Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Upaya Penanganan Virus Corona di Afrika Selatan
17 Maret 2020 23:58 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Agus Maulana Attabrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hingga 16 Maret 2020, pandemi Coronavirus (COVID-19) dikabarkan telah menyebar di 158 negara. Secara global, jumlah individu yang positif terinfeksi mencapai lebih dari 173 ribu orang, jumlah kematian mencapai lebih dari 6.600 orang, dan jumlah pasien yang pulih lebih dari 77 ribu orang.
Penyebaran COVID-19 tidak mengenal batas negara dan sudah mencapai Benua Afrika. Per 17 Maret 2020, WHO melaporkan bahwa 29 negara di Afrika sudah berhadapan langsung dengan COVID-19 dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 417, jumlah kematian sebanyak 7 (tujuh), dan jumlah pasien yang pulih sebanyak 42.
ADVERTISEMENT
Ada 4 (empat) negara di Afrika dengan jumlah kasus terbanyak yaitu Mesir (150), Afrika Selatan (62), Aljazair (60), dan Maroko (29). Meski bukan yang terbanyak di Afrika, menarik untuk melihat bagaimana Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) merespons pandemi COVID-19, khususnya di tengah trend peningkatan jumlah pasien secara global.
Munculnya Kasus COVID-19 Pertama di Afsel
Pada 5 Maret 2020, Pemerintah Afsel melaporkan munculnya kasus COVID-19 pertama di negaranya. Pasien tersebut merupakan seorang pria berusia 38 tahun yang baru saja berkunjung ke Italia bersama istrinya. Pria tersebut dan istrinya merupakan bagian dari rombongan berjumlah 10 orang yang tiba kembali di Afsel pada 1 Maret.
Dari kasus-kasus lain yang muncul di Afsel, rata-rata pasien memiliki riwayat kunjungan ke luar negeri dan tidak hanya ke Italia. Negara-negara lain yang dikunjungi seperti Spanyol, Austria, Belanda, India, Inggris, AS, Kanada, Prancis, UEA, dan Meksiko.
ADVERTISEMENT
Setelah munculnya kasus pertama, Presiden Afsel Cyril Ramaphosa langsung memperingatkan bahwa munculnya Coronavirus di Afsel berpotensi menyebabkan timbulnya krisis nasional dan dampaknya diperkirakan akan besar. Untuk itu, Presiden Ramaphosa meminta Afsel untuk bersiap.
National State of Disaster dan Tindakan Pemerintah Afsel
Kurang dari 2 (dua) minggu sejak terdeteksinya kasus COVID-19 pertama di Afsel, tepatnya pada 15 Maret 2020, Presiden Ramaphosa memberikan pernyataan publik mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh Afsel.
Pada awal kemunculan COVID-19 Afsel hanya melakukan antisipasi melalui screening individu yang memasuki wilayah Afsel, khususnya dari luar negeri. Kini, Pemerintah Afsel lebih concern terhadap skala transmisi internalnya. Presiden Afsel menyatakan bahwa Afsel memerlukan extraordinary response.
Presiden Afsel mengumumkan National State of Disaster berpedoman pada Disaster Management Act yang memberikan kesempatan kepada Pemerintah Afsel untuk:
ADVERTISEMENT
- Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan mekanisme disaster management yang fokus pada pencegahan dan pengurangan penyebaran virus;
- Mempersiapkan sistem respons darurat, cepat, dan efektif dalam rangka mitigasi dampak merebaknya COVID-19;
- Membatasi kontak antar individu melalui travel ban bagi WNA dari high-risk countries seperti Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Jerman, AS, Inggris, dan China terhitung sejak 18 Maret 2020. Pemerintah Afsel juga tidak memberikan visa, serta membatalkan visa yang telah diberikan, bagi WNA dari negara-negara tersebut. Lebih lanjut, WNA yang mengunjungi high-risk countries pada 20 hari terakhir tidak akan diberikan visa Afsel;
- Mengimbau warga Afsel untuk tidak berkunjung ke dan melalui Uni Eropa, AS, Inggris, dan high-risk countries lainnya seperti China, Iran, dan Korea Selatan;
ADVERTISEMENT
- Mewajibkan WN Afsel yang kembali dari high-risk countries untuk mengikuti tes dan melakukan isolasi mandiri/karantina setibanya di Afsel. Adapun WN Afsel yang kembali dari medium-risk countries (seperti Portugal, Hong Kong, dan Singapura) wajib untuk mengikuti tes;
- Menutup sebagian ports of entry (POE). Afsel memiliki 72 POE yang terhubung dengan akses darat, laut, dan udara. Dari 53 POE darat, 35 akan ditutup. Dari 8 (delapan) POE laut, 2 (dua) akan ditutup;
- Melarang perjalanan non-esensial, baik ke luar maupun di dalam negeri;
- Melarang berkumpulnya lebih dari 100 orang, termasuk dengan membatalkan perayaan nasional dan even-even pemerintah;
- Menutup sekolah dan memotong libur tengah tahun selama seminggu sebagai kompensasi. Selain sekolah, Pemerintah Afsel juga berupaya meningkatkan hygiene control di sekolah tinggi, universitas, dan fasilitas publik lainnya;
ADVERTISEMENT
- Mengimbau semua usaha (seperti pertambangan, retail, perbankan, perkebunan, dll) untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam mengintensifkan hygiene control;
- Meningkatkan sistem pengawasan dan tes. Pemerintah Afsel melakukan identifikasi tempat-tempat isolasi dan karantina di setiap distrik dan perkotaan, termasuk meningkatkan kapasitas rumah sakit di seluruh provinsi;
- Melakukan kerja sama dengan sektor swasta dalam mempersiapkan sistem national tracking, tracing, dan monitoring. Pemerintah Afsel juga melakukan kampanye/komunikasi massa mengenai perilaku higienis yang baik dan upaya pencegahan efektif; dan
- Membentuk National Command Council yang diketuai langsung oleh Presiden Afsel dan beranggotakan, di antaranya, anggota inter Kementerian yang akan bertemu 3 (tiga) kali seminggu untuk mengkoordinasikan semua aspek terkait extraordinary emergency response.
