Literasi Bukan Hanya tentang Membaca dan Menulis

Agus  Buchori
Saya seorang arsiparis di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Lamongan yang suka menulis. Tinggal di pesisir utara Lamongan tepatnya di Desa Paciran, Kecamatan Paciran , Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
Konten dari Pengguna
2 November 2021 12:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Buchori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak membaca. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak membaca. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Sekarang ini istilah literasi semakin familiar dan bukan menjadi istilah yang baru lagi. Di berbagi bidang kata literasi seolah menjadi parameter meningkatnya kualitas seseorang terutama dalam hal bacaan dan tulisan. Di dunia pendidikan bahkan lebih marak lagi menggalakkan literasi. Sekolah akan dianggap sekolah yang sudah terliterasi jika di sana ada perpustakaan dengan koleksi lengkap. Meski juga patut dipertanyakan tingkat sirkulasi peminjaman koleksinya.
ADVERTISEMENT
Guru dan murid bahkan harus bisa berkarya lewat tulisan jika ingin dianggap sebagai individu yang sudah terliterasi. Dan pada akhirnya literasi hanya akan bermuara pada dunia baca tulis semata. Padahal sesungguhnya literasi tidaklah cukup diartikan sesempit itu.
Literasi adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi persoalan hidupnya melalui sumberdaya informasi yang tersedia. Untuk mendapatkan informasi, seseorang bisa mendatangi orang yang dianggap tahu, atau datang ke perpustakaan dan melalui media internet. Pertanyaan yang muncul terkait dengan kemampuan literasi seseorang adalah apakah ia memahami kebutuhan informasi yang diperlukan untuk mengatasi persoalan hidupnya itu.
Di tengah arus informasi yang begitu berlimpah seperti sekarang ini tentunya diperlukan kemampuan untuk memilih dan memilah informasi tersebut agar efektif dan berguna sesuai kebutuhannya. Kemampuan ini tentunya lebih dulu harus melalui kesadaran pribadi masing-masing untuk bisa mengenali persoalan hidupnya. Jika tidak memahami persoalan yang dimiliki tentunya seseorang tidak mempunyai tujuan dalam mencari informasi.
ADVERTISEMENT
Kelemahan orang yang tidak menyadari kebutuhan informasi yang diperlukannya membuat seseorang tidak berkembang pengetahuannya. Tidak pernah belajar hal-hal praktis ataupun membaca untuk meningkatkan keahlian dalam mengatasi persoalan sehari-hari membuat seseorang kurang sigap memahami kekurangan yang ada pada dirinya.
Seseorang harus memahami apa yang menjadi kebutuhannya. Salah satu tanda orang bijak ya memang harus memahami kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Jika pemahaman ini sudah diketahui maka bagaimana mengatasinya itu adalah salah satu kemampuan literasi seseorang.
Kemampuan berikutnya, jika seseorang sudah memahami kebutuhannya adalah bagaimana ia menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Tentunya, semua akan menjadi percuma jika seseorang mampu mencari informasi untuk mengatasi persoalannya namun ia tak mampu menggunakannya.
Seorang petani yang ingin mencari informasi tentang cara menanam secara hidroponik, jika ia menemukan informasi tentangnya, tentunya ia harus mampu mempraktikannya. Di sinilah tingkat literasi petani tersebut bisa dilihat. Namun, Jika ia tak mampu memahami sendiri buku yang ia baca tentang menanam secara hidroponik dan melanjutkan bertanya pada orang yang sudah berpengalaman maka bisa dikatakan ia adalah pribadi terliterasi.
ADVERTISEMENT
Namun, terkadang proses pemahaman seorang pengguna informasi tidak sampai berlanjut kepada seseorang yang dianggap lebih menguasai namun cukup saat ia membaca buku atau internet ia sudah bisa mempraktikkannya.
Dari sini kita bisa melihat bahwa literasi bukan soal membaca dan menulis saja. Lebih luas dari dua hal tersebut, literasi adalah tentang bagaimana seseorang mampu mengembangkan kemampuannya untuk mengatasi persoalan sehari-hari dengan menggunakan sumber yang ada di sekelilingnya.
Di tengah perkembangan teknologi informasi seperti sekarang ini, kemampuan seseorang untuk mengembangkan kecakapannya di bidang tertentu sangatlah dimudahkan. Akses informasi yang mudah dan murah seolah memanjakan rasa ingin tahu seseorang. Banyak keterampilan yang bisa ia kembangkan secara mandiri karena mudahnya mengakses informasi tentang suatu bidang yang menarik minatnya.
ADVERTISEMENT
Seorang lulusan SMA kini pun, tak perlu lagi mengikuti kursus keterampilan karena tutorial tentang keterampilan praktis banyak disajikan di youtube. Bahkan beberapa mata kuliah yang biasanya hanya diperoleh di ruang kuliah pun ada di situs-situs pendidikan dengan berbagai macam media baik itu video maupun teks.
Di zaman sekarang ini harusnya tidak ada lagi yang mengeluh soal jarak dan biaya untuk mendapatkan suatu ilmu. Bahan mentah sudah banyak berserakan di jagad maya tinggal bagaimana kita memahami kebutuhan kita, mana yang akan kita pergunakan.
Mencari sumber informasi yang valid dan tepercaya menjadi tantangan yang menarik di tengah kepungan hoaks. Banyak membaca dan berinteraksi dengan lingkungan ditambah kemampuan memverifikasi menjadi syarat mutlak agar kita bisa menjadi pribadi yang terliterasi secara sempurna.
ADVERTISEMENT
Orang yang terliterasi bukanlah pemakan informasi tanpa koreksi dan menjadi konsumen yang mudah dibodohi pada akhirnya malah menurunkan potensi dirinya sendiri.
Jangan sampai kita membuang waktu percuma hanya karena ingin mendapatkan informasi secara cepat. Ketergesa-gesaan itu malah menjebak kita karena informasi tersebut tidak bisa kita pergunakan untuk mengatasi persoalan yang sedang kita hadapi. Bahkan, bukan tidak mungkin malah membuat kita makin terlihat bodoh karena menggunakan informasi yang salah.
Manusia, sebagai makhluk yang punya keterbatasan, memang tidak memungkinkan untuk menjadi manusia super. Mereka harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk mengurangi keterbatasan yang ada. Kemampuan mencari, memilah dan menggunakan informasi adalah harga mati untuk menjadikan kita sebagai pribadi yang melek literasi. Dan sekali lagi literasi bukanlah tentang membaca dan menulis.
ADVERTISEMENT