Maju! Indonesia Bersatu! Pahlawanku, Pejuangku!

Agnes Christia
Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara
Konten dari Pengguna
18 November 2022 8:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agnes Christia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ini dipotret langsung oleh penulis saat berada di Jalan Malioboro, DI Yogyakarta.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ini dipotret langsung oleh penulis saat berada di Jalan Malioboro, DI Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Maju serentak
Mengusir penyerang
Maju serentak
Tentu kita menang
Penggalan syair lagu “Maju Tak Gentar” karya Cornel Simanjuntak mengingatkan kita akan semangat para pejuang dalam membela negara dan memperjuangkan kemerdekaan. Mengusir penjajah dan merdeka bukanlah sesuatu yang kita dapat secara cuma-cuma. Berjuang bersama hingga titik darah penghabisan adalah syarat utama para pejuang dalam mencapai tujuan, yaitu merdeka. Kita tidak pernah merasakan perihnya para pejuang yang jatuh berguguran di medan perang dan itulah pahlawan pembela negara. Tidak peduli siapa dirinya karena yang ada dalam pikirannya hanyalah kata “merdeka…merdeka… dan merdeka…” Lantas, apa yang ada dalam pikiran kita yang hidup di zaman yang sudah merdeka ini? Apa yang bisa kita berikan untuk bangsa ini? Sudah sepantasnya kita mengapresiasi usaha keras para pahlawan kita dengan perilaku dan tindakan nyata kita untuk terus membangun bangsa.
ADVERTISEMENT
Bung Karno pernah mengatakan dalam pidatonya bahwa “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi (tetapi) perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan saudara sendiri” dan hal itu memang benar. Faktanya, para pejuang kita mampu mengusir penjajah dan memerdekakan bangsa kita dengan berkeringat darah hingga banyak yang gugur di medan perang. Kita sekarang sudah merdeka, tetapi kita belum mampu memerdekakan batin kita. Seringkali kita memberontak menyalahkan orang lain hingga terjadi kekerasan, adu domba yang menimbulkan terjadinya keributan antarsuku, ras, agama, dan golongan. Yang kuat menindas yang lemah, yang merasa kuat melupakan etika dan tata krama seolah mampu mengatur bangsa bahkan lupa akan norma-norma perilaku. Seolah berjuang untuk keadilan, tetapi penuh keserakahan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme tetap saja mendarah daging. Egoisme dan emosionalisme masih melekat erat dalam jiwa raga kita hingga melupakan Tuhan sebagai penguasa jagat raya.
ADVERTISEMENT
Era para pahlawan berjuang mempertahankan kemerdekaan dahulu tentu berbeda dengan era sekarang. Apa yang sebenarnya dimaksud oleh Bung Karno dalam pidatonya tersebut? Zaman dahulu, musuh bangsa Indonesia adalah penjajah. Namun, zaman ini yang menjadi musuh bangsa Indonesia bukanlah penjajah, melainkan bangsa Indonesia sendiri khususnya dalam hal persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa kita banyak mengalami konflik sosial yang berdampak pada persatuan dan kesatuan mulai dari konflik agama, ras, suku, korupsi, kolusi, nepotisme, emosi, dan sikap tidak beretika. Padahal, persatuan dan kesatuan menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perbedaan-perbedaan itu seharusnya dapat menjadi nikmat yang kita syukuri karena hal tersebut merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia. Melalui keberagaman tersebut bangsa Indonesia diharapkan dapat bersatu padu dan terhindar dari perpecahan. Namun, bagaimana kenyataannya?
ADVERTISEMENT
Ir. Soekarno pernah berkata “Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”. Kata-kata beliau mengajak kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa meneladani semangat juang para pahlawan yang layak menjadi panutan. Jika konflik antarsaudara setanah air tak kunjung berhenti, perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan seakan pudar dan sia-sia karena konflik yang justru ditimbulkan oleh saudara sebangsa setanah air itu sendiri. Di manakah rasa hormat kita terhadap jasa para pahlawan yang telah berjuang membela tanah air ini? Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November dan seharusnya hal tersebut menjadi pengingat untuk lebih menghormati dan meneladani jasa para pahlawan. Namun, apakah kita hanya perlu melakukannya saat peringatan Hari Pahlawan saja? Jawabannya tentu tidak. Semangat juang para pahlawan harus kita bawa dalam kehidupan sehari-hari. Hari Pahlawan hanya sebagai pengingat agar jangan sampai kita melupakan bahwa kemerdekaan yang didapat oleh bangsa Indonesia ini tidak lepas dari perjuangan para pahlawan bangsa yang berjuang sampai titik darah penghabisan. Oleh karena itu, kita harus benar-benar menghayati nilai-nilai luhur para pahlawan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui aksi nyata.
