Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Makna Marga Pada Masyarakat keturunan Arab di Indonesia
13 November 2020 17:26 WIB
Tulisan dari Agung Qosym Yus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Makna Marga Pada Masyarakat keturunan Arab di Indonesia](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1605262648/bvfuwxbp7ovojhnga2k2.jpg)
ADVERTISEMENT
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat lainnya yang menjadi penanda keberadaan suatu suku atau masyarakat. Begitu juga etnis Arab yang ada di Indonesia memiliki karakteristik kebudayaan yang khas dan berbeda dengan suku bangsa lain yang ada di Indonesia. Karakteristik dan ciri khas etnis Arab tersebut tercermin dari kebudayaan mereka yaitu dari segi agama, sistem mata pencaharian, kesenian, dan juga kebiasaan atau adat-istiadat yang mereka lakukan yang menjadi jati diri dan identitas etnis Arab yang membedakan etnis ini dengan etnis lainnya di Indonesia, seperti pemberian nama pada anak. Beberapa suku memiliki aturan yang khas dalam pemberian nama yaitu dengan memberikan nama keluarga atau marga pada nama mereka.
ADVERTISEMENT
Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Arab yang merupakan suku bangsa yang telah ada diIndonesia sejak abad ke-12 yang sebagian besar berasal dari Hadramaut Yaman. Orang-orang Arab yang berasal dari Hadramaut tersebut dikenal dengan sebutan Hadhrami. Hadhramaut adalah suatu daerah yang terletak di Timur Tengah tepatnya di kawasan seluruh pantai Arab Selatan mulai dari Aden sampai tanjung Ras al-Hadd. Menurut sebagian orang Arab, Hadhramaut hanyalah sebagian kecil dari Arab Selatan, yaitu daerah pantai di antara desa-desa nelayan Ain ba Ma’bad dan Saihut beserta daerah pegunungan yang terletak di belakangnya. Orang-orang Hadhrami yang bermigrasi ke Indonesia menyebar ke seluruh penjuru Nusantara untuk menetap dan melangsungkan kehidupannya. Padaumumnya mereka tinggal berkelompok di perkampungan. Keturunan Arab yang tersebar diberbagai wilayah, suku ini tersebar di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masyarakat keturunan Arab di Indonesia walaupun hidup membaur dengan masyarakat pribumi, mereka masih tetap memegang teguh tradisi pemargaan keturunannya. Tradisi pemargaan ini dipertahankan agar mereka tidak lupa dengan leluhur mereka. Tradisi pemargaan ini merupakan suatu identitas yang tidak terpisahkan bagi mereka. Mereka mempertahankan tradisi pemargaan ini melalui pencantuman marga pada akhir nama dirinya. Masyarakat Arab menganut sistem kekerabatan petriliniel. Sistem kekerabatan patriliniel ialah sistem dimana seseorang itu selalu menghubungkan dirinya kepada ayahnya. Sistem kekerabatan tersebut lebih condong pada garis keturunan ayah. Selain itu, anak juga menghubungkan diri dengan kerabat ayah berdasarkan garis keturunan laki-laki secara unilateral.
Marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah yang selanjutnya diteruskan kepada anak keturunannya. Marga ini menjadi suatu penanda identitas yang tidak dapat dipisahkan dikalangan keturunan Arab Hadhrami. Marga bagi masyarakat Arab merupakan suatu rujukan untuk menentukan asal-usul garis keluarga. Jika Seorang masyarakat Arab mempunyai marga, maka mereka tidak perlu bingung-bingung apabila mencari sanak saudaranya.
ADVERTISEMENT
Marga pada masyarakat Arab Indoneisa memiliki makna dan maksud yang bervariasi. Makna dan maksud tersebut dapat menyimpan doa, pengharapan, kisah, kebiasaan, peristiwa dan juga sejarah kehidupan. Selain itu, pada setiap marga dapat mengandung makna yang dikaitkan dengan suatu kepercayaan, dan tradisi. Penggunaan marga “nama keluarga/kerabat” dapat dianalisis dengan menggunakan teori antropolinguistik sepertiyang dikemukakan oleh Sibarani yang menjelaskan mengenai makna marga yaitu makna futuratif, situasional dan makna kenangan.
