Konten dari Pengguna

Membuka Peta Kebijakan: Mixed Scanning Sebagai Jawaban Problematika di Indonesia

Agnesya Maharani
Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN
26 November 2024 11:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agnesya Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kompleksitas Indonesia (Sumber: Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kompleksitas Indonesia (Sumber: Penulis)
ADVERTISEMENT
Di tengah kompleksitas masalah yang dihadapi oleh negara besar seperti Indonesia, pengambilan keputusan dalam kebijakan publik sering kali menjadi tantangan besar. Pembuat kebijakan harus menghadapi berbagai isu yang tidak hanya melibatkan aspek teknis dan ekonomis, tetapi juga aspek sosial, politik, dan budaya yang saling terkait. Dalam menghadapi permasalahan semacam ini, sangat penting bagi pembuat kebijakan untuk memiliki pendekatan yang fleksibel, yang dapat menyesuaikan diri dengan dinamika yang berkembang. Salah satu model yang menawarkan solusi atas tantangan ini adalah mixed scanning, sebuah pendekatan yang menggabungkan keunggulan dari berbagai model pengambilan keputusan yang ada. Dalam artikel ini, kita akan menggali bagaimana mixed scanning dapat diterapkan untuk memecahkan masalah kebijakan yang kompleks di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menyikapi Kompleksitas Kebijakan di Indonesia
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta orang dan beragam latar belakang budaya, ekonomi, dan sosial, menghadapi tantangan besar dalam merumuskan kebijakan yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat. Isu-isu seperti ketimpangan ekonomi, kemiskinan, pengelolaan sumber daya alam, hingga perubahan iklim, semuanya membutuhkan kebijakan yang tidak hanya efektif, tetapi juga dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Sebagai contoh, kebijakan transportasi publik di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki populasi lebih dari 10 juta orang, memerlukan pendekatan yang sangat hati-hati. Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara, yang bisa dicapai dengan menyediakan alternatif transportasi publik yang lebih baik dan efisien. Namun, di sisi lain, kebijakan ini harus memperhitungkan kondisi ekonomi, resistensi masyarakat terhadap perubahan, serta keterbatasan anggaran yang tersedia. Dalam konteks ini, mixed scanning bisa menjadi solusi untuk merumuskan kebijakan yang tidak hanya mempertimbangkan masalah besar, tetapi juga memberikan perhatian pada solusi yang lebih terfokus dan bisa diterapkan dalam jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Mengapa Mixed Scanning Relevan untuk Indonesia?
Mixed scanning merupakan model pengambilan keputusan yang menggabungkan dua pendekatan utama: rasional komprehensif dan inkremental. Model rasional komprehensif berfokus pada pengambilan keputusan yang sangat sistematis, dengan mempertimbangkan berbagai alternatif solusi dan melakukan analisis mendalam terhadap masing-masing pilihan. Sebaliknya, model inkremental menekankan perubahan bertahap dan realistis, sering kali berfokus pada penyesuaian kebijakan yang sudah ada dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya dan waktu. Mixed scanning mengusulkan pendekatan yang lebih fleksibel, di mana pembuat kebijakan memulai dengan pemahaman umum terhadap masalah yang lebih besar, namun kemudian fokus pada area-area yang lebih terperinci dan membutuhkan perhatian segera.
Penerapan mixed scanning dalam kebijakan transportasi di Jakarta, misalnya, dapat dimulai dengan pemahaman menyeluruh mengenai dampak kemacetan dan polusi yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan. Kemudian, untuk jangka pendek, pemerintah bisa fokus pada peningkatan layanan angkutan umum yang sudah ada, seperti bus transjakarta, atau bahkan memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan, seperti jalur sepeda atau kendaraan listrik. Kebijakan ini memungkinkan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah yang mendesak, sementara juga mempersiapkan landasan untuk kebijakan transportasi yang lebih berkelanjutan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Studi Kasus: Kebijakan Energi Terbarukan di Indonesia
Salah satu contoh lain yang relevan adalah kebijakan terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor energi terbarukan, mulai dari tenaga surya, angin, hingga geotermal. Namun, meskipun ada kesadaran yang semakin tinggi mengenai pentingnya beralih dari ketergantungan pada energi fosil, perubahan besar dalam kebijakan energi tidak dapat dilakukan secara instan. Masalah yang dihadapi sangat kompleks, mencakup tantangan teknis, finansial, serta politik yang harus diselesaikan.
Dengan menerapkan mixed scanning, pemerintah dapat memulai dengan pemahaman umum mengenai kebutuhan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan pada energi fosil. Pada saat yang sama, fokus bisa diberikan pada kebijakan jangka pendek yang memungkinkan transisi secara bertahap, seperti insentif untuk penggunaan energi terbarukan di sektor rumah tangga atau industri kecil, atau pembangunan infrastruktur yang mendukung penggunaan energi bersih. Kebijakan ini akan memungkinkan pemerintah untuk memberikan solusi yang cepat dan nyata, sambil merencanakan transisi jangka panjang yang lebih besar, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga angin atau pengembangan pasar mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Menanggapi Tantangan Digitalisasi
Tantangan digitalisasi juga semakin penting dalam konteks pengambilan keputusan kebijakan di Indonesia. Dalam era big data dan kecerdasan buatan, informasi yang tersedia sangat besar, tetapi sering kali tersebar dan tidak terorganisir dengan baik. Hal ini menjadi tantangan bagi pembuat kebijakan yang harus membuat keputusan berdasarkan informasi yang cepat berubah dan terkadang tidak terverifikasi dengan baik. Dalam situasi seperti ini, mixed scanning menawarkan pendekatan yang tepat dengan memungkinkan para pembuat kebijakan untuk melakukan pemindaian umum terhadap data yang ada, tetapi kemudian memfokuskan perhatian pada area-area yang paling relevan dan dapat segera ditangani.
Sebagai contoh, dalam kebijakan digitalisasi layanan publik, pemerintah bisa mulai dengan memahami gambaran umum tantangan yang dihadapi, seperti kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan, atau masalah keamanan data pribadi. Setelah itu, perhatian bisa difokuskan pada solusi jangka pendek yang langsung dapat dilaksanakan, seperti mempercepat pembangunan infrastruktur internet di daerah tertinggal atau meluncurkan program literasi digital untuk masyarakat. Pendekatan ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih terukur dan bertahap, dengan tetap menjaga visi besar untuk masa depan yang lebih digital.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Di tengah perubahan yang cepat dan permasalahan yang semakin kompleks, Indonesia membutuhkan kebijakan yang tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif dan fleksibel. Mixed scanning memberikan pendekatan yang tepat dengan menggabungkan pemahaman menyeluruh terhadap masalah besar dengan perhatian terhadap solusi-solusi praktis yang dapat diterapkan segera. Dengan pendekatan ini, pemerintah dapat menciptakan kebijakan yang adaptif, berkelanjutan, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, sambil memastikan bahwa perubahan besar dapat dilakukan secara bertahap namun terukur.
Model ini menawarkan fleksibilitas yang sangat diperlukan di dunia yang semakin kompleks, serta memberikan landasan yang kuat bagi pembuatan kebijakan yang lebih efektif dan efisien. Dengan mengadopsi mixed scanning, Indonesia dapat menghadapi tantangan besar dengan lebih percaya diri dan cerdas, serta membuka peta kebijakan yang lebih tepat guna dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT