Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Flexing Hedonisme dan Identitas Baru
16 Juli 2024 7:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Budiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fenomena flexing hedonisme merujuk pada perilaku memamerkan gaya hidup mewah dan konsumsi berlebihan yang sering kali dilakukan untuk menunjukkan status sosial atau kekayaan. Fenomena ini semakin marak dengan perkembangan media sosial, di mana individu dapat dengan mudah membagikan gambar atau video yang menampilkan barang-barang mewah, perjalanan eksklusif, dan pengalaman hedonistik lainnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh fenomena flexing hedonisme di kalangan selebriti Indonesia juga menjadi perhatian, terutama dengan meningkatnya fyp di media sosial terkait dengan pamer barang mewah. Banyak selebriti yang memamerkan gaya hidup mewah mereka, yang sering kali dianggap sebagai cara untuk menunjukkan kesuksesan dan status sosial. Selain selebriti, kehidupan keluarga pejabat negara juga banyak yang memamerkan gaya hidup berlebihan.
Tentu flexing hedonisme yang dilakukan selebriti tanah air dapat mempengaruhi penggemar mereka, terutama remaja dan anak muda yang mungkin merasa terdorong untuk meniru gaya hidup tersebut. Meskipun tidak memiliki kemampuan finansial yang sama. selain itu, Penggemar mungkin merasa adanya tekanan sosial untuk menunjukkan kesuksesan dan kekayaan yang serupa, yang bisa berujung pada pengeluaran berlebihan dan stres finansial.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadikan beberapa penggemar mungkin mengagumi dan mengidolakan gaya hidup mewah selebriti. Sedangkan lainnya mengkritik karena dianggap tidak realistis dengan ekonomi masyarakat Indonesia.
Selebriti yang terlibat dalam flexing hedonisme sering kali menerima berbagai respons dari publik. Beberapa memuji keberhasilan mereka dan menikmati konten glamor tersebut, sementara yang lain mengkritik mereka karena dianggap mempromosikan materialisme dan ketidakpekaan sosial.
Habitus flexing hedonisme di tengah-tengah masyarakat membentuk sebuah kebudayaan baru yang populer. Realitas yang dibangun melalui kontruksi sosial untuk menghasilkan Identitas, gaya hidup serta budaya konsumerisme.
Flexing Hedonisme dan Identitas Baru
Kemunculan selebriti baru di media hiburan tanah air, menjadikan masyarakat latah dan narsistik dalam sebuah eksistensi kelas sosial. Identitas yang kuat dalam fenomena flexing hedonisme yang dilakukan selebriti menjadikan pola konsumtif masyarakat untuk dijadikan eksistensi dirinya.
ADVERTISEMENT
Identitas merupakan hal yang dihasilkan dari penampilan para artis, begitu pula dengan artis-artis yang flexing hedonisme. Identitas berkaitan dengan diri sedangkan identitas sosial merupakan pendapat orang lain yang menilai diri kita. Menurut Giddens menjelaskan bahwa identitas diri terbentuk oleh kemampuan untuk melanggengkan narasi tentang diri, sehingga membentuk sebuah citra tentang dirinya, sedangkan identitas sosial ditampilkan dengan pemakaian atribut badaniah.
Kalau melihat beberapa selebriti dalam fenomena flexing hedonisme, bahwa selebriti tersebut memiliki emotional signifikan yang bisa membedakan dirinya dengan orang lain sehingga mudah dikenal. Selain itu, selebriti tersebut juga memiliki orientasi personal yang bagus, sehingga dapat menggambarkan dirinya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tak heran jika banyak penggemar kagum dan mengikuti tren gaya hidup yang mewah.
ADVERTISEMENT
Selain orientasi personal, flexing hedonisme selebriti juga memiliki nilai personal yang tinggi, hal ini terlihat kepercayaan dirinya ketika ada di tengah publik. Dengan gaya hidup yang berbeda, menjadikan selebiriti tersebut mampu mempertahankan dan menjaga kepercayaan dirinya saat berinteraksi dengan orang lain.
Selain orientasi personal dan nilai personality, mereka juga memiliki ekspresi diri yang bagus. Ekspresi diri merupakan ciri individu dalam mencitrakan dirinya di masyarakat, sehingga individu tersebut memiliki daya tarik serta popularitas dalam melanggengkan kekuasaan.