Desa Karangpatihan Tanggap Demam Berdarah

Agus Setiawan
Agus Setiawan, berkarya di humas STKIP PGRI Ponorogo. Menulis esai, opini, dan artikel di media cetak dan elektronik. Tergabung dalam komunitas literasi Sutejo Spectrum Center (SSC) dan tim penggerak di Sekolah Literasi Gratis (SLG).
Konten dari Pengguna
18 Februari 2022 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok, Mahasiswa KKNT desa Karangpatihan
zoom-in-whitePerbesar
Dok, Mahasiswa KKNT desa Karangpatihan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memasuki musim penghujan banyak penyakit yang mudah menyerang manusia. Salah satunya, demam berdarah (DB). Untuk menanggulangi hal itu, Tim Puskesmas, Pulung mengadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang demam berdarah, Kamis (10/2) lalu. Dibantu mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo, kegiatan sosialisasi itu dilaksanakan di Dusun Dungus, Desa Karangpatihan.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari program ini adalah mensosialisasikan kepada masyarakat yang berada di desa Karangpatihan, khususnya Dusun Dungus tentang bagaimana cara pencegahan DB di lingkungan sekitar. Dengan sosialisasi, diharapkan masyarakat setempat mampu memahami cara pencegahan dan pemberantasan demam berdarah.
Sebelum sosialisasi dimulai, mahasiswa KKNT dan Tim Puskesmas mendatangi rumah Kepala Dusun untuk meminta data penduduk yang memiliki gejala penyakit demam berdarah. Kegiatan ini dipandu oleh Purwaningsih, bidan Desa Karangpatihan.
Setelah mendapatkan data kami langsung mendatangi rumah penduduk satu persatu. Kami dan Tim Puskesmas meminta izin kepada tuan rumah untuk melakukan penyuluhan di sekitar rumah. Dalam kegiatan itu, kami memeriksa apakah terdapat sarang jentik-jentik yang akan berubah menjadi nyamuk Aedes Aegypti, penyebabkan deman berdarah. Sasaran pertama kami adalah bak mandi. Kami menggunakan senter untuk mendeteksi apakah dalam bak mandi itu terdapat jentik-jentik nyamuk atau tidak.
ADVERTISEMENT
Setelah kami periksa, di bak mandi tersebut tidak ditemukan jentik-jentik nyamuk. Pemilik rumah mengatakan jika bak mandi tersebut baru saja dikuras. Melihat hal ini kami beralih sasaran.
Kami pun bergerak cepat memeriksa sekeliling rumah dan mencari apakah ada tempat atau wadah yang berpotensi jadi tempat pertumbuhan jentik-jentik. Salah satu mahasiswa KKNT penampungan air atau biasa disebut gentong yang dalamnya terdapat air. Setelah diperiksa ternyata terdapat banyak sekali jentik-jentiknya. Tim Puskesmas pun menunjukkan hal tersebut kepada tuan rumah, lalu menjelaskan bagaimana bahayanya kejadian itu.
Lebih lanjut, Purwaningsih selaku bidan Puskesmas memberikan intruksi kepada masyarakat Desa Karangpatihan untuk menutup semua tempat yang sekiranya berpotensi dihinggapi jentik-jenitk. “Apabila terdapat wadah yang tidak terpakai, misalnya botol-botol bekas sebaiknya dikubur. Lalu, untuk ember, tong, dan sejenisnya sebaiknya ditutup atau dibalik agar tidak kemasukan air hujan,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Agar penjelasan tersebut lebih mudah diterima, salah satu mahasiswa KKNT memberikan contoh nyata. Air dalam gentong itu ditumpahkan, lalu dibalik agar tidak kemasukan air lagi. Pada kesempatan itu, Tim Puskesmas juga memberikan sosialisasi tentang 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur.
Setelah serangkaian acar tersebut, Tim Puskemas dibantu mahasiswa KKNT memberikan serbuk Larvasida kepada pemilik rumah. Serbuk itu, nantinya dimasukkan ke dalam penampungan air atau bak mandi yang susah untuk dikuras. Selain itu, mereka juga diberi selebaran tentang 3M. Dengan langkah-langkah ini, tim Puskemas berharap warga masyarakat Dusun Dungus akan terhindar dari serangan demam berdarah.
Pewarta/ Zulfa Khoirun Ni’mah Penyempurna/ Sri Wahyuni