Makna futuratif adalah makna nama yang mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama seperti makna namanya Makna futuratif adalah makna nama yang mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama seperti makna namanya. Marga yang mengandung makna futuratif pada keturunan Arab adalah Baagil, Secara pemaknaan maraga Baagil mengandung suatu penghargaan kepada generasi pemilik marga ini, marga baagil merujuk pada nenek moyang mereka Aqil, yang merupakan orang yang cerdas. Pada marga ini terdapat suatu penyandaran marga kepada nama nenek moyangnya. Mereka menyandarkan marga mereka bertujuan agar kelak generasi penerusnya dapat mengingat dan meniru kakeknya tersebut karena kakeknya adalah orang yang cerdas.
ADVERTISEMENT
Makna situasional adalah makna nama pengharapan yang mengandung harapan pada situasi pemberian nama. Pada makna nama situasional, pemaknaan dikaitkan dengan nilai-nilai budaya atau suatu kepercayaan bagi pemilik nama terhadap suatu hal yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi. Dilihat dari sisi sejarah yang pertama kali dijuluki (digelari) "Djamalullail" adalah waliyyullah Al-Imam Al-Fadlil Muhammad bin Hasan Al Mu'allim bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi. Kata Djamalullail berasal dari dua kata yaitu jamaluun/ dan al layli yang memiliki arti keindahan dan malam. Marga ini disandarkan kepada beliau karena Beliau selalu beribadah semalam suntuk hingga waktu fajar. Malam harinya diperindah dengan ibadah shalat tahajjud dan shalat-shalat sunnah lainnya, serta pengajian ayat-ayat suci Al-Qur'anul Karim, shalawat-shalawat Rasullulah s.a.w dan membaca do'a-do'a lain-tainnya, hal ini dilakukan sepanjang hayatnya. Karena itu Beliau digelari "Djamalullail" yang berarti Beliau adalah orang yang selalu memperindah malam hari dengan banyak melakukan ibadah.
ADVERTISEMENT
Makna nama kenangan adalah makna nama yang mengandung kenangan (2004:118). Selanjutnya Sibarani mengemukakan makna nama kenangan ini diberikan sesuai dengan kenangan yang dialami pemberi nama. Makna nama kenangan memiliki pengharapan di dalamnya sesuai dengan kenangan yang dialaminya. Contoh marga yang mengandung makna situasional pada keturunan Arab di kota Medan yaitu Al-Kaf. Ditinjau dari segi pemaknaan, terdapat suatu kejadian dibalik kemunculan marga Al-Kaf. Kisah kejadian yang menjadi pendorong munculnya marga Al-Kaf ini terdiri atas dua peristiwa (Aidid, 1999: 63). Pertama peristiwa kemenangan Waliullah Ahmad bin Muhammad Al-Kaf sebagai penyandang pertama marga Al-Kaf, ketika mengalahkan musuhnya yang dalam bahasa Hadramaut disebut Kaf. Kedua, ketika beliau menyebutkan sebuah kode dalam bentuk satu huruf Arab sebagai identitasnya dalam suatu persidangan. Menurut salah satu keturunan Arab di Indonesia, menurut mereka nenek moyang mereka sering menuliskan huruf kaf dalam catatan-catatan dan buku-bukunya. Sehingga dinamakan marga Al-Kaf yang merupakan huruf favoritnya. Sistem pemargaan yang ditemukan pada keturunan Arab di Indonesia menujukkan adanya keberagaman tradisi budaya yang terbalut di dalam sejarah budaya yang sangat panjang. Dan dalam pemaknaam marga tersebut adanya hubungan yang berkaitan antara bahasa dan budaya, dari bahasa itulah timbul suatu kebudayaan yang menjadi identitas dan melekat pada kelompok masyarakat terkhusus identitas pada keturuan Arab.
ADVERTISEMENT