Konten dari Pengguna

Ketergantungan atau Kemitraan? Memahami Dinamika Hubungan Amerika Latin dan AS

Agrace Carelica Sinaga
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia
26 Oktober 2024 14:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agrace Carelica Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kemiteraan Foto: Pexel
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemiteraan Foto: Pexel
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat, sebagai negara dengan kekuatan ekonomi dan politik global yang dominan, telah lama memainkan peran signifikan di kawasan Amerika Latin. Hubungan kedua kawasan ini terus menjadi topik perdebatan dalam konteks diplomasi, politik, dan ekonomi, terutama terkait dengan ketergantungan yang dirasakan oleh banyak negara Amerika Latin terhadap AS. Ketergantungan ini memiliki akar yang dalam, dimulai sejak era kolonialisme dan semakin diperkuat oleh berbagai intervensi politik dan ekonomi yang dilakukan AS sepanjang abad ke-20. Melalui kebijakan-kebijakan seperti Doktrin Monroe dan kebijakan "tetangga baik," Amerika Serikat memperkuat pengaruhnya. Doktrin ini menyatakan bahwa setiap upaya kolonisasi atau campur tangan Eropa di Benua Amerika akan dianggap sebagai agresi terhadap Amerika Serikat. Kebijakan ini memberikan AS peran sebagai pelindung Amerika Latin, tetapi juga membuka jalan bagi intervensi di negara-negara tetangga di selatan. Selama Perang Dingin, Amerika Latin menjadi medan pertempuran ideologis antara AS dan Uni Soviet, dengan pihak Amerika mendukung rezim diktatorial yang melawan komunisme.
ADVERTISEMENT
Ketergantungan, dalam konteks ekonomi dan politik, merujuk pada situasi di mana negara-negara Amerika Latin sangat bergantung pada bantuan, investasi, atau kebijakan luar negeri AS untuk menjaga stabilitas ekonomi mereka. Berdasarkan konsep ketergantungan yang dikemukakan oleh Theotônio Dos Santos, negara-negara pinggiran hanya berperan sebagai bayang-bayang dari negara-negara pusat. Dos Santos menjelaskan bahwa ekspansi ekonomi negara maju, yang didorong oleh kapitalisme, merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kemajuan negara-negara Dunia Ketiga. Ketika terjadi krisis di negara-negara maju, dampaknya hampir pasti dirasakan oleh negara-negara berkembang. Namun, sebaliknya, jika krisis terjadi di negara-negara berkembang, negara-negara maju belum tentu terdampak secara signifikan. Hubungan ini tidak bersifat simetris atau saling menguntungkan, karena negara-negara berkembang lebih rentan terhadap dinamika ekonomi global yang dikendalikan oleh negara-negara maju. Contoh nyata dari ketergantungan ini terlihat di Amerika Latin, di mana Amerika Serikat sangat bergantung pada sumber daya alam kawasan tersebut untuk diolah dan diekspor ke pasar domestik mereka. Ketergantungan ekonomi ini menciptakan ketimpangan, karena Amerika Latin jauh lebih bergantung pada AS daripada sebaliknya. Ketergantungan tersebut bahkan memengaruhi aspek-aspek lain, termasuk kebijakan politik domestik negara-negara Amerika Latin, yang sering kali harus disesuaikan dengan kepentingan Amerika Serikat demi mempertahankan dukungan ekonomi dan politik.
ADVERTISEMENT
Menurut K.J. Holsti, kemitraan adalah hubungan kerjasama antar negara yang didasarkan pada kepentingan bersama dan saling menguntungkan, tanpa adanya dominasi satu pihak atas yang lain. Dalam konteks ini konsep kemitraan ini dapat digunakan untuk memahami hubungan kedua wilayah tersebut. Meski sering kali Amerika Latin dipandang dalam posisi ketergantungan ekonomi dan politik terhadap Amerika Serikat, kemitraan idealnya menunjukkan relasi yang lebih seimbang. Dinamika hubungan tersebut harus ditinjau dari perspektif apakah kedua pihak saling memajukan kepentingan atau salah satu mendominasi.
Salah satu contoh kemitraan terkini antara Amerika Serikat dan Amerika Latin adalah inisiatif Americas Partnership for Economic Prosperity (APEP) yang diluncurkan pada 2022. Program ini bertujuan memperkuat hubungan ekonomi di kawasan, dengan fokus pada perdagangan yang inklusif, investasi berkelanjutan, dan pembangunan ekonomi yang adil. Melalui APEP, Amerika Serikat berusaha memperdalam kerjasama dengan negara-negara Amerika Latin dalam hal inovasi, energi bersih, dan ketahanan rantai pasokan, menunjukkan hubungan yang lebih berorientasi pada kolaborasi dan manfaat bersama, dibandingkan ketergantungan sepihak.
ADVERTISEMENT
Dari kondisi ini, kita dapat melihat meskipun Amerika Latin berupaya memperkuat kemitraan, misalnya, melalui inisiatif Americas Partnership for Economic Porsperity, namun dalam praktiknya, ketergantungan kolonial ini masih membayang-bayangi Amerika Latin hingga saat ini.
Di balik kondisi yang dihadapi Amerika Latin saat ini, muncul pertanyaan menarik: dapatkah dinamika tersebut diubah? Mungkinkah kawasan ini berhasil keluar dari jebakan ketergantungan ekonomi dan politik serta membangun kemitraan yang lebih setara dengan Amerika Serikat? Sejumlah negara di Amerika Latin, seperti Brasil dan Meksiko, terus berupaya memperkuat posisi daya tawar mereka di panggung internasional.
Dos Santos menyatakan bahwa Amerika Latin perlu mengembangkan model pembangunan yang lebih mandiri, memprioritaskan diversifikasi ekonomi, dan meningkatkan solidaritas regional untuk mencapai kemandirian yang sebenarnya. Ini adalah satu-satunya cara bagi wilayah ini untuk melepaskan diri dari rantai ketergantungan yang telah bertahan selama berabad-abad dan untuk membangun hubungan yang lebih adil dengan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Di tengah arus globalisasi saat ini, pertanyaan tentang ketergantungan atau kemitraan ini masih sangat relevan. Apakah Amerika Latin dapat menemukan jalannya sendiri, atau apakah dinamika ketergantungan akan terus berlanjut? Hanya waktu yang bisa menjawab.