Pantai Kuta Bukan Tempat Sampah

Angel Christin
Mahasiswa FH Universitas Katolik Parahyangan
Konten dari Pengguna
12 September 2021 19:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angel Christin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by: pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Image by: pixabay.
ADVERTISEMENT
Berat sampah di Pantai Kuta mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari tahun ke tahun. Sampah yang diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan selama tiga hari sejak Minggu, 15 Desember 2019 adalah sebanyak 18 ton. Kemudian, pada 31 Desember 2020 hingga 3 Januari 2021 sampah yang diangkut oleh 600 petugas DLHK Badung adalah sebanyak 80 ton. Sampah-sampah yang terdampar di Pantai Kuta didominasi oleh sampah-sampah plastik. Meskipun, sampah-sampah tersebut merupakan hasil transfer dari sungai-sungai Bali dan pulau lain yang terbawa oleh arus laut tapi, tetap saja yang menjadi pelaku utama adalah perilaku manusia yang enggan untuk peduli pada kelestarian alam. Permasalahan sampah plastik ini menjadi permasalahan serius yang bersifat global karena, bukan hanya Indonesia saja yang mengalaminya, melainkan hingga ke mancanegara. Kesadaran masyarakat akan sampah dan lingkungan harus menjadi suatu hal yang absolut agar dapat menekan jumlah sampah yang bertebaran. Masyarakat seharusnya menjadi aditokoh pengelolaan dan pengurangan sampah plastik untuk menjaga kelestarian alam Pantai Kuta.
ADVERTISEMENT
Pantai Kuta merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, kini pengunjung setia Pantai Kuta adalah sampah. Nilai keindahan Pantai Kuta mulai tergerus akibat banyaknya sampah yang heterogen. Dalam kasus ini, masyarakat berperan untuk terus mengasah dan meningkatkan kepeduliannya terhadap kelestarian Pantai Kuta melalui kesadaran masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh kecil, kalimat yang mengatakan ‘buanglah sampah pada tempatnya’ mungkin telah tertanam dalam alam bawah sadar setiap orang. Namun, dalam kenyataanya masih sedikit orang yang memiliki kesadaran untuk melakukan hal tersebut atau mungkin malah bersikap tak acuh dan membebankan masalah tersebut kepada pemerintah. Pada akhirnya, pemerintah yang akan disalahkan dan dikritik habis-habisan. Sebagai masyarakat, kita perlu kritis untuk menghadapi permasalahan ini dengan cara ikut berkontribusi, jangan menjadi apatis. Apabila kita bisa memulainya terlebih dahulu dari diri sendiri, mengapa perlu menunggu pihak lain untuk melakukan hal yang sama?
ADVERTISEMENT
Sampah plastik yang mendominasi ini berpengaruh terhadap manusia, flora, dan fauna. Sebagai contoh, banyak ikan laut mengonsumsi sampah plastik yang tidak dapat terurai. Ikan tersebut akan dikonsumsi pula oleh manusia dengan tujuan awal sebagai penunjang protein bagi tubuh. Namun, bukan protein yang didapatkan melainkan penyakit yang bersumber dari plastik beracun. Penyakit tersebut dapat berupa kanker, gangguan pada perkembangan anak, dll. Kemudian, nelayan juga akan mengalami kerugian akibat banyaknya ikan yang mati karena mengonsumsi sampah plastik. Padahal, sumber pencaharian utama bagi nelayan adalah ikan hasil tangkapannya.
Konstribusi pariwisata merupakan salah satu bidang ekonomi terbesar yang memengaruhi sumber pendapatan negara ini. Apabila Pantai Kuta tidak lagi memiliki daya tarik maka sumber pendapatan Indonesia akan mengalami kemerosotan dan akan berpengaruh bagi kesejahteraan masyarakat. Di masa pandemi ini, penting sekali untuk menjaga kestabilan pendapatan negara. Jangan biarkan sampah menjadi faktor yang membawa keterpurukan ekonomi bagi Indonesia. Di sisi lain, mungkin bagi sebagian orang permasalahan sampah plastik ini menjadi sesuatu yang rumit. Padahal, ketika kita dapat mencari peluang kesempatan maka sesuatu yang rumit itu dapat menjadi ladang emas untuk orang-orang kreatif. Penanggulangan sampah plastik bukanlah suatu hal yang dihindari tapi perlu untuk dihadapi.
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi muda, kita memerlukan berbagai macam strategi untuk mempertahankan keeksistensian keindahan dan kelestarian Pantai Kuta. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membentuk komunitas pelopor kepedulian Pantai Kuta. Melalui komunitas tersebut, kita dapat membantu petugas dalam menjaga kebersihan pantai dari segala macam sampah, termasuk sampah plastik. Apabila hal tersebut dapat terealisasi maka akan ada kesejahteraan yang terulur bagi banyak pihak seperti wisatawan dan nelayan. Gerakan komunitas ini akan efektif apabila dilakukan secara terus-menerus. Selain itu, kita harus mengurangi penggunaan plastik satu kali pakai, di mana pun kita berada. Sebagai contoh, saat menyantap makanan dan minuman di luar rumah akan lebih baik jika kita membawa membawa sendok dan sedotan yang terbuat dari stainless. Hal tersebut merupakan langkah kecil yang relatif mudah untuk dilakukan oleh setiap orang.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Rosidin, Imam. Tiga Hari Terakhir, 18 Ton Sampah Kiriman Terangkut dari Pantai Kuta. Kompas. https://regional.kompas.com/read/2019/12/18/19123761/tiga-hari-terakhir-18-ton-sampah-kiriman-terangkut-dari-pantai-kuta, terakhir diedit 18 Desember 2019. Diakses 12 September 2021.
Rosidin, Imam. 80 Ton Sampah Terdampar di Pantai Kuta hingga Seminyak. Kompas. https://regional.kompas.com/read/2021/01/03/13341611/80-ton-sampah-terdampar-di-pantai-kuta-hingga-seminyak, terakhir diedit 03 Januari 2021. Diakses 12 September 2021.
Islami, Nurfi. Wajib Ditanggulangi, Ini 7 Bahaya Fatal Sampah Plastik di Laut. IDN TIMES. https://www.idntimes.com/science/discovery/nurfi/bahaya-fatal-sampah-plastik-di-laut-exp-c1c2/7, terakhir diedit 28 Juni 2020. Diakses 12 September 2021.