Melek Peta Bagi Tuna Netra

Agung Christianto
Pranata Humas Muda pada Badan Informasi Geospasial
Konten dari Pengguna
26 Juli 2021 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agung Christianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Agung Christianto, S.Si M.Eng.
BIG (Badan Informasi Geospasial)
ADVERTISEMENT

Peran BIG Melayani Kebutuhan Penyandang Disabilitas

Pengenalan orang kebanyakan terhadap peta, umumnya sebatas gambar berwarna, yang dilengkapi simbol-simbol, sebagai petunjuk lokasi atau posisi di muka bumi. Seiring perkembangan teknologi, peta tak ketinggalan, turut mengalami perubahan. Tampilannya tak hanya berupa informasi tercetak, namun juga berbentuk citra elektronik yang tampil dalam medium digital. Ini dapat dijangkau lewat genggaman gawai yang jadi petunjuk arah, saat berpergian. Namun bagaimana bagi personal yang tak seberuntung personal kebanyakan yang memiliki panca indera lengkap, para tuna netra misalnya, apakah kelompok ini terlayani kebutuhannya terhadap peta?
Membaca peta tak hanya urusan personal yang memiliki indera penglihatan lengkap. Para tuna netra juga berhak memperoleh informasi jenis ini, dari peta. Tapi, bagaimana caranya?
ADVERTISEMENT
Perkembangan peradaban manusia seiring perkembangan nalarnya, memberikan kemampuan dalam penciptaan teknologi yang bermanfaat bagi orang banyak, termasuk bagi penyandang tuna netra. Salah satu wujudnya berupa Peta Taktual, Tactile Map. Peta taktual yang menggambarkan objek-objek sebagai media timbul, baik berupa titik, garis, yang dilengkapi huruf braille. Dengan tampilannya seperti itu, peta jenis ini dapat dibaca oleh penyandang tuna netra, dengan merabanya.
Peta-peta Taktual telah diproduksi oleh BIG (Badan Informasi Geospasial) dan dapat diperoleh secara gratis, oleh yang membutuhkannya. Misi yang dijalankan BIG adalah melayani seluruh masyarakat, terkait haknya untuk memperoleh informasi di willayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesi). Termasuk bagi para penyandang disabilitas.
Diharapkan, dengan teraksesnya informasi geospasial melalui peta taktual, para tuna netra dapat mengenal dan memahami wilayah yang didiaminya. Ini tentunya, dapat jadi sarana memupuk jiwa dan semangat cinta tanah air, dan bangga sebagai warga negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebelum peta taktual tersedia, para tuna netra hanya mendapatkan informasi geospasial dari buku pelajaran IPS atau Geografi, dengan membaca huruf braille dan mendengarkan audio.
Gb 1. Uji keterbacaan Peta Taktual
Kini, dengan bermedium peta taktual para tuna netra dapat meraba bentuk, sebaran, posisi relatif antara satu lokasi dengan lokasi lain, dan ukuran relatif suatu objek. Dengan cara ini, informasi suatu wilayah dapat dipahami lebih menyeluruh.

Pengembangan Berkesinambungan

Peta Taktual jadi wujud nyata komitmen BIG menyelenggarakan informasi geospasial di Indonesia. Peran utuh BIG dalam melayani kebutuhan informasi dan pengetahuan geospasial bagi seluruh masyarakat, termasuk para penyandang disabilitas. Inisiasi penyusunan atlas taktual dilakukan sejak sebelum tahun 2010. Ini diawali oleh diskusi yang melibatkan para akademisi di Fakultas Geografi UGM. Diskusi dilanjutkan koordinasi dengan Direktorat Pendidikan Luar Biasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial, dan Lembaga Dria Manunggal di Yogyakarta. Kolaborasi antar instansi ini melahirkan Atlas Taktual Edisi Pertama, yang menggambarkan wilayah NKRI, dengan pulau-pulaunya, titik-titik ibukota provinsi, yang memberikan manfaat kepada para penyandang disabilitas Netra. untuk mengenal wilayah Indonesia secara utuh.
ADVERTISEMENT
Meskipun peta taktual BIG masih ada dalam tahap pengembangan berkesinambungan, saat ini telah jadi pelengkap pembelajaran IPS atau Geografi di SLB Tipe A tertentu. Belum jadi kurikulum nasional, namun langkah nyata yang membesarkan hati, telah ditempuh. Dalam posisi pengembangan itu pula, peta taktual berhasil lolos dalam “99 inovasi pelayanan publik 2021”. Sebuah kompetisi tahunan yang diselenggarakan Kemenpan RB (Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi). Langkah-langkah ini tentu saja membersitkan harapan, peta taktual, jadi bagian dari kurikulum belajar nasional di sekolah-sekolah khusus. Sehingga, para tuna netra dapat mengenal, memahami dan memperoleh hak informasinya, termasuk informasi geospasial.
Peta mempresentasikan wilayah. Tak hanya berupa garis batas administrasi kabupaten/kota, tapi juga memberikan informasi tematik lainnya. Menuangkan peta tematik dalam bentuk tiga dimensi, agar dipahami para penyandang tuna netra, jadi tantangan bagi BIG. Para tuna netra yang mengandalkan indera perabanya, sedangkan kapasitas indera peraba hanya 4:83 dari indera penglihatan, memerlukan kemampuan tinggi BIG untuk menghasilan peta bagi para tuna Netra. Karenanya, dalam pembuatan peta taktual, diperhatikan ukuran, bentuk, maupun jarak, saat penempatan antar simbol.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatannya, dimulai dari penyiapan peta awas dua dimensi, penyusunan peta braille, pembuatan master cetak, pencetakan dengan thermoform dan diiakhiri dengan evaluasi, uji keterbacaan.
Gb 2. Membaca Peta Taktual Pulau Jawa
Untuk mengevaluasi tingkat keterbacaan peta taktual, BIG melakukan uji coba di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tipe A, di hampir seluruh wilayah Indonesia. Ini meliputi Bali, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Aceh, dan Sumatera Barat. Dari hasil uji keterbacaan tersebut, muncul berbagai pendapat dari penggunanya, para penyandang tuna netra. Beberapa hal yang mengemuka, Pulau Sumatera bentuknya seperti singkong, sedangkan Pulau Sulawesi seperti huruf K. Dan setelah membaca peta taktual, diperoleh imajinasi, ketika melakukan perjalanan dari Semarang menuju ke Surabaya, arahnya dari barat menuju ke timur. BIG tak hanya puas sampai di titik itu. Untuk mendukung produksi dalam jumlah besar, telah disusun SNI 8310.1-2016 : Penyajian Atlas Taktual (Tactile), sebagai pedoman penyusunan atlas taktual oleh pihak lain.
ADVERTISEMENT
No one left behind, adalah semangat yang diusung oleh BIG, agar para penyandang tuna netra tak tertinggal dalam mengakses informasi geospasial yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, Dalam memberikan layanan informasi geospasial, BIG melakukan tanpa diskriminasi. Salam Melayani BIG