ADVERTISEMENT
Potensi Dampak COVID-19 bagi Afsel
Pemerintah Afsel menyadari bahwa merebaknya Coronavirus akan membawa konsekuensi terhadap kondisi domestik, baik dalam hal kesehatan masyarakatnya maupun perekonomiannya. Selama 3 (tiga) tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di Afsel kurang menggembirakan: 1,4% (2017), 0,8% (2018), dan 0,4% (2019).
Merebaknya Coronavirus akan menekan ekspor, pariwisata, produksi, kondisi bisnis, serta penciptaan dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Untuk itu, Pemerintah Afsel tengah memfinalisasi paket intervensi untuk memitigasi dampak COVID-19 terhadap perekonomian dalam negeri Afsel, seperti melalui kebijakan fiskal.
Selain itu, dalam hal kesehatan publik, Afsel memiliki tantangan besar di depan. COVID-19 dikenal berbahaya bagi pasien yang memiliki riwayat penyakit bawaan maupun yang memiliki masalah imunitas. Di Afsel sendiri ada 7,7 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS atau 20,4% prevalensi dari total populasi.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Pemahaman Bersama
Baik di Afsel maupun di Indonesia, memberikan edukasi publik mengenai bahaya COVID-19 dan upaya-upaya pencegahannya merupakan hal dasar tapi bisa menyelamatkan banyak nyawa. Masyarakat juga harus paham bahwa di dalamnya ada kelompok-kelompok rentan, seperti orang dengan HIV/AIDS (ODHA), yang tidak boleh dikecualikan apalagi dikucilkan, tapi justru harus diperhatikan.
Dampak COVID-19 terhadap ODHA masih belum pasti secara medis. Upaya-upaya pencegahan COVID-19 bagi ODHA pada dasarnya sama seperti bagi masyarakat pada umumnya, seperti:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air;
- Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin dengan tissue atau sisi dalam siku;
- Menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci;
ADVERTISEMENT
- Menghindari interaksi yang terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit;
- Menjauhi tempat umum ketika sakit;
- Selain itu, ODHA diharapkan dapat melanjutkan pengobatan HIV-nya untuk menjaga imunitas tubuh agar senantiasa berada pada kondisi prima.
Adapun langkah-langkah tambahan bagi ODHA, yaitu:
- Memastikan memiliki stok antiretroviral (ARV) dan obat-obatan lainnya;
- Menjaga jarak dengan orang sakit;
- Membatasi kontak dan rutin mencuci tangan;
- Menghindari kerumunan maupun perjalanan jauh, sebisa mungkin; dan
- Membuat rencana konsultasi medis, termasuk pemanfaatan telemedicine apabila harus berada di rumah/tempat tinggal.
Presiden Ramaphosa menyampaikan bahwa peran serta seluruh masyarakat Afsel, melalui semangat “Thuma Mina” (Send Me), dalam penanggulangan Coronavirus ini sangatlah penting.
ADVERTISEMENT
Presiden Ramaphosa tidak hanya mengutip lagu berjudul sama dari Hugh Masekela namun juga semangat relijius di dalamnya terkait pengorbanan diri, tanggung jawab, dan pentingnya perubahan pola pikir.
Dengan semangat kebersamaan semoga Afrika Selatan, dan tentunya juga Indonesia serta negara-negara lain di dunia, mampu melewati masa-masa sulit ini.