Mengenang Ronny Pattinasarany: Atlet, Pelatih, dan Ayah Teladan

Agus Sarkoro
Auditor KAP, Ketua DeWas Yayasan Al-Ikhlas Tarakan
Konten dari Pengguna
19 September 2021 5:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Sarkoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Atlet Sepak Bola (Sumber: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Atlet Sepak Bola (Sumber: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjalanan sejarah sepak bola Indonesia tidak bisa dilepaskan dari seorang Ronny Pattinasarany. Ia termasuk salah satu dari daftar atlet Indonesia yang pernah ikut mengharumkan nama bangsa sejajar dengan nama-nama lain seperti Maladi, Ramang, dan Sutrisno Suntoro.
ADVERTISEMENT
Bernama lengkap Ronald Hermanus Pattinasarany lahir di Makassar 9 Februari 1949, sejak kecil Ronny sudah berada di lingkungan sepak bola. Ayahnya, Nus Pattinasarany adalah mantan pemain PSM dan Timnas Indonesia
Ronny memulai kariernya bersama Klub sepak bola PSM Makasar. Bakat sepakbola yang diwariskan ayahnya, didikan yang keras, serta keinginan yang kuat untuk menjadi pesepakbola mengantarkannya menjadi satu di antara playmaker terbaik yang pernah dimiliki Indonesia
Setelah membawa PSM berjaya di Piala Soeharto 1974, Ronny meninggalkan Makassar dan bergabung dengan klub Galatama, Warna Agung, klub papan atas Galatama kala itu. Ia bermain pada periode 1978-1982.
Periode ini merupakan masa emas karier Ronny menjadi pemain. Berbagai penghargaan ia raih. Pemain Terbaik Galatama dua musim beruntun tahun 1979 dan 1980. Olahragawan Terbaik Nasional tahun 1976 dan 1981. Ronny juga masuk dalam daftar pemain All Star Asia tahun 1982. Bersama Tim Nasional meraih Medali Perak SEA Games tahun 1979 dan 1981.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Ronny memutuskan untuk gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih. Ada beberapa klub yang pernah ditanganinya yakni Persiba Balikpapan, Krama Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Putra Gresik, Makassar Utama, Persitara Jakarta Utara dan Persija Jakarta.
Ronny tidak hanya hebat sebagai pemain dan pelatih. Ia juga pribadi yang sangat menyayangi keluarganya.
Saat menjadi pelatih Petrokimia Gresik adalah masa keemasan prestasinya sebagai pelatih. Ia membawa Petrokimia meraih Juara Surya Cup, Petro Cup, dan runner-up Tugu Muda Cup. Di tengah-tengah kejayaannya menjadi pelatih, tiba-tiba ia memutuskan untuk berhenti dari dunia sepakbola, dan fokus mengurus dua anaknya yang terjerat narkoba.
"Saya dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit, sepak bola atau menyelamatkan anak. Saya pun akhirnya memutuskan meninggalkan sepak bola, kembali ke Jakarta meskipun pada saat itu saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan," ungkap Ronny
ADVERTISEMENT
Dari pernikahannya dengan Stella Maria, Ronny dikaruniai tiga orang anak: Robenno Pattrick (Benny), Henry Jacques (Yerry), dan Tresita Diana. Dua anak laki-lakinya inilah yang terjerat narkoba.
Ia dengan sabar dan tabah menghadapi cobaan yang menimpanya. Kepada istrinya, Ronny berkata, "Mama juga jangan malu. Ini musibah. Mungkin kita sedang ditegur Tuhan." Kewalahan mengendalikan Yerry terhadap narkoba, Ronny pun meminta anak pertamanya, Benny, untuk menjaga adiknya. Namun, Benny juga ternyata kecanduan narkoba, dan bahkan lebih parah dari adiknya.
Bersama Stella, istri yang sangat dicintainya, Ronny dengan sabar membimbing kedua putranya itu kembali ke jalan yang benar. Dan perjuangannya membuahkan hasil. Kedua anaknya dapat sembuh dan berhenti dari ketergantungan narkoba.
Setelah badai keluarga reda, Ronny kembali ke sepak bola. Ia sempat menjadi Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI (2006), Wakil Ketua Komdis (2006) dan Tim Monitoring Timnas (2007).
ADVERTISEMENT
Tahun 2007, Ronny terserang penyakit kanker hati. Berbagai upaya ia lakukan untuk kesembuhannya. Empat kali menjalani pengobatan ke Guangzhou, Cina. Namun penyakit itu terus menggerogotinya hingga Ronny tak mampu lagi bertahan.
Tanggal 19 September 2008, tepat hari ini 13 tahun lalu, Ronny Pattinasarany wafat di sebuah rumah sakit di Jakarta, meninggalkan semua prestasi dan keteladanan sebagai pemain, pelatih, dan seorang ayah.
"Kuis kumparan:"ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU”"
"Kuis kumparan:"ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU”"
"Kuis kumparan:"ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU”"