Konten dari Pengguna

Titik Nol, Titik Acuan Pembangunan Kawasan IKN Nusantara

Agung Christianto
Pranata Humas pada Badan Informasi Geospasial
17 Maret 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agung Christianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengikuti ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). Foto: Humas Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengikuti ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). Foto: Humas Pemda DIY

Kemah Presiden dan Prosesi Kendi Nusantara di Titik Nol

ADVERTISEMENT
Saat tulisan ini dibuat, di Titik Nol, lokasi yang dicanangkan sebagai Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, baru saja usai dilangsungkan sebuah upacara yang disebut sebagai Prosesi Kendi Nusantara. Pada upacara yang dipimpin Presiden Jokowi itu, 34 Gubernur se-Indonesia, melakukan aktivitas pencampuran tanah dan air, yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Filosofi di balik upacara adalah agar Bangsa Indonesia selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang sudah ada. Nusantara merupakan hasil peleburan budaya dan kesadaran plural masyarakatnya. Tak berhenti sampai di situ, Presiden melanjutkan acara, dengan berkemah di bakal Ibu Kota Negara, yang lahannya masih tertutup oleh kerimbunan pohon-pohon hutan tropis, kekayaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di balik itu semua, terbersit sebuah tanya, ada apa sebenarnya dengan Titik Nol? Mengapa disebut sebagai Titik Nol? Hal ini terkait juga dengan penjelasan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa (Kompas.com, 13 Maret 2022). Titik Nol bukan berarti di situ akan jadi ‘titik mulai’ pembangunan gedung-gedung IKN, termasuk Istana Kepresidenan. Gedung itu bukan di titik nol tapi agak ke atas. Jika demikian, mengapa pembahasan Titik Nol ini jadi penting, dan perlu dipahami publik? Apa Titik Nol itu?

Urgensi Titik Acuan

Pada tiap pembangunan, apalagi dalam cakupan yang luas di atas permukaan bumi, perlu ditetapkan sebuah titik acuan. Titik acuan, jika dijelaskan secara sederhana, dapat digambarkan manakala seseorang berdiri di atas tanah lapang yang luas. Pada tempat berdiri itu tak ada penanda sama sekali: tak ada pohon, tak ada pilar, tak ada gundukan tanah, maupun penanda alami maupun artifisial lainnya. Untuk dapat menggambarkan permukaan yang kosong di atas kertas yang juga kosong itu, maka ditetapkan titik koordinat. Ini dikenal sebagai metode Koordinat Cartesius, sesuai nama penggagasnya, yang merupakan persilangan antara sumbu x, sumbu y, dan sumbu z untuk tiga dimensi. Dengan Koordinat Cartesius ini, digambarkan permukaan bumi dalam bidang datar, berupa peta.
ADVERTISEMENT
Koordinat Cartesius pada permukaan bumi berwujud Garis Lintang dan Garis Bujur. Garis Lintang adalah garis khayal yang melintang mengitari bumi dari arah Timur ke Barat. Sedangkan Garis Bujur, berupa garis khayal yang membujur melingkari bumi, dari arah Utara ke Selatan. Nilai nol pada Garis Lintang terletak pada Garis Khatulistiwa (equator). Sedankgan Garis Bujur adalah garis Greenwich yang melintasi Kota Greenwich di Inggris. Lalu, di manakah Titik Nol Bumi? Merujuk pada dua garis tersebut, Titik Nol Bumi ada di Lautan Atlantik sebelah selatan Ghana Benua Afrika.
Lintang dan bujur, yang biasa disebut sebagai koordinat geografis ini, penting untuk menunjukkan posisi relatif apapun di muka bumi. Posisi kapal berlayar, oleh nahkoda diinformasikan berupa koordinat geografis saat berada di lautan. Demikian pula saat pilot dipantau dari menara pengawas bandara, menginformasikan titik koordinatnya, ketinggian, kecepatan maupun arah tujuannya. Bahkan, jika kita memperhatikan letak parkir pesawat di Bandara, terdapat angka dengan satuan derajat, menit dan detik dengan latar warna kuning. Itu menunjukkan pengaturan titik koordinat pesawat pada waktu parkir.
ADVERTISEMENT
Koordinat geografis penting pula perannya dalam pembangunan. Contohnya, saat memperhatikan sebuah hamparan tanah, batas hamparan dapat digambarkan dengan tepat di dalam akta tanah. Hasil penggambaran tak akan ada tumpang tindih dengan tanah yang lain, jika terdapat acuan saat pengukuran di hamparan itu. Hasilnya dituangkan ke dalam peta atau akta. Bagi yang tinggal di kompleks perumahan yang dibangun oleh perusahaan pengembang, pasti dapat ditemukan patok-patok yang digunakan sebagai acuan untuk membuat kavling, menggambar jalan, irigasi, dan lainnya. Demikian juga relevansi Titik Nol dalam pembangunan kawasan IKN Nusantara.

