Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Antara Euforia dan Kegalauan Masa Depan
16 Desember 2024 15:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Saeful Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wisuda, bagi banyak orang, adalah momen sakral. Ada toga, prosesi resmi, foto keluarga, dan biasanya... ucapan selamat yang berjejer di Instagram story. Wisuda adalah gerbang menuju dunia dewasa. Tapi setelah toga dilipat, ijazah dicetak, dan foto bersama dipajang di ruang tamu, muncul pertanyaan yang lebih menakutkan daripada ujian skripsi: "Habis ini mau ngapain?"
ADVERTISEMENT
Sebagai mantan mahasisw, karena status itu hilang begitu wisuda selesai. Anda memasuki fase baru. Fase ini sering disebut dengan "power syndrome" alias sindrom bingung mau ngapain. Sebuah sindrom yang nyata bagi mereka yang masih belum punya rencana setelah diwisuda.
Jujur saja, dunia pasca kampus itu berbeda. Kalau dulu ada jadwal kuliah, tugas dosen, dan teman-teman yang bisa diajak diskusi kapan saja, sekarang semuanya terasa lebih sunyi. Masyarakat, yang dulu mungkin cuma melihat kita sebagai "mahasiswa yang sibuk skripsi," tiba-tiba berubah jadi pengamat hidup kita. Pertanyaan seperti, "Sudah kerja di mana?" atau "Kapan nikah?" akan mulai berseliweran di obrolan keluarga atau reuni kecil-kecilan.
Tekanan tidak hanya datang dari luar, tapi juga dari diri sendiri. Ketika teman-teman kita mulai bekerja, melanjutkan studi, atau bahkan sudah memulai bisnis, kita bisa merasa tertinggal. Padahal, setiap orang punya jalannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang sering menjebak adalah keinginan untuk langsung bekerja sesuai dengan keahlian atau gelar ijazah kita. Wajar sih, toh kita sudah berjuang bertahun-tahun belajar di bidang tertentu. Tapi, realitanya, dunia kerja tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Peluang untuk bekerja di bidang yang sama dengan jurusan kita mungkin terbatas atau butuh waktu lebih lama untuk mencapainya.
Di sinilah pentingnya fleksibilitas. Jangan terpaku pada pekerjaan yang sesuai dengan gelar. Kalau ada peluang lain, ambil saja. Bekerja di luar bidang keahlian bukan berarti kita gagal. Justru itu adalah cara untuk belajar dan berkembang. Daripada menunggu pekerjaan impian yang tak kunjung datang, lebih baik kita memanfaatkan waktu untuk mencoba hal baru, berkontribusi di mana pun, dan tentu saja, mendapatkan penghasilan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, lulusan teknik bisa mencoba dunia wirausaha, atau lulusan pendidikan bisa sementara bekerja di bidang administrasi. Tidak ada yang salah dengan itu. Hidup adalah tentang adaptasi, bukan sekadar mengikuti jalur linear yang sudah dirancang sebelumnya.
Nah, untuk kalian yang bingung dan mulai berpikir, "Mungkin menikah saja solusinya." Bagi sebagian perempuan, pilihan ini mungkin terasa lebih ringan. Namun, bagi laki-laki, menikah biasanya berarti tanggung jawab yang lebih besar. Bagaimana mau menikah jika pekerjaan saja belum punya? Laki-laki dituntut untuk bekerja keras, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk keluarga yang akan dibangun.
Jadi, menikah atau tidak, tetap saja kita harus siap menghadapi realita. Menganggur terlalu lama tidak hanya bikin kita dicibir tetangga, tapi juga membuat kita kehilangan kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT
Ada sedikit langkah bijak pasca-wisuda yang bisa Anda lakukan, pertama, buatlah rencana. Tidak harus besar atau muluk-muluk, cukup rencana sederhana seperti mencari pekerjaan sementara atau belajar skill baru.
Kedua, jadilah fleksibel. Jangan kaku dengan idealisme bekerja sesuai ijazah. Dunia kerja itu luas, dan kadang kesempatan emas datang dari tempat yang tidak terduga.
Ketiga, manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Daripada nganggur, ambil pekerjaan apa saja yang bisa menambah pengalaman atau jaringan. Jika memungkinkan, manfaatkan waktu untuk belajar hal-hal baru seperti desain grafis, bahasa asing, atau bahkan memasak.
Terakhir, jangan bandingkan hidup kalian dengan orang lain. Setiap orang punya jalur hidupnya masing-masing. Fokuslah pada tujuan kalian, sekecil apa pun itu.
Wisuda adalah awal, bukan akhir. Dunia pasca-wisuda penuh tantangan, tapi juga penuh peluang. Ambil waktu untuk merenung, merencanakan, dan yang terpenting, bertindak. Karena sejatinya, hidup adalah tentang bergerak maju, bukan sekadar menunggu.
ADVERTISEMENT