Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Tentang Fanatik dan Fanatisme
8 Maret 2021 19:38 WIB
Tulisan dari Agung Pratama Satria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada lanjutan babak 16 besar liga Champions musim ini, FC Barcelona mengalami kekalahan dari Paris Saint-Germain dengan skor akhir 1-4 di Camp Nou pada leg pertama, kendang FC Barcelona. Hal ini cukup menyedihkan, terutama bagi pendukung fanatik Barca. Nah kita sendiri cukup sering menggunakan atau mendengar kata fanatik, tapi apa fanatik itu sendiri?
ADVERTISEMENT
Tentang Fanatik dan Fanatisme
Kalau kita lihat dari arti katanya dari KBBI, fanatik berarti teramat kuat (tentang kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu ajaran, seperti politik dan agama). Beberapa gambaran kefanatikan dapat kita lihat di media sosial, di mana beberapa penggemar seorang tokoh atau grup yang begitu ‘militan’ mendukung atau membela idolanya.
Jika ditarik ke beberapa waktu lalu, terdapat juga kasus terkait fanatik berlebihan ini. Kasus yang menyangkut penyanyi Via Vallen, di mana mobilnya dibakar oleh salah satu penggemarnya. Dikutip dari kompas TV, pelaku menyebutkan motifnya karena merasa tersinggung karena tidak diperbolehkan bertemu dengan idolanya tersebut.
Kedua contoh di atas merupakan bentuk gambaran dari sebuah kefanatikan yang berlebihan. Kefanatikan berlebihan tadi berbahaya, karena bahkan bisa mengancam nyawa seseorang. Pada catatan sejarah juga terdapat beberapa selebritis yang meninggal di tangan penggemarnya sendiri, karena kefanatikan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Fanatik yang identik dengan perilaku ini, dapat mengarah menjadi fanatisme yang sudah merupakan bentuk kepercayaan berlebih. Jika kita kembali baca di KBBI, fanatisme merupakan keyakinan (kepercayaan) yang terlalu berlebihan kepada ajaran. Keduanya sama-sama sesuatu yang “kuat” kepada suatu ajaran, perbedaannya terletak pada tindakan dan kepercayaan.
Fanatisme Dapat Menjadi Suatu Bahaya
Segala sesuatu yang berlebihan memang enggak akan pernah baik, termasuk fanatisme. Kepercayaan yang terlalu kuat kepada apa pun bisa cukup berbahaya jika seseorang tersebut tidak melengkapi dengan pengetahuan akan kepercayaan tersebut. Hasilnya dapat menimbulkan sesuatu yang berbahaya tentunya.
Psikolog Intan Erlita, mengatakan untuk Antara News bahwa fanatisme berlebihan ini dapat dikategorikan sebagai gangguan psikologis. Hal ini juga karena dapat membahayakan sang idola, karena sudah menyangkut nyawa orang lain.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya dari fanatisme yang dapat menjadi bahaya dapat dilihat dari sepak bola. Baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri, suporter sepak bola memang sudah dikenal sangat fanatik. Di luar negeri, beberapa klub-klub besar pasti memiliki sangat fanatik dan garis keras, jika di budaya sepak bola Inggris dikenal dengan paham hooliganisme.
Bahkan paham hooliganisme dari sepak bola Inggris ini yang cukup mempengaruhi suporter di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Suporter Indonesia sendiri juga sangat terkenal dengan sifat fanatiknya. Dimulai dari the Jak Mania kelompok suporter Persija Jakarta, Bobotoh kelompok suporter Persib Bandung, Aremania kelompok suporter Arema, serta lain sebagainya.
Salah satu contoh fanatisme berlebihan yang menjadi kasus besar di Indonesia ialah kasus meninggalnya Haringga Sirla. Korban yang merupakan seorang the Jak Mania tewas akibat penggeroyokan oleh sejumlah oknum suporter Persib Bandung, Bobotoh.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut yang bisa terjadi karena adanya rivalitas yang terbangun antara kedua kelompok suporter tersebut. kasus tersebut bisa menjadi contoh lain dari fanatisme berlebihan tadi, di mana sampai menghilangkan nyawa orang lain.
Fanatik Secukupnya, Menghindari Fanatisme
Seorang fanatik masih bisa menjadi suatu yang baik, asal tidak berlebihan. Kita fanatik dengan porsi yang cukup dapat menjadi suatu yang baik, di mana kita percaya akan sesuatu atau seseorang namun secukupnya. Dengan fanatik secukupnya, kita tetap masih bisa membandingkan apa yang kita percaya apakah hal tersebut benar atau tidak.
Jika sudah berlebihan, fanatik bisa berujung pada fanatisme. Fanatisme yang sudah masuk kepada kepercayaan berlebihan, bisa jadi menutup mata akan informasi lainnya karena merasa apa yang dipercayai sudah benar adanya.
ADVERTISEMENT
Ketika kita mempercayai sesuatu, tetaplah harus mengetahui apa dasar kita mengetahui hal tersebut. Karena dengan mengetahui apa dasar dari yang kita kita percayai, kita jadi lebih memahami dan mengetahui apa yang kita percayai tersebut. Oleh karenanya, kita tidak akan melakukan secara berlebihan dalam mempercayai hal tersebut.