Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Makhluk Pengantar Kebaikan
27 September 2021 22:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Sarkoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari itu, hujan turun sejak pagi hingga malam. Tidak terlalu deras sebenarnya, tapi cukup untuk menghalangi matahari memancarkan sinarnya. Suhu menjadi terasa dingin, apalagi saat malam tiba. Menikmati kesejukan dan nyanyian rintik hujan nan merdu, memunculkan bayangan aneka rupa makanan camilan penghangat tubuh penggerak mulut pengusir sepi melintas di otak saya.
ADVERTISEMENT
"Dingin-dingin begini, enak nih kalau ada yang nganterin sukun goreng" begitu ucapku sambil menemani anak saya belajar membayangkan kudapan kesukaan sejak kecil muncul di depan mata. Saya memang penggemar sukun.
"Tok...tok...tok.... assalamualaikum," terdengar suara perempuan mengetuk pintu depan rumah. Anak saya bergegas membuka pintu.
Taraaaa.. sepiring sukun goreng yang masih berasap terlihat baru diangkat dari wajan penggorangen diantar keponakan dari rumah sebelah. Saya tertegun dibuatnya. Belum kering bibir ini berucap, malaikat dengan sigap mengantar barangnya ke hadapan saya. Alhamdulillah, begitu kalimat syukur itu serta merta terucap.
Malaikat jenis ini sering sekali membuat saya malu sama Tuhan. Baru terucap, mereka dengan secepat kilat mengabulkan permohonanku. Bahkan saya tak perlu mengambil lampu wasiat dan menggosoknya model Aladin.
ADVERTISEMENT
Pernah juga, saat saya sedang bekerja membangun jembatan untuk membuka desa yang terisolir agar memiliki akses ke desa lain di Malang, Jawa Timur, karena kehausan menunggu para tukang bekerja, saya berseloroh ke mereka, “Coba panas ngene onok bakul es cau liwat, seger mesti,” yang artinya, coba kalau sedang panas begini ada penjual es cincau lewat, pasti seger.
Belum ada satu menit saya berseloroh, tiba-tiba…. Ting…ting….ting… terdengar suara sendok dipukulkan ke mangkok. Seorang penjual cincau bertuliskan “cincau bandung” di gerobaknya tiba-tiba sudah ada di ujung jalan tak jauh dari lokasi jembatan yang sedang kami kerjakan.
Sungguh tidak masuk akal, di daerah tanpa akses keluar ada penjual cincau. Saya dan teman-teman saya segera memesan cincau bandung untuk menghilangkan dahaga kami, sambil berbisik dalam hati, jangan-jangan dia ini adalah malaikat yang diperintah Tuhan menjelma menjadi seorang penjual es cincau untuk menghilangkan rasa haus para pekerja sosial.
ADVERTISEMENT
***
Sebenarnya jenis peristiwa semacam itu sering kali kita alami. Sesuatu baru kita bayangkan, tiba-tiba ada yang datang mengantarkan. Itulah bentuk kebaikan dan kasih sayang Tuhan untuk memenuhi segala kebutuhan hambaNYA yang bisa diantarkan melalui siapa pun, kapan pun dan di mana pun.
Tetapi, yang pasti, setiap peristiwa pemberian selalu ada manusia sebagai mahluk pengantarnya. Malaikat tidak pernah bekerja sendiri dan hampir selalu mengajak manusia sebagai partner kerjanya. Jadi, alih-alih kita begitu bergembira menerima kebaikan Tuhan yang tak disangka-sangka, akan jauh lebih mulia jika kita lah yang menjadi mahluk pengantar kebaikanNYA itu.