ADVERTISEMENT
Kata-kata Bung Karno tersebut dapat dikatakan benar karena pada zaman ini bangsa Indonesia malah menyibukkan diri dengan saling serang antarsaudara sebangsa dan setanah air. Banyak konflik yang muncul karena adanya radikalisme, terorisme, masalah global, dan intoleransi suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Hasil riset dari Setara Institute mencatat bahwa pada 2020 banyak terjadi tindakan intoleransi dalam pelanggaran atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Jika bangsa Indonesia terus-menerus disibukkan dengan saling serang antar-sesama, apakah kemerdekaan bangsa Indonesia tetap bisa dipertahankan dan melangkah bersama demi menyongsong Indonesia maju? Bangsa Indonesia harus menghormati dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan sehingga hal tersebut tidak akan menjadi masalah serta tidak akan menimbulkan konflik sosial. Apabila hal tersebut sudah berhasil diwujudkan, barulah bangsa Indonesia dapat bergerak maju. Bersatunya bangsa Indonesia inilah yang sudah sejak lama dirindukan dan dinantikan oleh para pahlawan bangsa. Harapan mereka sangat besar terhadap kita sebagai generasi penerus bangsa untuk dapat meneruskan perjuangan-perjuangan mereka.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kita bisa melanjutkan perjuangan para pahlawan pada zaman ini? Apa yang harus kita lakukan? Perjuangan para pahlawan dapat dilanjutkan dengan melakukan beberapa hal yang sederhana mulai dari membangun kesadaran diri kita masing-masing agar dapat meneladani dan mengimplementasikan nilai luhur dari perjuangan para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai luhur tersebut dapat kita wujudkan melalui aksi nyata, seperti tolong-menolong, gotong royong, tidak melakukan provokasi, dan tidak menyebarkan berita hoax yang berpotensi menimbulkan konflik bahkan perpecahan bangsa. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” menjadi salah satu peribahasa yang cocok dijadikan motivasi bagi kita dalam menggairahkan diri untuk memperjuangkan persatuan bangsa Indonesia di tengah era yang tak menentu ini. Kita seolah-olah diingatkan bahwa segala sesuatu akan mencapai suatu titik keberhasilan apabila seluruh elemen bangsa bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hari Pahlawan mungkin akan identik dengan salah satu tokoh yang terlibat dalam pertempuran besar di Surabaya pada 10 November 1945, yaitu Bung Tomo. Saya akan mengutip sedikit pidato beliau, yaitu “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!”. Pidato Bung Tomo berhasil membakar semangat para pejuang yang terlibat dalam pertempuran di Surabaya tersebut untuk pantang menyerah mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia yang berhasil membawa bangsa Indonesia pada kemenangan.
Lalu, apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari peringatan Hari Pahlawan tersebut? Ingatlah bahwa jangan sampai kita memperingatinya hanya sebagai formalitas belaka. Tujuan dari peringatan Hari Pahlawan adalah untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Penggalan lagu “Maju Tak Gentar” cukup menggambarkan perjuangan para pahlawan yang bersama-sama berjuang mengusir penyerang demi tanah air tercinta, yaitu Indonesia. Perjuangan mereka tentu berbuah manis sehingga kemerdekaan Indonesia dapat bertahan hingga saat ini. Namun, kita yang hidup pada zaman ini tidak boleh terlena karena perjuangan para pahlawan masih harus dilanjutkan. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus meneladani semangat juang para pahlawan demi mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai-nilai luhur perjuangan para pahlawan harus benar-benar dihayati agar semangat dalam diri kita dapat tumbuh sehingga kita siap untuk berkorban demi membela negara kita tercinta seperti yang dahulu dilakukan oleh para pahlawan.
