proyek individu, bukan untuk memaksakan visi tertentu. Liberalisme merupakan salah satu pilar utama dari tradisi politik liberal di Barat.
ADVERTISEMENT
Menurut Departemen Agama Republik Indonesia, liberalisme dalam pandangan Islam dapat dipahami sebagai kebebasan yang ada dalam agama Islam. Tidak ada batasan yang ketat mengatur kebebasan tersebut. Liberalisme ini juga diartikan sebagai kebebasan terhadap nash-nash agama Islam, seperti Al-Qur'an dan Hadits, dengan menggunakan akal dan pikiran secara bebas. Doktrin-doktrin agama hanya diterima jika sejalan dengan rasionalitas manusia. Liberalisme dalam umat Islam sebenarnya telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw., yang sangat menginginkan adanya kebebasan dalam diri manusia. Nabi Muhammad berjuang keras untuk menghapus segala bentuk penindasan dan tekanan yang membuat manusia hidup dalam kekangan di bawah pengaruh penguasa. Ia juga memperjuangkan hak-hak perempuan agar mereka tidak lagi ditindas oleh laki-laki dan melakukan upaya menghapus perbudakan untuk membebaskan manusia dari penindasan.
ADVERTISEMENT
Liberalisme tidak hanya berfokus pada politik; ia juga meluas ke berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Di dunia Islam, gerakan liberalisme muncul melalui pemikiran tokoh-tokoh muslim yang melakukan pembaharuan. Para pendukung liberalisme dalam Islam seringkali merasa bahwa mereka tidak berbeda dari umat Muslim lainnya. Mereka ingin mereformulasikan interpretasi ulang terhadap teks-teks agama dengan mempertimbangkan konteks zaman dan kebutuhan sosial modern, terutama terkait isu kesetaraan gender.
Dengan demikian, definisi liberalisme tidak hanya sekadar paham politis, tetapi juga sebuah doktrin yang berusaha melepaskan diri dari pemahaman tekstual yang kaku dan mengedepankan nilai-nilai universal seperti keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan. Liberalisme dalam konteks Islam berusaha untuk menawarkan perspektif yang inklusif dan egalitarian dalam memahami ajaran Islam, sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Agis Nita Triana, mahasiswa Sejarah Peradaban Islam STIABI Riyadul Ulum Tasikmalaya