Terapkan Teori 'Tebar Jala' dalam Menulis

Agung Han
agungatv(at)gmail.com - S1 Ekonomi - Wiraswasta - Blogger
Konten dari Pengguna
2 Februari 2020 8:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agung Han tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber | hipwee.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber | hipwee.com
ADVERTISEMENT
Yang jadi marketing (atau pernah), mungkin tidak asing dengan teori tebar jala. Konon teori ini digunakan, untuk memotivasi si marketing agar semakin giat dan semangat.
ADVERTISEMENT
Seorang tenaga pemasar yang mencari pelanggan, diibaratkan seperti menebar jala untuk mendapat ikan. Semakin banyak jala yang dipasang, maka peluang mendapatkan ikan semakin besar.
Perumpamaan sederhananya begini, marketing dengan satu konsumen, maka begitu ditolak selesai sudah harapan.
Situasi akan berbeda, kalau marketing memiliki duapuluh konsumen. Ketika ada satu konsumen menolak, masih punya sembilan belas konsumen belum memberi jawaban.
Semakin rajin membuat penawaran, maka peluang dagangan laku semakin besar. Jadi tetap saja mengejar kuantitas, hingga pada titik tertentu mengerucut menjadi kualitas .
Tapi tunggu dulu, menebar jala saja tidak cukup. Ada tugas untuk memastikan benang jala tidak lapuk, dan jangan sampai jala ditinggal begitu saja.
Pun seorang marketing, setelah mengirim penawaran musti meyakinkan calon konsumen. Memberi penjelasan kelebihan produknya, sehingga menarik minat pembeli.
ADVERTISEMENT
Seorang penjual dituntut menguasai produknya, paham kelebihan dan kekurangan barang sekaligus solusinya. Penguasaan produk sangat penting, guna menuntun persepsi calon konsumen.
Setelah terjadi penjualan, konsumen perlu dirawat agar setia dan di kemudian hari terjadi kontinuitas.
Menulis pun juga Demikian
Seperti halnya menebar jala, menulis juga bisa diterapkan treatment serupa. Menulis musti dilakukan secara terus dan berkesinambungan, agar kemampuan itu terus terasah.
sumber | hipwee.com
Penulis yang produktif, adalah penulis yang rajin menuangkan gagasan dan menyebarkan ke banyak orang.
Semakin banyak tulisan dihasilkan, semakin banyak kemungkinan karyanya dibaca orang. Kemudian semakin besar peluang, tulisannya disukai oleh orang.
Sementara bagi penulis yang malas, tulisannya memiliki sedikit peluang menemui pembaca. Satu tulisan yang dimiliki dan tidak disuka orang, maka pupus sudah harapan.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya menebar jala, rajin menulis saja tidak cukup tetapi musti memastikan tulisan menyampaikan kebaikan dan kemanfaatan.
Dan Penulis yang merawat kebiasaan menulis, secara alami akan bisa merasakan mana diksi yang pas agar tulisannya memiliki ‘rasa.’
-----
Di dunia ini, tidak ada jalan yang penuh bunga untuk meraih keberhasilan. Semua bidang butuh ketekunan, kesabaran, loyalitas ekstra tinggi.
Orang-orang yang telah sampai di titik keberhasilan, adalah yang mengerahkan daya upaya untuk menaburkan benih.
Semakin tinggi jam terbang (di bidangnya), maka feel-nya otomatis terasah dan mendeteksi potensi keberhasilan.
Yuk, semangat menulis !