PKI sebagai Ideologi atau Perilaku, 2 Hal yang Berbeda

Agus Sarkoro
Auditor KAP, Ketua DeWas Yayasan Al-Ikhlas Tarakan
Konten dari Pengguna
30 September 2021 12:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Sarkoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karl Marx, penulis manifesto komunis, yang dikenal juga sebagai Bapak Komunisme (Sumber: PIxabay)
zoom-in-whitePerbesar
Karl Marx, penulis manifesto komunis, yang dikenal juga sebagai Bapak Komunisme (Sumber: PIxabay)
ADVERTISEMENT
Jika kita telisik lebih dalam, kekejaman PKI yang terjadi tahun 1965 bukanlah sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Kejadian itu bisa jadi berlatar belakang idealisme yang sebenarnya bisa diterima masyarakat, tetapi diekspresikan dengan kejam dan sadis.
ADVERTISEMENT
Ketika saya kecil hingga lulus SMA, referensi tentang PKI hanya saya dapatkan dari cerita guru PMP sejak SD hingga SMA. Saya tidak menemukan, atau setidaknya saya tidak pernah mendengar peristiwa pertumpahan darah kala itu di daerah saya, apalagi di desa saya.
Saya masih ingat cerita guru saya waktu SD yang mengatakan bahwa PKI adalah ajaran untuk tidak mengakui adanya Tuhan. Guru saya mencontohkan cara PKI mengajari anak-anak sekolah agar tidak percaya Tuhan, misalnya, kalau kita meminta permen kepada Tuhan, tidak akan dikasih. Tetapi, kalau kita meminta permen kepada guru kita, guru kita bisa langsung memberinya permen.
Referensi berikutnya adalah ketika saya kelas tiga SMP. Waktu itu, seluruh anak sekolah di wajibkan menonton film G30S PKI di bioskop. Film itu sangat membekas di memori otak dan hati saya.
ADVERTISEMENT
Cerita dalam film itu menjadi standar penilaian betapa kejamnya orang-orang PKI waktu itu. Sekaligus juga menjadi sudut pandang utama terhadap sosok Soeharto. Adegan bagaimana tentara Cakrabirawa yang menculik, menyiksa dan membunuh para jenderal tentu sangat diingat oleh semua yang menonton. Apalagi bagi anak-anak yang mungkin pada waktu itu baru pertama kali menonton film di bioskop seperti saya.
Begitu juga dengan heroiknya gaya Soeharto pada film itu. Betapa beliau menjadi sosok yang tegas, cerdas dan berani, sehingga hanya dalam waktu singkat, pemberontakan yang begitu menggemparkan bangsa Indonesia, bahkan dunia, bisa segera diatasi.
Jadi, sangat wajar bila karakter tokoh Soeharto sangat berkesan, dan menjadi super hero bagi anak-anak yang masih kurang referensi dan pengalaman pada saat tahun-tahun awal diwajibkannya menonton film G30S PKI.
ADVERTISEMENT
Ketika baru lulus SMA, saya dengar cerita tentang teman-teman saya yang kesulitan untuk bekerja karena orang tuanya "tersangkut" pernah menjadi anggota, atau hanya ikut menandatangani sesuatu yg berhubungan dengan Partai Komunis Indonesia itu.
Meskipun para orang tua mereka sebenarnya tidak tahu menahu tentang politik, apalagi ideologi komunis. Bahkan banyak di antara orang tua temen2 saya sebenarnya orang orang yang sangat alim, sangat jauh dari watak komunis yang saya bayangkan dari film G30S PKI itu. Tetapi karena kesalahan yang dibuat karena ketidaktahuannya tentang PKI mengakibatkan penderitaan bahkan hingga ke anak cucunya.
Ketika saya tinggal di Malang, referensi cerita tentang PKI menjadi semakin luas. Beberapa orang tua di daerah Kepanjen, Malang menceritakan bagaimana situasi mencekam yang terjadi pada tahun 1965 itu. Sungai Brantas yang melintas di bagian selatan Kota Kepanjen waktu itu penuh dengan mayat. Bau anyir ada dimana-mana.
ADVERTISEMENT
Ada juga cerita seorang lurah yang dipenggal lehernya oleh anggota PKI, kemudian kepalanya ditancapkan di tengah-tengah perempatan jalan Kota Kepanjen menggunakan sebatang bambu.
Dan masih banyak lagi cerita tentang peristiwa kekejaman PKI pada tahun 1965 itu. Tidak hanya di Malang. Peristiwa kekejaman semacam itu juga terjadi di wilayah Blitar, Kediri hingga Madiun.