Orde 0 (nol) sebagai Titik Awal

Titik Nol yang ditetapkan di IKN Nusantara adalah orde 0 (nol). Orde nol merupakan titik awal dalam membuat titik-titik lain, orde 1, 2 dan seterusnya. Mutlaknya Titik Nol sebagai acuan, mengingat ketika melakukan pengukuran permukaan bumi di wilayah tersebut, harus ada acuan yang tak bergerak. Penetapan yang menggunakan acuan tak bergerak disebut menggunakan model statik. Model statik berarti ditetapkannya titik tetap di permukaan bumi yang tak bergerak, untuk pengukuran-pengukuran yang berhubungan dengan koordinat geografis. Teknik ini teruji kehandalannya, sehingga dapat digunakan untuk melakukan pengukuran hingga centimeter bahkan milimeter.
ADVERTISEMENT
Titik tetap yang tak bergerak sebagai Titik Nol, harus ditetapkan koordinatnya dengan akurasi tinggi. Tak boleh meleset atau menyimpang. Kehandalan Titik Nol jadi penentu ketepatan titik-titik lainnya. Untuk memenuhi tuntutan tanggung jawab pelaksanaannya, dilakukan pencanangan brass tablet pada pilar Titik Nol. Brass tablet bertuliskan : Survei Geodesi Indonesia di bagian atas, dan Badan Informasi Geospasial pada bagian bawah.
Satu-satunya institusi pemerintah yang memiliki kewenangan menentukan Orde 0 (nol) adalah BIG (Badan Informasi Geospasial). Kewenangan itu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Informasi Geospasial. BIG merupakan menyelenggarakan Jaring Kontrol Geodesi dalam suatu Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI). SRGI merupakan sistem acuan koordinat yang digunakan secara nasional dan konsisten untuk seluruh wilayah NKRI. Sifatnya berkesesuaian dengan sistem referensi geospasial global. Secara spesifik, SRGI menentukan titik lintang, bujur, tinggi, skala, gaya berat, yang penggunaannya mencakup seluruh wilayah Indonesia. Ini termasuk ketika nilai-nilai koordinat tersebut berubah akibat waktu, SRGI yang jadi acuannya (srgi.big.go.id).
ADVERTISEMENT

Peran SRGI sebagai Acuan Informasi Geospasial

Peran SRGI penting dalam pembangunan, termasuk di IKN Nusantara. Institusi ini jadi acuan pilar titik kontrol, pilar gaya berat, dan stasiun pasang surut. Ketiganya merupakan elemen utama sebelum pelaksanaan pembangunan. Penetapan wilayah IKN Nusantara, didahului oleh pemotretan udara di Tahun 2017. Skalanya 1:5.000. Dalam prosesnya, dilakukan pengukuran yang akurat terhadap titik-titik di area pemotretan. Tentu saja proses ini membutuhkan acuan, yang bersumber dari SRGI.
Diuraikan di atas, IKN Nusantara menggunakan model statik, dengan menentukan Titik Nol. Untuk keperluan ini SRGI juga bisa menggunakan model Real Time Kinematic (RTK). Sebuah teknik penentuan koordinat di permukaan Bumi dari Global Navigation Satellite System (GNSS). Mekanisme kerjanya, stasiun pangkalan tetap mengirimkan koreksi ke penerima yang bergerak. Wujudnya berupa Continuously Operating Reference Station (CORS), stasiun permanen yang dilengkapi dengan alat penerima sinyal dari GNSS secara kontinyu. Lokasi Stasiun CORS terdekat di kawasan IKN Nusantara berjarak sekitar 35 Km, di Balikpapan.
ADVERTISEMENT
CORS merupakan salah satu layanan BIG yang bertarif Rp0,00 (nol rupiah). Karenanya tiap warga negara dapat memperolehnya secara gratis, di laman srgi.big.go.id.
Dalam proses pembangunan kawasan IKN Nusantara, pengukuran akan dilakukan masif. Sehingga direncanakan dibangun stasiun CORS yang representatif.
Titik Nol memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu kawasan, bukan hanya IKN Nusantara, tetapi seluruh wilayah Indonesia. Padu padannya pemetaan di seluruh wilayah Indonesia ditentukan pada titik-titik referensi. Jika pada zaman dahulu, Pemerintah Hindia Belanda membangun suatu mitos keramat terhadap pilar-pilar referensi pemetaan, agar tidak diganggu oleh masyarakat, tak berarti akan dikeramatkan pula Titik Nol IKN Nusantara. Namun menjaganya sebagai momentum pembangunan yang lebih baik.