Museum Telekomunikasi Riwayatmu Kini

Agnesia Upany Nadenggan Siregar
Mahasiswi Jurnalistik Polteknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
13 Juli 2021 19:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agnesia Upany Nadenggan Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : Unsplash.com/@paramir
zoom-in-whitePerbesar
Source : Unsplash.com/@paramir
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Museum telekomunikasi masih berdiri kokoh hingga kini dibalik pagarnya yang tertutup rapat. Bangunannya tampak kesepian seolah hilang alasan untuk berdiri tanpa kehadiran pengunjungnya yang sudah lama tidak terlihat lagi.
ADVERTISEMENT
Tidak ada orang yang datang atau bahkan dapat mengunjungi museum ini. Meskipun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tempat keduanya berada telah dibuka dengan pemberlakuan kapasitas pengunjung, tetapi tempat ini memang tidak dapat dikunjungi lantaran telah ditutup sementara akibat pengelolaannya yang tidak jelas.
Meskipun katanya sementara, tetapi sudah berjalan lebih dari setahun sejak Februari 2020 museum ini dibiarkan dalam kondisi tidak terawat. Pemantauan juga dilakukan seadanya karena tenaganya yang terbatas yaitu yang hanya dua orang.
“Setelah Dirjen Pos dan Telekomunikasi (Kementerian Kominfo) dibubarkan, pengelolaannya memang masih terkatung-katung begitu,” ujar Adi yang merupakan kepala humas pengelola TMII pada Kamis, 4 Februari 2020.
Koleksi museum telekomunikasi ini merupakan saksi bisu dari perkembangan pertelekomunikasian di Indoensia pada masa sebelum-masa perang-awal kemerdekaan, orde baru dan masa depan telekomunikasi dunia, termasuk alat komunikasi dari masa ke masa. Museum ini memiliki sejumlah koleksi benda bersejarah mulai dari alat komunikasi pra elektrik seperti alat komunikasi tiup, kentongan/gendering, bedug, gong, dan lonceng hingga lat komunikasi digital meliputi planet konfigurasi STKB konvensional dan STKB cellular, sampel produk PT. INTI, panel STDI-K, panel stasiun bumi kecil, peluncuran satelit, maket GSO (Geo Statistik Orbit) panel konfigurasi SKI, panel Intelsat/Inmarsat, serta Pasopati (Paduan Solusi Pelayanan Teknologi Informasi) atau ISDN (Integrated System Digital Network).
ADVERTISEMENT
Terdapat pula area khusus yang memamerkan berbagai jenis layanan jasa telekomunikasi yang pernah dijalankan oleh Telkom. Sebagian di antaranya adalah koleksi beraneka jenis kartu telepon magnetik, aneka jenis pesawat telepon umum, dan miniatur satelit palapa yang pernah beroperasi melayani komunikasi ke berbagai pelosok tanah air.
Hari berganti hari bulan berganti bulan, hingga saat ini museum yang diresmikan sejak 20 April 1991 itu tak jua mendapat kejelasan mengenai pengelolaannya yang terluntang-lantung semenjak peleburan Kementerian Pariwisata, Pos dan telekomunikasi pada era orde baru. TMII pun yang menjadi pengelola tidak dapat berbuat banyak lantaran mereka hanya berwenang atas lahan tempat berdiri museum itu saja. Sementara mengenai perawatan, itu merupakan tanggung jawab masing-masing instansi yang menaungi.
ADVERTISEMENT
Sempat saat itu museum ini berpindah tangan ke PT Telkom, tetapi setelah beberapa tahun pengelolaan PT Telkom pun terbentur peraturan yang tak memperbolehkan mereka untuk mengelola aset selain bidang bisnisnya sendiri.
Sejak itu, TMII sebagai penyedia lahan dari rumah sejarah pertelekomuniakasian itu kerap melakukan mediasi kepada instansi terkait. Namun, Adi sangat menyayangkan pembicaraan terkait mediasi kepada instansi mengenai nasib museum itu berujung alot hingga mengakibatkan terbengkalainya museum itu.
Adi sangat berharap agar pemerintah dapat peduli terhadap nasib Museum Telekomunikasi agar generasi penerus bangsa bisa kembali menyaksikan sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi di Ibu Pertiwi. Di mana lagi di jumpai sarana pembelajaran nyata perjalanan sejarah yang mana kita bisa langsung melihat benda terkait dalam sejarah tersebut selain di museum? Apalagi museum ini memiliki akses masuk yang relatif murah. Hanya dengan Rp 10.000 diluar biaya masuk kendaraan sudah dapat menambah ilmu sejarah pertelekomunikasian Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Kami harap agar museum ini bisa dibuka kembali sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunannya dulu,” tutur Adi.
(Agnesia Upany Nadenggan Siregar, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)