Hampir semua cerita tentang PKI adalah cerita tentang kekejaman yang di lakukan anggota partai itu. Nyaris tidak pernah terekspos cerita tentang komunis sebagai ideologi atau paham.
***
Menurut KBBI, komunis adalah penganut paham komunisme. Sedangkan komunisme sendiri pada KBBI, merupakan paham atau ideologi (dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx, yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara.
ADVERTISEMENT
Ideologi adalah paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik. Di dunia, berbagai negara menganut ideologinya yang diyakini masing-masing, seperti liberalisme, komunisme, sosialisme, maupun seperti di Indonesia yang menganut Pancasila.
Komunis adalah paham yang memiliki prinsip semua direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunis adalah ideologi politik dan ekonomi yang memposisikan dirinya berlawanan dengan demokrasi liberal dan kapitalisme.
Liberalisme sendiri adalah ideologi yang menganut doktrin politik yang melindungi dan meningkatkan kebebasan individu. Pemerintah diperlukan untuk melindungi individu agar tidak dirugikan oleh individu lain, tetapi mereka juga mengakui bahwa pemerintah itu sendiri dapat menjadi ancaman bagi kebebasan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan sosialisme merupakan ideologi yang menyerukan agar individu tidak hidup atau bekerja sendiri-sendiri, tetapi hidup dalam kerja sama satu sama lain. Segala sesuatu yang diproduksi orang dalam arti tertentu adalah produk sosial, dan setiap orang yang berkontribusi pada produksi suatu barang berhak mendapatkan bagian di dalamnya.
Sistem kapitalis adalah kebalikan dari sistem sosialisme. Ciri paling menonjol dalam ekonomi kapitalis adalah minimnya intervensi negara, tetapi harga sebagai penentunya. Kapitalisme menerapkan mekanisme pasar yang bekerja menentukan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang atau jasa.
Oleh karena itu, negara tidak boleh melakukan intervensi terhadap pasar. Jika terjadi kemerosotan harga, maka negara diminta untuk diam karena mekanisme pasar dengan sendirinya akan menentukan harga keseimbangan yang baru.
ADVERTISEMENT
Sementara, komunisme, seperti kata Karl Max bahwa : semua orang akan hidup dalam keseimbangan sosial, tanpa perbedaan kelas, struktur keluarga, agama, atau properti. Ekonomi akan berfungsi, seperti yang dikatakan slogan Marxis populer, "dari masing-masing menurut kemampuannya, ke masing-masing menurut kebutuhannya."
Komunis adalah suatu paham atau ideologi yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara.
Ada 5 negara di dunia yang menganut ideologi komunis. Walaupun belum menjadi negara komunisme murni, namun negara-negara ini sedang dalam transisi dari sosialisme. Kelima negara yang menganut ideologi komunis adalah Tiongkok, Kuba, Laos, Korea Utara, dan Vietnam
Sayangnya, yang terjadi di Indonesia, usaha mewujudkan idealisme komunis dilakukan oleh PKI dengan merebut kekuasaan dengan cara kekerasan, sehingga lebih nampak sebagai sebuah ekspresi dendam dari rakyat jelata yang tertindas oleh ketidakadilan negara yang lebih memihak kepada kaum borjuasi dan para kapitalis.
ADVERTISEMENT
Meskipun sebenarnya ketertindasan di Indonesia belum tampak, karena belum lama merdeka. Tetapi, beberapa tokoh PKI telah terdoktrin oleh paham dari negara-negara komunis bahwa sistem kapitalisme tidak berpihak kepada rakyat, dan idealisme komunis-lah yang dianggap paling tepat.
Pada kenyataannya ideologi komunis ini bisa diterima oleh banyak masyarakat Indonesia, terbukti Partai Komunis Indonesia menjadi Partai Politik terbesar ketiga waktu itu. Sebuah fakta yang menunjukkan bahwa sebenarnya, paham komunis mendapat tempat di masyarakat. Sayangnya, cara kejam dan sadis yang dilakukan oleh PKI bukanlah cara-cara yang bisa diterima oleh bangsa mana pun di dunia ini, termasuk Indonesia.

Jadi, komunisme dalam arti sebagai sebuah gagasan idealisme layak untuk dibicarakan dalam forum-forum diskusi. Sementara, komunisme dalam sudut pandang kekejaman dan pemberontakan, meskipun sangat terlarang dan dihindari, tetapi akan selalu menjadi bahaya laten yang setiap saat bisa meledak, jika ketidakadilan semakin merajalela, kesenjangan sosial semakin tajam, penegakan hukum yang lemah.