Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Konflik Iran-Israel Bisa Pastikan Kemenangan Biden?
24 April 2024 8:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Agung Hariwarma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dirangkum dari berbagai sumber,
Amerika Serikat sebagai negara demokrasi melakukan pemilihan umum untuk menentukan Presiden pilihan mereka. Setiap 4 tahun sekali Amerika Serikat mengadakan pemilu presiden, sesuai dengan lama periode kepresidenan Amerika Serika. Sama seperti di Indonesia, incumbent presiden dapat dipilih kembali hanya satu kali periode setelah sebelumnya pernah terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Pada tahun 2020, Joseph Robinette Biden Jr. atau Joe Biden berhasil merebut kunci ke Gedung Putih dari presiden petahana, Donald John Trump (Donald Trump). Setelah satu masa kepresidenannya, kini Joe Biden berkemungkinan untuk kembali mencalonkan diri dan menghadapi lawannya dari Partai Republikan, Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Ahli sejarah dari Amerika Serikat Allen Lichtman pada 1981 merumuskan suatu model untuk memprediksi partai pemenang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Ia menyebutkan terdapat 13 “kunci” yang menjadi aspek penentu untuk meramal partai pemenang pemilu Amerika Serikat. Kunci tersebut adalah
1. Midterm Gains (suara parlemen partai)
2. No Contest (tidak ada pertarung wakil partai dalam internal partai)
3. Incumbency Seek Re-election (presiden incumbent akan mencalonkan diri kembali)
4. No Third Party (ketidakhadiran calon ketiga)
5. Strong Short Term Economy (ekonomi jangka pendek yang baik)
6. Strong Long Term Economy (ekonomi periode kepresidenan tidak lebih buruk dari dua periode sebelumnya)
7. Major Policy Changes (perubahan kebijakan yang penting)
8. No Scandal (tidak adanya skandal)
ADVERTISEMENT
9. No Foreign/Military Failure (tidak adanya kegagalan politik luar negeri/militer)
10. Foreign/Military Success (adanya keberhasilan politik luar negeri/militer)
11. No Social Unrest (tidak adanya kerusuhan sosial)
12. Charismatic Incumbent (karakter incumbent yang karismatik)
13. Uncharismatic Challanger (karakter penantang yang tidak karismatik)
Menurut Allen, tujuh dari tiga belas kondisi tersebut harus terjadi untuk menjamin keberlangsungan penguasaan Gedung Putih dari partai petahana. Dengan berbekal model ini, Lichtman telah mampu memprediksi pemenang pemilu kepresidenan Amerika Serikat sejak 1984 hingga 2020 lalu.
Pada 1 April 2024 serangan udara terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah diserang oleh Israel dan menewaskan beberapa personel militer, salah satunya adalah Brigadir Jendral Mohammad Reza Zahedi, pemimpin militer dari Iran. Atas serangan ini Imam Besar dan pemimpin Iran, Ali Khamenei dalam pidatonya pada Sholat Eid 10 April lalu menyebutkan bahwa serangan Israel terhadap kekonsulatannya merupakan pelanggaran dan penghinaan terhadap kedaulatanan Iran sehingga layak untuk dihukum. Pada tanggal 13 April 2024 Iran memutuskan untuk membalas serangan Israel dengan meluncurkan misil-misil pada fasilitas militer Israel di. Konflik kemudian semakin memanas dengan terjadinya ledakan di Kota Isfahan, Iran Tengah pada 19 April 2024 lalu yang disinyalir merupakan sabotase dari Israel.
ADVERTISEMENT
Dampak dari ketegangan di Timur-Tengah ini menyebabkan terjadinya gejolak harga minyak dunia. Ketegangan antara Israel dan Iran mendorong peningkatan biaya transfer dan jual minyak dari rute Laut Hitam, Laut Merah, dan Terusan Suez. Harga minyak pun berpotensi meningkat hingga 100 USD/barel. Hal ini merugikan banyak negara pengimpor minyak, namun juga mengungtungkan negara pengekspor minyak, salah satunya adalah Amerika Serikat.
Jika berpatokan pada model Lichtman, Biden perlu menjamin stabilitas ekonomi untuk mendukung pemilihan kembali dirinya pada pemilu mendatang. Pada masa pemerintahannya, Biden telah menunjukkan kemampuannya untuk mengembalikan kondisi ekonomi Amerika Serikat seperti semula sebelum pandemi COVID-19. Jika Biden ingin mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan ekonominya, maka meningkatnya harga minyak akan sangat menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keputusan Amerika Serikat untuk tidak mendukung eskalasi konflik antara Israel dan Iran dapat dilihat sebagai salah satu upaya untuk menjamin tidakadanya “kegagalan politik luar negeri”. Dengan mendukung deeskalasi yang juga disuarakan oleh seluruh negara di dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, maka Amerika Serikat dapat menunjukkan dukungannya untuk mendorong perdamaian di kawasan Timur-Tengah. Ketidakinginannya untuk mendukung pengeskalasian oleh Israel juga mengurangi beban anggaran negara Amerika Serikat dalam urusan luar negerinya yang tersebar pada berbagai isu geopolik lainnya seperti Perang Rusia-Ukraina dan pertandingan dagang dengan China.
Jika menurut pada model Lichtman, konflik Israel-Iran dapat memastikan kemenangan Biden dalam pemilu nanti. Keberhasilan ekonomi jangka panjang dan pendek serta kontrol terhadap kebijakan luar negeri yang menguntungkan dapat menjadi karpet merah periode kedua Biden. Oleh karena itu, konflik Israel-Iran berpotensi telah dimanfaatkan untuk agenda politik dari negara di luar Timur Tengah, terutama Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Referensi
Lichtman, A. J. (2008). The Keys to the White House. Rowman & Littlefield Publishers.