Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Generasi Mahasiswa Kini: Informasi Melimpah, Pemahaman Minim
20 Oktober 2024 14:41 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Saeful Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maaf jika tulisan ini terasa menyinggung. Bukan bermaksud menyudutkan, tetapi kita semua pasti menyadari bahwa banyak mahasiswa saat ini berada di fase "banyak tahu, tapi sedikit yang benar-benar mengerti." Dahulu, di era 90-an hingga awal 2000-an, mahasiswa dikenal sangat rajin membaca buku. Mereka sering berkumpul untuk berdiskusi, berpikir keras hingga kepala terasa panas. Jika tidak rajin membaca dan berdiskusi, siap-siap saja menjadi mahasiswa yang tertinggal zaman.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana sekarang? Zaman telah berubah drastis. Teknologi ada di mana-mana. Tinggal mengetik di Google, apa pun yang kita cari akan keluar. Google bahkan tahu lebih banyak daripada diri kita sendiri. Kecerdasan buatan (AI) juga semakin canggih, mampu menjawab berbagai pertanyaan dalam hitungan detik. Namun, dengan semua kemudahan ini, pertanyaannya adalah: apakah semua ini membuat kita menjadi lebih pintar? Lebih kritis? Atau justru membuat kita merasa puas dengan informasi instan?
Jujur, banyak mahasiswa sekarang yang tampaknya hanya tahu di permukaan. Informasi melimpah, namun hanya sekadar tahu tanpa benar-benar mendalami. Inilah yang membuat kita mudah merasa cukup dengan jawaban singkat, padahal pemikiran kritis membutuhkan proses yang panjang. Kebiasaan mencari yang serba cepat malah membuat kita malas untuk bertanya lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Padahal, teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti otak kita. Mahasiswa dahulu yang tidak memiliki Google pun mampu berpikir kritis dengan segala keterbatasan mereka. Seharusnya, kita yang hidup di era digital ini bisa jauh lebih hebat. Sayangnya, banyak yang justru terjebak dalam kebiasaan instan. Akibatnya, banyak yang tahu banyak hal, tetapi tidak ada yang benar-benar memahami.
Mari kita ingat, ada kekuatan luar biasa di balik membaca dan berdiskusi. Buku dapat membawamu ke dunia yang tak terbayangkan, memperluas cara pandang, dan memberikan perspektif baru. Diskusi dengan teman atau dosen bukan hanya sekadar bertukar pendapat, tetapi juga menciptakan ruang untuk berpikir kritis dan merenung. Jangan ragu untuk menyuarakan pendapatmu, karena seringkali ide-ide brilian muncul dari sana.
ADVERTISEMENT
Jangan biarkan kemudahan teknologi membuat kita malas berpikir. Latih terus otak kita untuk berpikir kritis dan mendalam. Setiap buku yang dibaca, setiap diskusi yang dilakukan adalah investasi untuk masa depan. Jangan puas hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi jadilah pencipta pemikiran yang tajam dan mendalam. Dunia ini membutuhkan lebih banyak pemikir yang berani, dan itu semua dimulai dari langkah kecil kita hari ini.
Teknologi boleh canggih, tetapi jangan biarkan kemampuan berpikir kita mengecil. Jadilah mahasiswa yang tidak hanya tahu banyak, tetapi juga mengerti lebih dalam. Dunia ini membutuhkan orang-orang yang mampu berpikir kritis, bukan yang hanya bisa mencari informasi di internet. Masa depan ada di tangan kita yang benar-benar memahami, bukan sekadar tahu.
ADVERTISEMENT