Konten dari Pengguna

Pentingnya Pelatihan Rukun Kematian Desa untuk Penanganan Jenazah COVID-19

Agus Sarkoro
Auditor KAP, Ketua DeWas Yayasan Al-Ikhlas Tarakan
6 Agustus 2021 10:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Sarkoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
APD Covid-19 (Gambar oleh Spiagei di PIxabay)
zoom-in-whitePerbesar
APD Covid-19 (Gambar oleh Spiagei di PIxabay)
ADVERTISEMENT
Meskipun kita berharap bahwa pandemi ini akan segera berakhir, tetapi sebagai antisipasi, harus disiapkan skenario jika pandemi ini masih terus berlanjut. Terutama penanganan terhadap jenazah korban covid. Hingga saat ini kasus pasien meninggal akibat Covid-19 sejumlah 88.659 jiwa. Jumlah itu pastilah akan terus bertambah. Sementara jumlah petugas pemulasaran jenazah dari BPBD sangat terbatas sehingga mengakibatkan banyak jenazah yang tidak tertangani secara benar.
ADVERTISEMENT
Tetangga saya yang terpapar covid meninggal di rumah jam 7 pagi. Baru tertangani jam 5 sore, dan baru dimakamkan menjelang malam hari. Dari jam 7 pagi hingga petugas BPBD datang untuk melakukan pemulasaran, jenazah di biarkan di teras rumah, tanpa ada yang berani mendekat. Warga masyarakat yang biasa menangani jenazah juga tidak berani mendekat. Bahkan keluarganya pun hanya bisa menangis sepanjang hari sambil melihat dari jauh jenazah saudaranya yang terbujur di teras rumah.
Saudara-saudara saya yang meninggal di Rumah Sakit harus menunggu sampai lebih dari 24 jam untuk menunggu giliran dimakamkan, karena banyaknya pasien yang meninggal, sementara untuk proses pemakaman pasien Covid hanya dilakukan oleh tim dari BPBD atau Satgas Covid.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya masalah waktu saja. Banyak warga masyarakat yang mempertanyakan bagaimana proses penanganan jenazah yang dilakukan oleh tim BPBD atau Satgas Covid sejak mulai dari memandikan, mengkafani, menyolati sampai mengubur apakah sudah sesuai dengan syariat agama.
MUI sebenarnya sudah memberikan panduan tentang penanganan jenazah covid ini. Tetapi masyarakat, beberapa di antaranya, terutama masyarakat yang ada di desa menyangsikan, karena mereka biasa menangani jenazah mengikuti syariat agama, dan jarang yang menggunakan peti jenazah, untuk memastikan posisi jenazah sudah benar.
Sebenarnya, sejak zaman dahulu, secara tradisional, di setiap desa sudah ada tim pemulasaran jenazah yang menangani pemakaman warga yang meninggal. Bahkan, sekarang, hampir tiap RT di desa sudah membentuk tim Mardi Layon atau Rukun Kematian. Tetapi di masa pandemi sekarang ini, mereka tidak ada yang berani menangani masyarakat yang meninggal karena terpapar covid.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Pemerintah harus segera berkoordinasi dengan Mardi Layon atau Rukun Kematian yang ada di setiap desa untuk memberikan pelatihan bagaimana cara penanganan jenazah secara benar, terutama jenazah yang terpapar covid. Hal ini perlu segera dilakukan untuk membantu penanganan jenazah terpapar Covid yang tidak dibawa ke Rumah Sakit maupun jenazah pasien Rumah Sakit yang dikubur di pemakaman desanya.
Dari sisi pendekatan kemanusiaan, penanganan pemakaman yang dilakukan oleh tim Mardi Layon atau Rukun Kematian pasti akan lebih baik, lebih ada penghormatan kepada si jenazah karena mereka ini pastilah mengenali persis jenazah yang ditangani. Penanganan kepada jenazah yang dikenal pasti berbeda dengan penanganan yang dilakukan oleh pihak lain seperti BPBD dan tim dari Satgas Covid.
ADVERTISEMENT
Proses pemakaman pasti akan lebih cepat, karena tidak harus menunggu penanganan dari tim BPBD yang sudah semakin kewalahan karena banyaknya jenazah terpapar Covid yang harus dimakamkan.
Sudah ada beberapa desa yang melaksanakan pelatihan kepada Rukun Kematian, tetapi itu masih merupakan inisiatif dari desa sendiri, bukan instruksi yang dilakukan oleh Pemerintah yang lebih tinggi.
Beberapa Kabupaten juga sudah berinisiatif untuk membentuk tim pelatihan penanganan jenazah, tapi masih berupa pengumuman membuka pelatihan pemulasaran jenazah kepada masyarakat yang ingin menjadi sukarelawan.
Pemerintah harus secara jelas menginstruksikan kepada pemerintah desa untuk segera membentuk Rukun Kematian dan membuat jadwal pelatihan. Tidak lagi berupa imbauan atau tawaran kepada untuk menjadi sukarelawan mengikuti pelatihan pemulasaran jenazah.
***
ADVERTISEMENT
Jadi, pembentukan dan pelatihan Rukun Kematian menjadi sangat penting dan mendesak.
Pertama, karena sampai sekarang belum ada titik terang harapan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Yang nyata terjadi adalah jumlah orang terpapar dan meninggal meningkat secara signifikan pada bulan-bulan terakhir ini. Belum ada strategi yang benar-benar tepat untuk menanggulangi pandemi ini.
Kedua, Sama dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti tenaga medis, sopir ambulans, tim pemulasaran jenazah dari BPBD dan Satgas Covid juga selalu berinteraksi dengan para pasien covid. Ditambah dengan load pekerjaan yang terlalu besar mereka menjadi pihak yang sangat rentan untuk terpapar Virus Covid. Jika tidak segera ditambah anggotanya, sangat mungkin jumlah anggotanya akan terus berkurang, karena semakin banyak anggota tim yang terpapar. Dan itu akan berakibat semakin menurunnya pelayanan pemulasaran jenazah.
ADVERTISEMENT
Ketiga, pemulasaran jenazah oleh warga masyarakat yang membentuk Rukun Kematian akan lebih manusiawi, lebih cepat.
Keempat, sudah ada peringatan bahwa akan ada bencana berikutnya, yaitu bencana perubahan iklim yang sama parahnya bila dibandingkan dengan pandemic Covid-19 yang dihadapi dunia saat ini.
Sebagai tambahan informasi, mengutip berita dari CNBC, sebanyak 14 ribu ilmuwan dunia menyebut bahwa Bumi saat ini mendekati titik kritis iklim yang sangat mengkhawatirkan. Para peneliti itu menandatangani sebuah inisiatif yang menyebut bahwa negara-negara secara konsisten gagal mengatasi eksploitasi berlebihan terhadap Bumi, di mana mereka menggambarkannya sebagai akar penyebab krisis.
Mereka mencatat lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bencana terkait iklim, termasuk banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, gelombang panas dan kebakaran hutan yang memecahkan rekor di Australia dan AS, dan topan yang menghancurkan di Afrika dan Asia Selatan
ADVERTISEMENT

Sekali lagi, segaralah dibentuk tambahan bantuan penanganan jenazah dengan mengoptimalkan peran Rukun Kematian yang ada di desa-desa. Jangan sampai tiba suatu masa, ada bau anyir dari mayat-mayat yang bergelimpangan tidak terurus, akibat dari ketidaksiapan kita menghadapi bencana dan pandemi.