Pola Makan Sintang & Melawi Menurun Akibat Covid-19

Agus Samsudrajat S
Dosen Kesehatan Masyarakat K.Sintang, Univ.Muhammadiyah Pontianak, MPKU PDM Sintang, PDPM Sintang, ICMI Sintang
Konten dari Pengguna
5 Juli 2020 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Samsudrajat S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Survei Pola Jenis makanan sehari-hari selama Covid-19 Sintang & Melawi Mei-juni 2020
zoom-in-whitePerbesar
Survei Pola Jenis makanan sehari-hari selama Covid-19 Sintang & Melawi Mei-juni 2020
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyakit penyerta infeksi TBC, DBD, maupun non infeksi seperti Hipertensi, Jantung, Diabetes, gagal ginjal, penyakit paru, disebabkan akibat gaya hidup yang kurang sehat. Gaya hidup kurang sehat ini salah satu sebabnya adalah jenis dan pola asupan makanan yang kurang baik terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan beberapa gaya hidup kurang sehat menjadi budaya atau kebiasaan yang turun temurun.
ADVERTISEMENT
Dampak wabah Korona yang sudah berlangsung 3 bulan lebih dan masih berlanjut di Indonesia, turut mengganggu perekonomian warga. Akibatnya bisa sampai kepada terganggunya asupan kebutuhan dasar atau pokok yang sesuai standar gizi seimbang menjadi ancaman baru tingkat kerawanan ketahanan kesehatan dan ketahanan ekonomi dimasa depan.
Seluruh elemen harus bekerja keras, tegas, kreatif dan solid dengan adanya pandemi ini. Supaya permasalahan yang sudah ada tidak semakin buruk dan saling mempengaruhi. Mengingat riset Unicef saat kondisi Corona menyimpulkan layanan imunisasi di Puskesmas Indonesia 80 persen terganggu.
Ditengah kondisi Puskesmas yang sebagaian besar tenaga kesehatan dan sarana prasarana laboratorium belum memenuhi standar minimal. Selain kondisi sebagian besar rumah sakit yang belum terkareditasi dan memiliki akses yang sepenuhnya baik.
ADVERTISEMENT
Suvei Psikososial Alumni FKM Airlangga dan Persakmi saat pandemi wabah secara nasional mengatakan sebagian besar masyarakat yang cemas akibat Covid-19 dengan aspek pekerjaanya adalah karena pendapatanya berkurang. Survei itu mengatakan bahwa semua agama sebagian besar mengalami kecemasan itu.
Survei Nasional itu masih berkaitan dan sejalan dengan hasil survei Samsudrajat.S dan tim dari Prodi kesehatan Masyarakat Kampus Sintang, Universitas Muhammadiyah Pontianak selama mei-juni 2020 di wilayah timur Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Sintang dan Melawi.
Survei ini menyimpulkan bahwa pendapatan warga saat wabah sebagian besar terdampak menurun/terganggu dibandingkan sebelum wabah. Hal ini mengarahkan jika pendapatan/pemasukan terdampak, lalu bagaimana dengan pola dan jenis makanan sehari hari warga didaerah tersebut.
Dalam survei online dampak Covid-19 di Sintang dan Melawi itu, diketahui bahwa warga Sintang lebih terdampak pola dan jenis makanan sehari-harinya dibandingkan warga Melawi. Hasil Survei di Sintang menyimpulkan bahwa ada 62,3 % warga yang pola dan jenis makanan sehari-harinya menurun atau terganggu dibandingkan sebelum wabah. Sedangkan Kabupaten Melawi ada sekitar 54,8% warga yang terganggu pola dan jenis makanan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Survei itu juga memperinci pola dan jenis makanan apa saja yang terganggu akibat Covid-19. Hasil survei menyatakan bahwa pola konsumsi buah dan sayur setiap hari warga di Sintang dan Melawi sebagian besar mengalami gangguan atau menurun.
