Konten dari Pengguna

Semangat Baru Mencari Artefak Musik Bagi Kalangan Gen Z

Agung Darmawan
Aku adalah seorang bluesman
11 Juni 2024 7:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agung Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: pribadi
ADVERTISEMENT
Musik adalah suatu hal yang melekat bagi kalangan generasi z, karena generasi z tumbuh di era yang serba digital. Hal ini membuat mudahnya gen z untuk mendengarkan musik dengan sangat mudah, dan cenderung lebih banyak mengeksplore segala genre musik. Tetapi apakah adanya platform digital bisa menggantikan rilisan fisik seperti kaset atau vinyl?. Bagaimana gen z dapat mengenal musik lawas?. Apasih peran music dalam kehidupan sehari-hari?
ADVERTISEMENT
Dekade terakhir telah menyaksikan pergeseran luar biasa dalam cara musik dinikmati. Sebelumnya, mendengarkan lagu-lagu favorit mungkin melibatkan membeli CD atau memutar kaset. Namun, bagi Gen Z, musik adalah sekadar beberapa ketukan jari menjelajahi berbagai platform streaming seperti Spotify, Apple Music, atau SoundCloud.
Di era digital seperti sekarang ini, album rilisan fisik bisa dibilang mendapat guncangan hebat. Penjualannya menurun cukup drastis dan berbanding terbalik dengan kenaikan konsumsi musik digital. Kebanyakan orang menyebut kondisi ini sebagai deflasi digital, istilah untuk menyebutkan bagaimana sebuah konten berkurang nilainya karena perubahan konsumsi fisik ke digital.
Sementara itu, bagi gen z, kesukaan mereka pada hal-hal berbau analog adalah murni dari rasa penasaran. Mereka tak pernah merasakan era yang masih bersifat tidak instan itu dan akhirnya ingin mencoba.
ADVERTISEMENT
Adanya kesenangan dan kekaguman dari para gen z saat menikmati musik dari pita kaset. Seolah mereka keluar dari hiruk-pikuk dunia digital dan berpetualang bebas ke masa lampau.
Antara keluar dari hiruk-pikuk digital dan rasa penasaran melebur pada petualangan mereka. “Dunia memang tidak bisa dihentikan, tapi kita bisa hentikan,” kira-kira begitu semangat gen z dalam berusaha menikmati barang-barang analog.
Cara yang bisa ditempuh adalah minta referensi dari teman, atau siapapun yang kalian anggap lebih paham tentang musik, bahkan kita juga bisa datang ke toko kaset terdekat. Kurang lengkap rasanya kalau ingin mencari genre musik lawas kalau tidak berdiskusi langsung.
Bagi banyak orang, terutama anak muda atau mereka yang tidak memiliki keamanan finansial, kondisi ekonomi yang buruk menimbulkan kekhawatiran untuk memenuhi kewajiban finansial. Nostalgia menjadi tempat perlindungan ketika orang beralih ke perasaan nyaman, aman, dan cinta yang mereka nikmati di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Musik memiliki dampak yang bisa positif atau negatif terhadap pengendalian emosi remaja. Ketika musik digunakan dengan bijaksana, remaja dapat mengatasi emosinya dengan lebih baik, tetapi jika intensitas emosi meningkat seiring dengan jenis musik yang didengarkan, dapat membawa dampak negatif dan mendorong perilaku yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, disarankan untuk memilih musik yang mendukung keseimbangan emosi dan tidak memicu tindakan yang merugikan.
"Kita semua mendengar musik yang kita sukai sebagai sesuatu yang istimewa, sebagai sesuatu yang menentang duniawi, membawa kita "keluar dari diri kita sendiri", menempatkan kita di tempat lain,” ujar Frith S. dalam jurnalnya berjudul Performing Rites. On the Value of Popular Music.
Menurut Don Campbell, musik mampu menghasilkan stimulan yang bersifat ritmis. Dalam prosesnya, stimulan ini ditangkap oleh indra pendengar dan diolah di dalam sistem saraf tubuh untuk mengatur ritme internal pendengarnya. Ritme internal inilah yang mempengaruhi metabolisme tubuh manusia menjadi lebih teratur.
ADVERTISEMENT
“Menjadi musisi di anggap sesuatu hal yang tidak berguna bagi kalangan orang-orang tertentu, tetapi semua itu balik kepada keyakinan dan prinsip kita masing-masing. Dengan musik kita bisa mengungkapkan dan menuangkan perasaan yang kita alami, tidak dengan musik saja, masih banyak lagi, seperti lukisan dan sebuah karya lainnya. Tidak jauh bicara music, pasti tidak luput dari yang Namanya genre, genre bisa berubah–ubah kapan pun itu, sampai kita menemukan titik dimana sebuah kecocokan dengan genre itu sendiri”. Ujar Farrel, salah satu pendengar music.