ADVERTISEMENT
Memperjuangkan kemerdekaan bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, segala sesuatu yang sulit akan terasa ringan apabila diperjuangkan bersama-sama. Ingatlah pada pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Tujuh puluh tujuh tahun lalu, para pahlawan telah berjuang untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Apakah perjuangan para pahlawan berhenti setelah berhasil mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia? Jawabannya adalah tidak. Perjuangan para pahlawan harus dilanjutkan sampai kapan pun oleh kita sebagai generasi penerus bangsa yang diwarisi kemerdekaan untuk dipertahankan. Bagaimana kita bisa melanjutkan perjuangan para pahlawan? Kita yang masih berjuang di zaman ini memiliki tanggung jawab untuk meneruskan parjuangan para pahlawan. Jangan sampai perjuangan para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa mereka demi mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi sia-sia karena kelalaian kita dalam membela bangsa.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah zaman sekarang ada sosok yang layak disebut sebagai pahlawan?
Pahlawan tidak melulu harus merujuk pada sosok yang bertempur di medan perang, tetapi seseorang yang bisa memberi inspirasi dan membawa pengaruh positif bagi masyarakat juga layak disebut sebagai pahlawan. Tahukah kalian tentang sebutan “Pahlawan Milenial”? Para milenial memiliki perspektif sendiri dalam memandang pahlawan masa kini. Berdasarkan jejak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada 2019 menyatakan bahwa sosok yang paling tepat menggambarkan pahlawan masa kini, antara lain 32,8% sosok yang kreatif di bidang teknologi informasi, 11,5% sosok yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan, 11,5% ilmuwan, 11,3% pekerja seni yang mengharumkan nama bangsa, 7,6% tokoh agama atau spiritual, dan yang paling besar berada pada angka 59% yakni para atlet yang berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kita semua tentu bisa menjadi pahlawan milenial asalkan ada semangat juang demi mempertahankan kemerdekaan bangsa. Apakah kita rela jika kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan sampai berkeringat darah menjadi sia-sia? Masa depan bangsa Indonesia ada di tangan kita yang berperan sebagai generasi penerus bangsa. Para pahlawan yang lebih dahulu berjuang demi tanah air menaruh harapan dan kepercayaan kepada kita untuk melanjutkan perjuangannya. Perjuangan mereka belum selesai. Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi tanggung jawab utama kita saat ini. Peduli kepada saudara setanah air menjadi kewajiban kita. Kita harus mengobarkan semangat dalam diri kita masing-masing agar dapat bersama-sama membangun dan memajukan bangsa.
ADVERTISEMENT
Pahlawan bangsa menunggu kita untuk menunujukkan aksi nyata dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sesuai yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945. Kita harus bahu-membahu dalam melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Percayalah bahwa kita mampu dan kita bisa meneruskan perjuangan para pahlawan dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia kita yang tercinta ini. Selamat Hari Pahlawan!
Referensi:
Guritno, T. (2021, April 06). Riset Setara Institute: Intoleransi atas Kebebasan Beragama-Berkeyakinan Paling Banyak Terjadi pada 2020 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Riset Setara Institute: Intoleransi atas Kebebasan Beragama-Berkeyakinan Paling Banyak Terjadi p. Retrieved from nasional.kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2021/04/06/18065451/riset-setara-institute-intoleransi-atas-kebebasan-beragama-berkeyakinan
ADVERTISEMENT
Milana, R. (2021, November 18). Pahlawan dalam Perspektif Milenial. Retrieved from revolusimental.go.id: https://revolusimental.go.id/kabar-revolusi-mental/detail-berita-dan-artikel?url=pahlawan-dalam-perspektif-milenial
Serikat, D. B. (2021, Juli 26). Agus Widjojo: Bangsa Indonesia Dibangun Atas Dasar Kesepakatan, Bukan Hubungan Mayoritas Minoritas. Retrieved from lemhannas.go.id: https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/1164-agus-widjojo-bangsa-indonesia-dibangun-atas-dasar-kesepakatan-bukan-hubungan-mayoritas-minoritas