Setidaknya ada 54,3% Warga Sintang yang tidak makan buah dan sayur setiap hari, Sedangkan di Melawi sedikit lebih kecil yaitu 44,2 %. Meskipun persentase warga Sintang lebih besar dibanding Melawi yang tidak makan buah dan sayur setiap hari, angka itu cukup bisa meyakinkan bahwa sebagian besar masyarakat belum bisa memenuhi pola makan secara seimbang.
Hal ini bisa menjadi bukti penguat dan terbaru, bahwa salah satu determinan atau faktor perilaku beresiko penyebab masalah gizi di Wilayah Kalimantan Barat khususnya di Sintang & Melawi adalah faktor perilaku makan buah dan sayur yang tidak setiap hari.
ADVERTISEMENT
Riset itu memperinci sekaligus memperbarui hasil riset kesehatan dasar 2018 yang mengatakan bahwa konsumsi warga yang tidak makan buah dan sayur setiap hari di Sintang saat itu mencapai 67,24% dan Melawi mencapai 59,44 %.
Artinya dalam kondisi wabah Covid-19 saja, sudah terjadi peningkatan pola konsumsi buah dan sayur setiap hari warga di Sintang dan Melawi selama 2 tahun terkahir ini. Dengan kata lain ada kumungkinan ketika sebelum wabah Covid-19, persentase makan buah dan sayur setiap harinya bisa lebih baik lagi.
Oleh sebabi itu, solidaritas, kerjasama dan pemahaman akan Covid-19 yang baik dari pemerintah maupun warga akan sangat menentukan kapan wabah ini akan berakhir. Kerena jika efek Cobra wabah Covid-19 terjadi dalam waktu lama seperti yang disampaikan Prof.Ridwan Aminudin, Pakar Epidemiolog sekaligus Ketua Persakmi dalam status facebook dan media sosialnya, dampaknya akan bisa memperburuk seluruh elemen dasar sendi-sendi kehidupan termasuk kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Survei ini diharapakan bisa memberikan manfaat berupa gambaran pengetahuan sekaligus informasi bagi masyarakat sekaligus pemerintah setempat. Karena permasalahan warga atau umat tidak akan bisa diselesaikan jika tidak ada pemahaman yang sama, dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Semua orang berharap ingin bisa kembali normal dan bisa mewaspadai hal serupa atau bahkan mungkin lebih akan terjadi lagi. tetapi untuk bisa normal kesiapan itu haruslah dikedepankan. Bagaiman kondisi pengumpulan data dan publikasi data kita, apakah tingkat temuan dan tes swab kita sudah semakin baik, termasuk apakah akses dan kualitas jaringan telekomunikasi warga semakin bertambah. Apakah fasilitas protokol dan harga pendukung protokol bisa terjangkau.
Sebagai contoh, survei di DKI Jakarta oleh Nanyang Technological University yang baru dirilis, mengatakan bahwa kesiapan new normal di DKI Jakarta masih kurang siap. Bukan hanya itu, persepsi resiko Covid-19 di DKI juga menyimpulkan dengan kriteria masih agak rendah.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana pedoman protokol kesehatan yang dirilis mei 2020 oleh gugus tugas nasional dilaman resminya, bahwa peran akademisi dalam gugus tugas itu sangat dibutuhkan. Selain unsur pemerintah dan masyarakat (Ormas) harapanya adalah seluruh unsur yang ada di gugus tugas itu bisa lengkap terpenuhi dengan maksud bisa memberikan pemahaman akan persepsi suatu persoalan, gambaran dan referensi alternatif-alternatif solusi yang berguna dalam pengambilan keputusan untuk mengakhiri wabah Covid-19 didaerah masing-masing.
Sintang, 5 Juli 2020
An. Ketua Tim Survei
Prodi Kesehatan Masyarakat K.Sintang
Univeristas Muhammadiyah Pontianak
Agus Samsurajat S., SKM, MKM